بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL
"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"
DENGAN
SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS
Bagian XXXVIII
"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Madinah (19) & Perang Hunain
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
لَقَدۡ نَصَرَکُمُ اللّٰہُ فِیۡ مَوَاطِنَ کَثِیۡرَۃٍ ۙ وَّ یَوۡمَ حُنَیۡنٍ ۙ اِذۡ اَعۡجَبَتۡکُمۡ کَثۡرَتُکُمۡ فَلَمۡ تُغۡنِ عَنۡکُمۡ شَیۡئًا وَّ ضَاقَتۡ عَلَیۡکُمُ الۡاَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ ثُمَّ وَلَّیۡتُمۡ مُّدۡبِرِیۡنَ ﴿ۚ۲۵﴾
Sungguh Allah benar-benar telah menolong kamu di banyak medan peperangan dan khususnya pada hari Hunain, ketika banyaknya jumlahmu telah menakjubkanmu, tetapi itu tidak pernah memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi dengan keluasannya menjadi sempit bagimu, kemudian kamu berbalik mundur membelakangi rasul. (Al-Taubah [9]:25).
Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai kekagetan kaum kafir Quraisy Mekkah ketika tiba-tiba saja Nabi Besar Muhammad saw. disertai 10.000 orang beriman telah berada di gerbang kota Makkah, sehingga keadaan mereka digambarkan bagaikan belalang yang berterbangan karena merasa kaget oleh sesuatu, firman-Nya:
فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ ۘ یَوۡمَ یَدۡعُ الدَّاعِ اِلٰی شَیۡءٍ نُّکُرٍ ۙ﴿۷﴾ خُشَّعًا اَبۡصَارُہُمۡ یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ الۡاَجۡدَاثِ کَاَنَّہُمۡ جَرَادٌ مُّنۡتَشِرٌ ۙ﴿۸﴾ مُّہۡطِعِیۡنَ اِلَی الدَّاعِ ؕ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا یَوۡمٌ عَسِرٌ ﴿۹﴾
Maka berpalinglah engkau dari mereka pada hari ketika Sang Penyeru akan memanggil mereka kepada sesuatu yang tidak menyenangkan, sambil pandangan mereka menunduk, mereka akan keluar dari kuburan mereka mereka itu seperti belalang yang bertebaran, bergegas-gegas menuju Sang Penyeru itu. Orang-orang kafir itu akan berkata: “Inilah hari yang sangat sulit.” (Al-Qamar [54]:7-9).
Yang dimaksud “Sang Penyeru” adalah Nabi Besar Muhammad saw., sebab beliau saw. adalah Rasul Allah yang menyeru umat manusia kepada kehidupan akhlak dan ruhani (QS.8:25), sedangkan yang dimaksud dengan “kuburan” di sini mengandung arti rumah orang-orang kafir. Pada beberapa tempat dalam Al-Quran orang-orang kafir telah ditamsilkan sebagai orang-orang mati, sebab wujud mereka sama sekali hampa dari kehidupan ruhani (QS.27:81; QS.35:23).
Ayat 9 dan dua ayat sebelumnya memberikan gambaran jelas mengenai kekalutan, kebingungan dan kehilangan akal yang hebat di dalam kalangan kaum Quraisy, ketika sang Penyeru – Nabi Besar Muhammad saw. – yang hanya beberapa tahun yang lalu, pernah diusir oleh mereka dari kota Mekkah dan telah disayembarakan dengan iming-iming hadiah besar akan diberikan kepada siapa yang dapat menangkapnya hidup atau mati, sekarang nampak kepada mereka benar-benar telah berada di ambang pintu ibukota mereka, Makkah.
Seperti Pemaafan Nabi Yusuf a.s. terhadap Saudara-saudaranya
Berbagai macam sikap yang diperlihatkan oleh penduduk Makkah pada peristiwa Fath Makkah, ada yang berusaha melarikan diri karena takut mendapat pembalasan atas berbagai bentuk kezaliman yang pernah mereka lakukan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan orang-orang Islam – salah satu di antaranya adalah Ikrimah bin Abu Jahal – tetapi ada pula yang datang memohon pengampunan kepada Nabi Besar Muhammad saw..
Ketika beliau saw. bertanya kepada mereka apa yang mereka inginkan dari keputusan beliau saw. atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan maka di antara mereka ada yang mengatakan ingin mendapat perlakukan seperti saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. yang mendapat pengampunan dari Nabi Yusuf a.s. atas kesalahan-kesalahan mereka terhadap beliau a.s., firman-Nya:
قَالَ ہَلۡ عَلِمۡتُمۡ مَّا فَعَلۡتُمۡ بِیُوۡسُفَ وَ اَخِیۡہِ اِذۡ اَنۡتُمۡ جٰہِلُوۡنَ ﴿۹۰﴾ قَالُوۡۤا ءَاِنَّکَ لَاَنۡتَ یُوۡسُفُ ؕ قَالَ اَنَا یُوۡسُفُ وَ ہٰذَاۤ اَخِیۡ ۫ قَدۡ مَنَّ اللّٰہُ عَلَیۡنَا ؕ اِنَّہٗ مَنۡ یَّـتَّقِ وَ یَصۡبِرۡ فَاِنَّ اللّٰہَ لَا یُضِیۡعُ اَجۡرَ الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿۹۱﴾ قَالُوۡا تَاللّٰہِ لَقَدۡ اٰثَرَکَ اللّٰہُ عَلَیۡنَا وَ اِنۡ کُنَّا لَخٰطِئِیۡنَ ﴿۹۲﴾ قَالَ لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ ؕ یَغۡفِرُ اللّٰہُ لَکُمۡ ۫ وَ ہُوَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِیۡنَ ﴿۹۳﴾
Ia, Yusuf, berkata: “Apakah kamu mengetahui apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu berbuat jahil kepadanya?” Mereka berkata: “Apakah engkau ini Yusuf?” Ia berkata: “Ya, aku adalah Yusuf dan ini saudaraku, sungguh Allah telah melimpahkan karunia atas kami. Sesungguhnya barangsiapa bertakwa dan bersabar maka sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan ganjaran orang-orang yang berbuat ihsan.” Mereka berkata: “Demi Allah, sungguh Allah benar-benar telah melebihkan engkau di atas kami dan sesungguhnya kami benar-benar orang-orang yang bersalah.” Ia berkata: “Tidak ada celaan bagi kamu pada hari ini, semoga Allah mengampuni kamu, dan Dia-lah Yang Paling Penyayang dari semua penyayang. (Yusuf [12]:90-93).
Karena tak tahan lagi melihat saudara-saudaranya secara demikian merendahkan harkat mereka sendiri dengan minta-minta gandum, Nabi Yusuf a.s. mengambil keputusan untuk membuka rahasia dirinya yang sebenarnya kepada mereka, tetapi beliau membuka persoalan itu dengan cara tidak langsung.
Nabi Yusuf a.s. tidak membiarkan saudara-saudaranya dalam kegelisahan, dan seketika itu juga melenyapkan segala kekhawatiran dan kecemasan mereka mengenai cara bagaimanakah beliau akan memperlakukan mereka, dengan segera mengatakan bahwa beliau akan mengampuni semua kesalahan mereka tanpa batas dan tanpa syarat apa pun.
Pengampunan Nabi Yusuf a.s. terhadap saudara-saudaranya dengan kelapangan dan kemurahan hati merupakan persamaan yang paling besar dan menonjol dengan Nabi Besar Muhammad saw.. Seperti Nabi Yusuf a.s., Nabi Besar Muhammad saw. pun mencapai kemuliaan dan kekuasaan dalam masa hijrah dan pembuangan, dan ketika sesudah bertahun-tahun mengalami pembuangan, beliau saw. memasuki kota kelahiran beliau sebagai penakluk dengan memimpin 10.000 Sahabat, dan Makkah bertekuk-lutut dan mencium duli telapak kaki beliau saw..
Nabi Besar Muhammad saw. bertanya kepada kaum beliau, perlakuan apa yang mereka harapkan dari beliau: “Perlakuan yang Nabi Yusuf a.s. berikan kepada saudara-saudaranya,” jawab mereka. “Tidak ada celaan atas kamu pada hari ini,” demikianlah Nabi Besar Muhammad saw. menjawab dengan segera.
Perlakuan mulia dari Nabi Besar Muhammad saw. terhadap musuh-musuh beliau saw. yang haus darah, yakni kaum Quraisy Makkah, yang tidak ada suatu kesempatan pun mereka biarkan untuk membunuh beliau saw. dan membinasakan Islam sampai ke akar-akarnya, adalah tidak ada bandingannya sepanjang sejarah umat manusia.
Perang Hunain
Mendapat perlakuan kasih-sayang tiada tara dari Nabi Besar Muhammad saw. tersebut seketika itu juga hati penduduk Makkah demikian mencintai beliau saw. dan siap untuk membela beliau saw. mati-matian. Itulah sebabnya ketika kemudian muncul beripa bahwa kaum Hawazin serta suku-suku gurun pasir telah bergabung untuk melakukan perlawanan terhadap umat Islam maka penduduk Makkah yang baru masuk Islam dengan penuh semangat ikut ambil bagian dalam pasukan Muslim dari Madinah, sehingga jumlah pasukan Muslim semakin besar jumlah.
Namun terbukti akibat kecerobohan pasukan orang-orang Mekkah yang baru bergabung tersebut bukannya memberikan keuntungan kepada Nabi Besar Muhammad saw. pasukan Muslim dari Madinah, bahkan yang terjadi sebaliknya, yakni dipukul mundurnya mereka oleh pasukan gabungan kaum Hawazin telah mengacau-balaukan pasukan Muslim yang ada di belakang mereka, firman-Nya:
لَقَدۡ نَصَرَکُمُ اللّٰہُ فِیۡ مَوَاطِنَ کَثِیۡرَۃٍ ۙ وَّ یَوۡمَ حُنَیۡنٍ ۙ اِذۡ اَعۡجَبَتۡکُمۡ کَثۡرَتُکُمۡ فَلَمۡ تُغۡنِ عَنۡکُمۡ شَیۡئًا وَّ ضَاقَتۡ عَلَیۡکُمُ الۡاَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ ثُمَّ وَلَّیۡتُمۡ مُّدۡبِرِیۡنَ ﴿ۚ۲۵﴾
Sungguh Allah benar-benar telah menolong kamu di banyak medan peperangan dan khususnya pada hari Hunain, ketika banyaknya jumlah kamu telah menakjubkanmu, tetapi itu tidak pernah memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi dengan keluasannya menjadi sempit bagimu, kemudian kamu berbalik mundur membelakangi rasul. (Al-Taubah [9]:25).
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa setelah Makkah jatuh, kabilah-kabilah Hawazin dan Tsaqif bergabung dan bergerak maju menyerang umat Islam. Nabi Besar Muhammad saw. bertemu dengan mereka di Hunain, kurang-lebih 15 mil ke sebelah barat-daya Makkah. Beliau saw. diiringi oleh 12000 orang, termasuk 2000 orang yang baru masuk Islam dan telah bergabung dengan lasykar Islam di Makkah.
Berlawanan dengan kebiasaan Nabi Besar Muhammad saw., mereka ini secara tergopoh-gopoh menyerang musuh, tetapi dengan cepat terpukul mundur dan melarikan diri dari medan perang dalam keadaan amat kucar-kacir dan mengacau-balaukan pasukan Islam yang ketika itu sedang melalui suatu celah-bukit yang sempit. Sebagai akibat dari kepanikan itu Nabi Besar Muhammad saw. tertinggal di medan perang dengan hanya 100 orang di sekitar beliau saw.. Panah-panah dari juru-juru panah musuh jatuh bertubi-tubi dengan gencar di sekeliling beliau saw..
Saat itu merupakan saat yang sangat genting, tetapi Nabi Besar Muhammad saw., seraya memacu bagal beliau saw. dengan gagah-berani, maju dan berseru: “Aku sesungguhnya Rasul Allah. Ini bukan dusta. Aku anak Abdul Muthalib.” Sayyidina Abbas, paman beliau saw. yang memiliki suara nyaring, memanggil orang-orang Islam yang sedang melarikan diri supaya berhenti dan kembali ke Junjungan mereka yang memerlukan mereka.
Panggilan yang nyaring ini menggetarkan jiwa orang-orang Islam, seperti bunyi nafiri pada Hari Pembalasan, dengan susah-payah mereka berkumpul lagi dan berlari kembali ke tempat Junjungan mereka, lalu menyerang musuh dengan hebatnya sehingga menimbulkan ketakutan pada hati musuh dan membuat mereka melarikan diri tunggang-langgang. Gelagat pun menjadi dan hari itu berakhir dengan kemenangan yang nyata bagi umat Islam dan tidak kurang dari 6000 orang kafir telah tertawan (Thabari dan Hisyam).
Kembali Ke Madinah
Jadi, dua kali Nabi Besar Muhammad saw. hampir terbunuh dalam pertempuran akibat kesalahan dari sekelompok pasukan Muslim, yakni dalam Perang Uhud dan dalam Perang Hunain, namun berkat karunia dan pertolongan Allah Swt. – sebagaimana tercantum dalam firman-Nya dalam peristiwa Isra (QS.17:2) -- akhirnya beliau saw. setelah peristiwa Fathah Makkah dan memperoleh kemenangan dalam Perang Hunain, kembali ke Madinah bersama golongan Muhajirin dan Anshar Madinah, meninggalkan penduduk Makkah yang dilanda kesedihan karena Nabi Besar Muhmmad saw. benar-benar hanya sekedar singgah di kota Mekkah (QS.90:1-5), yang menduduknya pernah mengusir beliau saw. hingga harus hijrah ke Madinah (QS.8:31), dan kembali ke Madinah bukan lagi sebagai pelarian melainkan sebagai Penakluk Agung kota Makkah, karena Madinah benar-benar menjadi “jannah” bagi beliau saw. dan umat Islam. Dengan demikian benarlah firman-Nya:
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿2﴾
Maha Suci Dia Yang memperjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (Bani Israil [17]:2).
Demikian pula firman-Nya berikut ini bukan lagi sebagai nubuatan (kabar gaib) melainkan dengan terjadinya peristiwa Fath Makkah telah terbukti secara nyata:
لَقَدۡ صَدَقَ اللّٰہُ رَسُوۡلَہُ الرُّءۡیَا بِالۡحَقِّ ۚ لَتَدۡخُلُنَّ الۡمَسۡجِدَ الۡحَرَامَ اِنۡ شَآءَ اللّٰہُ اٰمِنِیۡنَ ۙ مُحَلِّقِیۡنَ رُءُوۡسَکُمۡ وَ مُقَصِّرِیۡنَ ۙ لَا تَخَافُوۡنَ ؕ فَعَلِمَ مَا لَمۡ تَعۡلَمُوۡا فَجَعَلَ مِنۡ دُوۡنِ ذٰلِکَ فَتۡحًا قَرِیۡبًا ﴿۲۸﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰۦ وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ شَہِیۡدًا ﴿ؕ۲۹﴾ مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ اَخۡرَجَ شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪۳۰﴾
Sungguh Allah benar-benar telah menggenapi rukya Rasul-Nya dengan haq, niscaya kamu akan memasuki Masjidil Haram dengan aman jika Allah menghendaki, dengan mencukur habis rambut kepalamu atau memotong pendek tanpa kamu merasa takut. Tetapi Dia mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, maka Dia telah menjadikan bagimu selain itu satu kemenangan yang dekat. Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia meme-nangkannya atas semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemu-dian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada ba-tangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkit-kan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:28-30).
(Bersambung)
Rujukan:
The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar