Senin, 21 November 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Kanaan, "Negeri yang Dijanjikan" (10) & Nabi Sulaiman a.s. dan "Rayap Bumi"


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXXXV


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Kanaan - "Negeri yang Dijanjikan" (10) & Nabi Sulaiman a.s. dan "Rayap Bumi"

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma



وَ وَہَبۡنَا لِدَاوٗدَ سُلَیۡمٰنَ ؕ نِعۡمَ الۡعَبۡدُ ؕ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ ﴿ؕ۳۰ اِذۡ عُرِضَ عَلَیۡہِ بِالۡعَشِیِّ الصّٰفِنٰتُ الۡجِیَادُ ﴿ۙ۳۱ فَقَالَ اِنِّیۡۤ اَحۡبَبۡتُ حُبَّ الۡخَیۡرِ عَنۡ ذِکۡرِ رَبِّیۡ ۚ حَتّٰی تَوَارَتۡ بِالۡحِجَابِ ﴿ٝ۳۲

Dan kepada Daud Kami menganugerahkan Sulaiman, seorang hamba yang sangat baik, sesungguh-nya ia selalu kembali kepada Kami. Ketika dihadapkan kepadanya kuda-kuda yang terbaik pada petang hari, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku mencintai kesenangan akan barang yang baik karena mengingatkan kepada Tuhan-ku.” Hingga ketika kuda-kuda itu tersembunyi di belakang tabir, (Shaad (34]:31-33).

Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai upaya pembunuhan secara diam-diam yang dilakukan komplotan yang merongrong kedaulatan pemerintahan Nabi Daud a.s.. namun ketika perbuatan mereka diketahui oleh Nabi Daud a.s. lalu seketika itu juga mereka beralasan bahwa kedatangannya yang tidak diundang tersebut adalah untuk meminta penghakiman mengenai sengketa yang terjadi di antara mereka yang datang.

Sebenarnya Nabi Daud a.s. bisa saja membunuh mereka – baik secara langsung maupun dengan memanggil para penjaga keamanan – namun beliau tidak melakukan hal tersebut dan lebih memilih untuk mencari hikmah dari peristiwa tersebut sehingga beliau lebih mengetahui bagaimana sebenarnya keadaan yang terjadi di lingkungan kekuasaannya.

Itulah sebabnya setelah Nabi Daud a.s. mendengar keterangan dari komplotan tersebut – yang pada dasarnya sedang menyindir atau menuduh Nabi Daud a.s. sebagai seorang penguasa yang serakah dan berlaku zalim – beliau lalu memohon ampunan kepada Allah Swt. mengenai hal-hal yang beliau anggap sebagai kelemahan dalam mengemban amanat dari Allah Swt. sebagai seorang penguasa (raja), firman-Nya:

قَالَ لَقَدۡ ظَلَمَکَ بِسُؤَالِ نَعۡجَتِکَ اِلٰی نِعَاجِہٖ ؕ وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ الۡخُلَطَآءِ لَیَبۡغِیۡ بَعۡضُہُمۡ عَلٰی بَعۡضٍ اِلَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَ قَلِیۡلٌ مَّا ہُمۡ ؕ وَ ظَنَّ دَاوٗدُ اَنَّمَا فَتَنّٰہُ فَاسۡتَغۡفَرَ رَبَّہٗ وَ خَرَّ رَاکِعًا وَّ اَنَابَ ﴿ٛ۲۵ فَغَفَرۡنَا لَہٗ ذٰلِکَ ؕ وَ اِنَّ لَہٗ عِنۡدَنَا لَزُلۡفٰی وَ حُسۡنَ مَاٰبٍ ﴿۲۶ یٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلۡنٰکَ خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ ﴿٪۲۷

Ia, Daud, berkata: “Sungguh ia benar-benar telah berlaku zalim terhadap engkau dengan meminta domba betina engkau untuk menambahkannya kepada domba-domba betinanya. Dan sesungguhnya banyak di antara orang-orang yang berserikat itu benar-benar berlaku zalim sebagian terhadap sebagian lain, kecuali orang-orang yang beriman dan ber-amal shalih tetapi mereka itu sedikit.” Dan Daud menyangka bahwa Kami telah menguji dia maka ia memohon ampun kepada Tuhan-nya, dan ia merebahkan diri menyatakan kepatuhan dan menghadapkan diri kepada-Nya. Maka Kami mengampuni baginya hal itu, dan sesungguhnya ia benar-benar memiliki kedudukan yang dekat di sisi Kami dan sebaik-baik tempat kembali. “Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi maka hakimilah di antara manusia dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras karena mereka melupakan Hari Perhitungan. (Shaad [38]:25-27).

Pembelaan Al-Quran terhadap Keluhuran Akhlak Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s.

Jadi Nabi Daud a.s. tidak terkelabui oleh kedua perusuh berkedok sebagai orang-orang biasa yang sedang bersengketa, beliau memahami benar sandiwara itu. Meskipun beliau tidak kehilangan akal dan memberikan keputusan seperti seorang hakim yang sehat dan tenang pikirannya, tetapi beliau menyadari bahwa kewibawaan beliau atas kaum beliau telah melemah dan bahwa, meskipun tindakan pencegahan telah diambil, beliau sama sekali tidak aman terhadap rencana dan komplotan-komplotan jahat musuh beliau.

Nabi Daud a.s. merasa bahwa peristiwa itu merupakan peringatan dari Allah Swt. karena itu beliau menempuh jalan satu-satunya, seperti dilakukan orang-orang bertakwa dalam keadaan demikian. Beliau mendoa kepada Allah Swt. dan memohon perlindungan-Nya terhadap rencana-rencana dan komplotan-komplotan buruk musuh beliau. Sindiran yang terkandung di balik ceritera orang-orang yang bersengketa itu ialah, bahwa Nabi Daud a.s. itu seorang raja zalim yang memperluas kekuasaannya atas suku-suku bangsa tetangga yang kecil dan lemah.

Ungkapan ghafarnaa lahu dapat berarti Kami memberikan kepadanya perlin-dungan Kami,” atau “Kami bereskan urusan-urusannya” (Lexicon Lane). Kata-kata “Ia mempunyai kedudukan akrab di sisi Kami dan sebaik-baik tempat kembali,” menunjukkan bahwa Nabi Daud a.s. tidak menderita kerusakan akhlak atau kelemahan ruhani, dan dengan jitu sekali melenyapkan dan membinasakan tuduhan keji seakan-akan Nabi Daud a.s. telah melakukan zina dengan Batsyeba, istri Uria seseorang anggota pasukannya, seperti dituduhkan Bible terhadap beliau (II Semuel 11:4-5). Dari perempuan itu pula Nabi Sulaiman a.s. lahir, demikian menurut Bible (II Samuel 12:1-25). Na’uudzubillaahi min dzaalik.

Fitnah yang dilontarkan oleh penulis Bible terhadap Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. tersebut ditolak oleh Allah Swt. dalam Al-Quran, berikut firman-Nya mengenai Nabi Sulaiman a.s.:

وَ وَہَبۡنَا لِدَاوٗدَ سُلَیۡمٰنَ ؕ نِعۡمَ الۡعَبۡدُ ؕ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ ﴿ؕ۳۰ اِذۡ عُرِضَ عَلَیۡہِ بِالۡعَشِیِّ الصّٰفِنٰتُ الۡجِیَادُ ﴿ۙ۳۱ فَقَالَ اِنِّیۡۤ اَحۡبَبۡتُ حُبَّ الۡخَیۡرِ عَنۡ ذِکۡرِ رَبِّیۡ ۚ حَتّٰی تَوَارَتۡ بِالۡحِجَابِ ﴿ٝ۳۲ رُدُّوۡہَا عَلَیَّ ؕ فَطَفِقَ مَسۡحًۢا بِالسُّوۡقِ وَ الۡاَعۡنَاقِ ﴿۳۴

Dan kepada Daud Kami menganugerahkan Sulaiman, seorang hamba yang sangat baik, sesungguhnya ia selalu kembali kepada Kami. Ketika dihadapkan kepadanya kuda-kuda yang terbaik pada petang hari, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku mencintai kesenangan akan barang yang baik karena mengingatkan kepada Tuhan-ku.” Hingga ketika kuda-kuda itu tersembunyi di belakang tabir, Ia berkata: “Bawalah kembali kuda-kuda itu kepadaku,” Kemudian ia mulai mengusap-usap kaki dan leher kuda-kuda itu. (Shaad (34]:31-34).

Shaafinaat (kuda-kuda yang terbaik) ialah jamak dari shafinah, bentuk muannats dari shafin, yang berarti seekor kuda yang berdiri atas tiga kaki dan pada ujung kuku kaki keempatnya. Berdiri dengan sikap demikian dianggap ciri khas kuda Arab yang dipandang sebagai keturunan kuda terbaik. Jiyaad (kuda-kuda yang larinya cepat) itu jamak dari jawaad, dan ungkapan farasun jawaadun berarti seekor kuda yang larinya kencang (Lexicon Lane).

Allah Swt. menganugerahkan kepada Nabi Sulaiman a.s. kekuasaan dan kekayaan. Beliau memerintah kerajaan yang luas, dan oleh karena itu beliau terpaksa harus mempunyai angkatan perang yang kuat. Tentu saja beliau mempunyai kesukaan yang sangat akan kuda keturunan yang baik, sebab pasukan berkuda merupakan satu sayap yang kuat bagi angkatan perang beliau. Kegemaran Nabi Sulaiman a.s. akan kuda, bukan seperti kesukaan seorang pencandu berpacu kuda atau seorang peternak kuda profesional. Kegemaran itu timbul hanya karena kecintaan beliau kepada Khaliq-nya, karena kuda-kuda dipakai untuk berperang di jalan Allah.

Nampaknya Nabi Sulaiman a.s. sedang menyaksikan suatu pawai berkuda dan guna memperlihatkan kekaguman akan kuda-kuda beliau, maka beliau mengusap-usap leher dan kaki kuda-kuda itu.

"Jasad tak Bernyawa" Di Atas Singgasana Nabi Sulaiman a.s.

Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

وَ لَقَدۡ فَتَنَّا سُلَیۡمٰنَ وَ اَلۡقَیۡنَا عَلٰی کُرۡسِیِّہٖ جَسَدًا ثُمَّ اَنَابَ ﴿۳۵ قَالَ رَبِّ اغۡفِرۡ لِیۡ وَ ہَبۡ لِیۡ مُلۡکًا لَّا یَنۡۢبَغِیۡ لِاَحَدٍ مِّنۡۢ بَعۡدِیۡ ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿۳۶

Dan sungguh Kami benar-benar telah menguji Sulaiman serta Kami menempatkan di atas singgasana-nya suatu tubuh belaka, kemudian ia kembali kepada Tuhan-nya. Ia berkata: “Wahai Tuhan-ku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku suatu kerajaan yang tidak layak diwarisi oleh seseorang sesudahku. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah.” (Shaad 34]:35-36).

Dalam QS.34:15 ungkapan yang dipakai ialah “rayap bumi,” yang dapat mengisyaratkan kepada putra dan ahli waris Nabi Sulaiman a.s., yaitu Rehoboam, seorang-orang yang tidak berharga, atau kepada Jeroboam, oknum yang mengibarkan panji pemberontakan terhadap bangsa Nabi Daud a.s. (I Raja-raja 12:28). Nabi Sulaiman a.s. telah menyadari bahwa sesudah beliau wafat, kerajaan beliau tak akan dapat mempertahankan keutuhannya di bawah para penerus beliau yang tak cakap lagi tanpa berkemampuan itu. Oleh karena itu beliau menghadap dan mendoa ke hadirat Allah Swt.. Doa itu dicantumkan dalam ayat berikutnya.

Seperti nampak dari ayat sebelum ini Nabi Sulaiman a.s. telah mempunyai firasat bahwa kerajaan duniawi beliau akan menjadi terpecah-belah sesudah beliau wafat, disebabkan oleh kelemahan mental putra beliau yang tolol dan tidak berharga itu; maka beliau mendoa supaya kerajaan ruhani yang telah dianugerahkan Tuhan kepada keturunannya dapat berjalan terus. Bila kata-kata “suatu kerajaan yang tidak layak diwarisi oleh seseorang sesudahku,” diartikan secara harfiah, maka doa Nabi Sulaiman a.s. akan dipahami sudah terkabul dalam artian bahwa sesudah wafat beliau tidak akan ada raja di antara kaum Bani Israil yang memiliki kekuasaan dan pamor seperti beliau sendiri.

Pasukan Tempur dan Armada Dagang Nabi Sulaiman a.s.

Untuk mengelola suatu kawasan negera yang sangat luas bukan saja sangat membutuhkan biaya yang sangat banyak tetapi juga pasukan perang yang memadai, dan hal itu sangat diketahui oleh Nabi Sulaiman a.s., untuk tujuan itulah maka beliau telah mendayagunakan SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber Daya Manusia), termasuk mendayagunakan berbagai potensi kaum-kaum yang telah ditaklukkan oleh Nabi Daud a.s. maupun oleh beliau, firman-Nya:

فَسَخَّرۡنَا لَہُ الرِّیۡحَ تَجۡرِیۡ بِاَمۡرِہٖ رُخَآءً حَیۡثُ اَصَابَ ﴿ۙ۳۷ وَ الشَّیٰطِیۡنَ کُلَّ بَنَّآءٍ وَّ غَوَّاصٍ ﴿ۙ۳۸ وَّ اٰخَرِیۡنَ مُقَرَّنِیۡنَ فِی الۡاَصۡفَادِ ﴿۳۹ ہٰذَا عَطَآؤُنَا فَامۡنُنۡ اَوۡ اَمۡسِکۡ بِغَیۡرِ حِسَابٍ ﴿۴۰ وَ اِنَّ لَہٗ عِنۡدَنَا لَزُلۡفٰی وَ حُسۡنَ مَاٰبٍ ﴿٪۴۱

Maka Kami menundukkan kepadanya angin yang berhembus menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya, Dan syaitan-syaitan, masing-masing adalah ahli bangunan dan penyelam-penyelam, Dan orang-orang lainnya terikat dalam belenggu-belenggu. “Inilah anugerah Kami, maka berikanlah kebebasan atau tahanlah tanpa perhitungan.” Dan sesungguhnya ia benar-benar memiliki kedudukan yang dekat di sisi Kami dan sebaik-baik tempat kembali. (Shaad [38]:37-41).

Nabi Sulaiman a.s. seperti dinyatakan dalam QS.21:83 dan QS.34:13-14 di bawah kekuasaannya telah menaklukkan dan menundukkan suku-suku bangsa pegunungan yang biadab dan pembangkang. Beliau memerintahkan mereka berkhidmat kepada beliau dan memerintahkan mereka melaksanakan berbagai pekerjaan untuk beliau. Syayathin dalam ayat sebelum ini dan jin dalam QS.34:13 adalah kaum itu juga, dan pekerjaan yang mereka laksanakan atas perintah Nabi Sulaiman a.s. sifatnya sama juga (II Tawarikh 2:1- 2).

Firman-Nya lagi:

وَ لِسُلَیۡمٰنَ الرِّیۡحَ غُدُوُّہَا شَہۡرٌ وَّ رَوَاحُہَا شَہۡرٌ ۚ وَ اَسَلۡنَا لَہٗ عَیۡنَ الۡقِطۡرِ ؕ وَ مِنَ الۡجِنِّ مَنۡ یَّعۡمَلُ بَیۡنَ یَدَیۡہِ بِاِذۡنِ رَبِّہٖ ؕ وَ مَنۡ یَّزِغۡ مِنۡہُمۡ عَنۡ اَمۡرِنَا نُذِقۡہُ مِنۡ عَذَابِ السَّعِیۡرِ ﴿۱۲ یَعۡمَلُوۡنَ لَہٗ مَا یَشَآءُ مِنۡ مَّحَارِیۡبَ وَ تَمَاثِیۡلَ وَ جِفَانٍ کَالۡجَوَابِ وَ قُدُوۡرٍ رّٰسِیٰتٍ ؕ اِعۡمَلُوۡۤا اٰلَ دَاوٗدَ شُکۡرًا ؕ وَ قَلِیۡلٌ مِّنۡ عِبَادِیَ الشَّکُوۡرُ ﴿۱۳

Dan kepada Sulaiman Kami menundukkan angin, perjalanan paginya sama dengan sebulan perjalanan darat dan perjalanan petangnya sama dengan sebulan. Dan Kami mengalirkan sumber cairan tembaga untuk dia. Dan dari jin-jin ada yang bekerja di bawah perintahnya dengan izin Tuhan-nya, dan barangsiapa dari mereka menyimpang dari perintah Kami, Kami membuat dia merasakan azab Api yang menyala-nyala. Mereka mengerjakan untuknya apa yang dia kehendaki berupa tempat-tempat ibadah, patung-patung, kolam-kolam bagaikan bendungan dan periuk-periuk besar yang tetap pada tungkunya. “Hai keluarga Daud, beramallah sambil bersyukur.” Tetapi sedikit sekali di antara hamba-hamba-Ku yang bersyukur. (Saba [38]:13-14).

Wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman a.s. terbentang dari Siria Utara sepanjang pantai Laut Tengah sebelah timur sampai Laut Merah, sepanjang Laut Arab sampai Teluk Persia. Pada hakikatnya di zaman Nabi Sulaiman a.s. kerajaan Bani Israil telah mencapai puncak kejayaan dalam kekayaan harta, kekuasaan, dan pengaruh, sebagaimana ditam-pakkan oleh kata riih, yang di antara lain artinya kekuasaan dan penaklukan-penaklukan (Lexicon Lane) seperti digunakan dalam ayat ini. Ayat ini pun menunjukkan, bahwa Nabi Sulaiman a.s. memiliki suatu armada niaga yang besar (I. Raja-raja 9:26-28 & Jewish Encyclopaedia Jilid XI hlm. 437) dan bahwa perindustrian dan kerajinan telah berkembang pesat di bawah pemerintahan beliau dan bahwa beliau telah menaklukkan serta memanfaatkan tenaga suku-suku bangsa pegunungan yang liar lagi suka memberontak (II Tawarikh 2:18 & 4:1-2).

sSelaku seorang raja yang kaya-raya, sangat berkuasa dan beradab, Nabi Sulaiman a.s. pun merupakan tokoh di antara raja-raja bangsa Bani Israil, yang mendirikan bangunan-bangunan. Beliau mempunyai selera yang istimewa mengenai seni bangunan yang telah berkembang pesat di masa kekuasaan beliau. Baitulmuqadas di Yerusalem memberi bukti yang nyata tentang selera halus beliau berkenaan dengan seni bangunan.

"Rayap Bumi" Pemakan "Tongkat" Nabi Sulaiman a.s.

فَلَمَّا قَضَیۡنَا عَلَیۡہِ الۡمَوۡتَ مَا دَلَّہُمۡ عَلٰی مَوۡتِہٖۤ اِلَّا دَآبَّۃُ الۡاَرۡضِ تَاۡکُلُ مِنۡسَاَتَہٗ ۚ فَلَمَّا خَرَّ تَبَیَّنَتِ الۡجِنُّ اَنۡ لَّوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ الۡغَیۡبَ مَا لَبِثُوۡا فِی الۡعَذَابِ الۡمُہِیۡنِ ﴿ؕ۱۴

Maka tatkala Kami menentukan kematiannya, sekali-kali tidak ada yang menunjukkan kematiannya kepada mereka selain rayap bumi yang memakan tongkatnya. Lalu tat-kala tongkat itu jatuh, jin-jin mengetahui dengan jelas bahwa seandainya mereka mengetahui yang gaib, mereka sekali-kali tidak akan tetap dalam azab yang menghinakan. (Sabaa [34]:13).

Putra yang sia-sia sebagai penerus Nabi Sulaiman a.s., Rehoboam -- yang dalam ayat sebelumnya disebut "jasad tak bernyawa di atas singgasana Nabi Sulaiman a.s." -- di bawah pemerintahannya yang lemah itu kerajaan Nabi Sulaiman a.s. yang tadinya besar dan berkuasa telah menjadi berantakan (I Raja-raja, fatsal 12, 13, 14 & Jewish Encyclopaedia di bawah “Rehoboam”). Kehancuran dan keterpecahbelahan kerajaan Nabi Sulaiman a.s. mulai berlaku pada masa pemerintahan Rehoboam.

Ungkapan kalimat seandainya mereka mengetahui yang gaib, mereka sekali-kali tidak akan tetap dalam azab yang menghinakan“ berkenaan dengan jin-jin, hal itu menunjukkan bahwa penggunaan kata jin dan syaitan berkenaan dengan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. sama sekali tidak merujuk kepada golongan makhluk halus yang disebut jin dan syaitan, melainkan mengisyaratkan kepada kaum-kaum yang ditaklukkan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., yang wilayah tempat tinggal mereka sangat jauh dari Yerusalem, pusat pemerintahan kerajaan Nabi Sulaiman a.s., sehingga sampainya kabar mengenai kewafatan Nabi Sulaiman a.s. kepada mereka memakan waktu yang cukup lama.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid



Tidak ada komentar:

Posting Komentar