Selasa, 08 November 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Madinah (15) &


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXXIV


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Madinah (15) & Nubuatan Penaklukan Makkah

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


ہُمُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا وَ صَدُّوۡکُمۡ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ الۡہَدۡیَ مَعۡکُوۡفًا اَنۡ یَّبۡلُغَ مَحِلَّہٗ ؕ وَ لَوۡ لَا رِجَالٌ مُّؤۡمِنُوۡنَ وَ نِسَآءٌ مُّؤۡمِنٰتٌ لَّمۡ تَعۡلَمُوۡہُمۡ اَنۡ تَطَـُٔوۡہُمۡ فَتُصِیۡبَکُمۡ مِّنۡہُمۡ مَّعَرَّۃٌۢ بِغَیۡرِ عِلۡمٍ ۚ لِیُدۡخِلَ اللّٰہُ فِیۡ رَحۡمَتِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۚ لَوۡ تَزَیَّلُوۡا لَعَذَّبۡنَا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡہُمۡ عَذَابًا اَلِیۡمًا ﴿۲۶

Mereka itulah orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram serta mencegah hewan-hewan kurban sampai ke tempat penyembelihannya. Dan seandainya tidak karena beberapa orang beriman laki-laki dan perempuan yang kamu mengenai mereka kamu tidak mengetahuinya bahwa kamu akan menginjak-injak mereka lalu dengan demikian kamu akan ditimpa suatu aib dari mereka, supaya Allāh memasuk-kan ke dalam rahmat-Nya siapa yang Dia kehendaki. Seandainya mereka terpisah niscaya Kami akan meng-azab orang-orang kafir di antara me-reka dengan azab yang pedih. (Al-Fath [48]:26).


Kembali kepada Surah Al-Fath mengenai bai’atur- ridwan dan Perjanjian Hudaibiyah, firman Allah Swt. di awal Bab ini menerangkan alasan kenapa Allah Swt. tidak mengijinkan Nabi Besar Muhammad saw. dan para Sahabat beliau saw. yang telah menyatakan bai’at untuk menuntut balas atas isu mengenai terbunuhnya Utsman bin ‘Affan r.a. yang merupakan “duta” Nabi Besar Muhammad saw. oleh orang-orang kafir Quraisy Mekkah.

Menurut Allah Swt. bahwa ada suatu kelompok orang Muslim tinggal di kota Mekkah dan bila perang terjadi, lasykar Islam mungkin akan membunuh saudara-saudara seagama mereka itu tanpa disengaja, dengan demikian menyebabkan kerugian besar bagi perjuangan mereka sendiri dan tambahan pula mendapatkan fitnah dan ejekan. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

اِذۡ جَعَلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡحَمِیَّۃَ حَمِیَّۃَ الۡجَاہِلِیَّۃِ فَاَنۡزَلَ اللّٰہُ سَکِیۡنَتَہٗ عَلٰی رَسُوۡلِہٖ وَ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ اَلۡزَمَہُمۡ کَلِمَۃَ التَّقۡوٰی وَ کَانُوۡۤا اَحَقَّ بِہَا وَ اَہۡلَہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿٪۲۷

Ketika orang-orang yang kafir menjadikan dalam hati mereka keangkuhan, yakni keangkuhan Jahiliyah, lalu Allah menurunkan ketenteraman-Nya kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang beriman serta mewajibkan mereka atas dirinya asas ketakwaan dan mereka lebih patut memiliki-nya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Fath [48]:27).

Nubuatan Mengenai Fathah (Penaklukkan) Makkah

Bertentangan dengan tradisi dan adat-kebiasaan mereka sendiri bahwa orang yang mau menghampiri (menziarahi) Ka’bah dan bertawaf tidak boleh dirintangi dalam keempat bulan suci – yakni Dzal Qa’dah, Dzul- Hijjah, Muharam, Rajab — dari adanya rasa harga diri yang palsu dan bangga akan kebangsaannya, orang-orang musyrik Mekkah, telah membuat hal itu sebagai dasar bagi kehormatan mereka untuk tidak mengizinkan orang-orang Islam memasuki kota Mekkah dan melaksanakan umrah.

Akan tetapi “Allah menurunkan ketenteraman-Nya” atas orang-orang Islam, dan kendatipun mereka sangat bingung atas syarat-syarat Perjanjian Hidaibiyah yang nampaknya seperti menghinakan itu, namun karena menghormati kehendak dan perintah Junjungan yang dicintai mereka, mereka memikul segala itu dengan mawas diri secara patut, sabar, dan tidak meninggalkan sikap jujur dan takwa, walaupun berada di bawah cekaman suasana yang teramat memancing kemarahan. Hanya sahabat-sahabat Nabi Besar Muhammad saw. sendirilah yang mampu memperlihatkan contoh semulia itu.

Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai alasan keberangkatan Nabi Besar Muhammad saw. disertai para sahabah untuk melaksanakan umrah, yang kemudian membuahklan Perjanjian Hudaibiyah, yang disebut “Kemenangan yang nyata”:

لَقَدۡ صَدَقَ اللّٰہُ رَسُوۡلَہُ الرُّءۡیَا بِالۡحَقِّ ۚ لَتَدۡخُلُنَّ الۡمَسۡجِدَ الۡحَرَامَ اِنۡ شَآءَ اللّٰہُ اٰمِنِیۡنَ ۙ مُحَلِّقِیۡنَ رُءُوۡسَکُمۡ وَ مُقَصِّرِیۡنَ ۙ لَا تَخَافُوۡنَ ؕ فَعَلِمَ مَا لَمۡ تَعۡلَمُوۡا فَجَعَلَ مِنۡ دُوۡنِ ذٰلِکَ فَتۡحًا قَرِیۡبًا ﴿۲۸

Sungguh Allah benar-benar telah menggenapi rukya Rasul-Nya dengan haq, niscaya kamu akan memasuki Masjidil Haram dengan aman jika Allah menghendaki, dengan mencukur habis rambut kepalamu atau memotong pendek tanpa kamu merasa takut. Tetapi Dia mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, maka Dia telah menjadikan bagimu selain itu satu kemenangan yang dekat. (Al-Fath [48]:28).

Ayat ini menunjuk kepada rukya (penglihatan ruhani) yang telah dilihat Nabi Besar Muhammad saw. yaitu, beliau saw. sedang bertawaf bersama para sahabat (Bukhari). Beliau saw. bertolak ke Mekkah disertai kurang lebih 1500 sahabat untuk melaksanakan umrah. Beliau saw. tidak diperkenankan oleh orang-orang Quraisy menghampiri Ka’bah, walaupun Surah ini menerangkan dengan tegas bahwa kasyaf atau rukya Nabi Besar Muhammad saw. benar dan bahwa orang-orang Muslim pasti akan memasuki kota Mekkah dan menunaikan ibadah umrah.

Perjalanan Nabi Besar Muhammad saw. di samping memenuhi maksud-maksud lain yang bermanfaat dan telah disinggung sebelum ini, menetapkan suatu kenyataan penting bahwa nabi-nabi Allah pun kadangkala memberi takwil yang nampaknya keliru mengenai rukya-rukya mereka. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰۦ وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ شَہِیۡدًا ﴿ؕ۲۹

Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, supaya Dia memenangkannya atas semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (Al-Fath [48]:29).

Dua Misal Umat Islam

Ayat ini menyampaikan suatu nubuatan yang berani, bahwa Islam pada akhirnya akan mengungguli semua agama lain. Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai perwujudan nubuatan keunggulan agama Islam atas agama-agama lainnya tersebut:

مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ اَخۡرَجَ شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪۳۰

Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat ckeras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, dan perumpaman mereka dalam Injil adalah seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:30).

Inilah dua macam ciri khas penting bagi suatu bangsa maju dan jaya yang berusaha meninggalkan jejak mereka di atas jalur peristiwa sejarah dunia. Di lain tempat dalam Al-Quran (QS.5:55) orang-orang Muslim sejati dan baik telah dilukiskan sebagai yang baik hati dan rendah hati terhadap orang-orang mukmin dan keras serta tegas terhadap orang-orang kafir.

Kata-kata, “Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,” dapat juga ditujukan kepada pelukisan yang diberikan oleh Bible, yakni: Kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran, lalu datang hampir dari bukit Kades” (Terjemahan ini dikutip dari “Alkitab” dalam bahasa Indonesia, terbitan “Lembaga Alkitab Indonesia” tahun 1958). Dalam bahasa Inggrisnya berbunyi: “He shined forth from mount Paran and he came with ten thousands of saints,” yang artinya: “Ia nampak dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran dan ia datang dengan sepuluh ribu orang kudus” (Deut. 33:2), Pent).

Ada pun ungkapan “Dan perumpamaan mereka dalam Injil adalah laksana tanaman, “ dapat ditujukan kepada perumpamaan lain dalam Bible, yaitu: “Adalah seorang penabur keluar hendak menabur benih; maka sedang ia menabur, ada separuh jatuh di tepi jalan, lalu datanglah burung-burung makan, sehinga habis benih itu. Ada separuh jatuh di tempat yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, maka dengan segera benih itu tumbuh, sebab tanahnya tidak dalam. Akan tetapi ketika matahari naik, layulah ia, dan sebab ia tiada berakar, keringlah ia. Ada juga separuh jatuh di tanah semak dari mana duri itu pun tumbuh serta membantutkan benih itu. Dan ada pula se-paruh jatuh di tanah yang baik, sehingga mengeluarkan buah, ada yang seratus, ada yang enam puluh, ada yang tiga puluh kali ganda banyaknya” (Matius 13:3-8).

Perumpamaan yang pertama nampaknya dikenakan kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. dan perumpamaan yang kedua dikenakan kepada para pengikut rekan sejawat dan misal Nabi Isa a.s. yaitu Masih Mau’ud a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah (QS.62:3-5), yang berangkat dari suatu permulaan yang sangat kecil dan tidak berarti telah ditakdirkan berkembang menjadi suatu organisasi perkasa, dan berangsur-angsur tetapi tetap maju menyampaikan tabligh Islam ke seluruh pelosok dunia, sehingga Islam akan mengungguli dan menang atas semua agama, dan lawan-lawannya akan merasa heran dan iri hati terhadap kekuatan dan pamornya.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid


Tidak ada komentar:

Posting Komentar