Rabu, 23 November 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Kanaan, "Negeri yang Dijanjikan (13) & Nabi Sulaiman a.s. dan Ratu saba (2)


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXXXVIII


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Kanaan - "Negeri yang Dijanjikan" (13) & Nabi Sulaiman a.s. dan Ratu Saba (2)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


وَ صَدَّہَا مَا کَانَتۡ تَّعۡبُدُ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ اِنَّہَا کَانَتۡ مِنۡ قَوۡمٍ کٰفِرِیۡنَ ﴿۴۴ قِیۡلَ لَہَا ادۡخُلِی الصَّرۡحَ ۚ فَلَمَّا رَاَتۡہُ حَسِبَتۡہُ لُجَّۃً وَّ کَشَفَتۡ عَنۡ سَاقَیۡہَا ؕ قَالَ اِنَّہٗ صَرۡحٌ مُّمَرَّدٌ مِّنۡ قَوَارِیۡرَ ۬ؕ قَالَتۡ رَبِّ اِنِّیۡ ظَلَمۡتُ نَفۡسِیۡ وَ اَسۡلَمۡتُ مَعَ سُلَیۡمٰنَ لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪۴۵

Dan apa yang senantiasa disembahnya selain Allah telah menghalanginya beriman, sesungguhnya ia termasuk kaum kafir. Dikatakan kepada dia: “Masuklah ke istana.” Maka tatkala ia melihatnya ia menyangka itu air yang dalam, dan ia menyingkapkan kain dari betisnya. Ia (Sulaiman) berkata: “Sesungguhnya ini istana yang berlan-taikan ubin dari kaca.” Ia (Ratu Saba) berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri dan aku tunduk bersama Sulaiman kepada Allah Tuhan seluruh alam.” (Al-Naml [27]:44-45).

Dalam Bab sebelumnya telah diterangkan mengenai tugas Jenderal Hud-hud mengantarkan surat Nabi Sulaiman a.s. kepada Ratu Saba, sekali gus untuk menguji kebenaran laporan intelijen yang disampaikan Jenderal Hud-hud kepada Nabi Sulaiman a.s., firman-Nya:

قَالَتۡ یٰۤاَیُّہَا الۡمَلَؤُا اِنِّیۡۤ اُلۡقِیَ اِلَیَّ کِتٰبٌ کَرِیۡمٌ ﴿۳۰ اِنَّہٗ مِنۡ سُلَیۡمٰنَ وَ اِنَّہٗ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿ۙ۳۱ اَلَّا تَعۡلُوۡا عَلَیَّ وَ اۡتُوۡنِیۡ مُسۡلِمِیۡنَ ﴿٪۳۲

Ia (Ratu Saba) berkata: “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah disampaikan kepadaku surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya surat itu berbunyi: Dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Janganlah kamu berlaku sombong terhadapku, dan datanglah kepadaku dengan berserah diri.” (Al-Naml [27]:30-32).

Sistim Musyawarah

Walau pun Ratu Saba adalah seorang musyrik, tetapi dalam melaksanakan tatacara pemerintahan ia tidak bertindak otoriter, melainkan melaksanakan sistim musyawarah dengan para pembesarnya, terutama dalam masalah yang penting, contohnya adalah ketika mensikapi isi surat Nabi Sulaiman a.s. yang berisi peringatan, firman-Nya:

قَالَتۡ یٰۤاَیُّہَا الۡمَلَؤُا اَفۡتُوۡنِیۡ فِیۡۤ اَمۡرِیۡ ۚ مَا کُنۡتُ قَاطِعَۃً اَمۡرًا حَتّٰی تَشۡہَدُوۡنِ ﴿۳۳ قَالُوۡا نَحۡنُ اُولُوۡا قُوَّۃٍ وَّ اُولُوۡا بَاۡسٍ شَدِیۡدٍ ۬ۙ وَّ الۡاَمۡرُ اِلَیۡکِ فَانۡظُرِیۡ مَاذَا تَاۡمُرِیۡنَ ﴿۳۴ قَالَتۡ اِنَّ الۡمُلُوۡکَ اِذَا دَخَلُوۡا قَرۡیَۃً اَفۡسَدُوۡہَا وَ جَعَلُوۡۤا اَعِزَّۃَ اَہۡلِہَاۤ اَذِلَّۃً ۚ وَ کَذٰلِکَ یَفۡعَلُوۡنَ ﴿۳۵ وَ اِنِّیۡ مُرۡسِلَۃٌ اِلَیۡہِمۡ بِہَدِیَّۃٍ فَنٰظِرَۃٌۢ بِمَ یَرۡجِعُ الۡمُرۡسَلُوۡنَ ﴿۳۶

Ia (Ratu Saba) berkata: “Hai pembesar-pembesar, berikan pendapat kepadaku mengenai urusanku ini, karena aku sekali-kali tidak memutuskan sesuatu perkara hingga kamu hadir di hadapanku.” Mereka berkata: “Kita memiliki kekuatan, dan kita memiliki keberanian yang hebat dalam peperangan, tetapi memberi perintah itu ada pada engkau, maka pertimbangkanlah apa yang engkau akan perintahkan.” Ia, ratu, berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila mereka memasuki suatu kota mereka merusakkannya dan mereka menjadikan penduduknya yang mulia sebagai orang-orang yang hina, dan demikianlah selalu mereka kerjakan. Tetapi sesungguhnya aku akan mengirimkan kepada mereka hadiah dan akan menanti jawaban apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu. (Al-Naml [27]:33-36).

Ayat ini menunjukkan, bahwa Ratu Saba itu seorang ratu yang sangat besar kekuasaannya, memiliki sumber-sumber kekayaan yang besar, lagi pula dicintai, dibela, dan ditaati dengan ikhlas oleh rakyatnya, dan ia menjadi pembela nasib mereka. Kekuasaan dan kejayaan kerajaan Saba mencapai puncaknya pada kira-kira 1100 s.M. Masa kekuasaan ratu itu berlangsung sampai 950 s.M., ketika beliau diduga telah tunduk kepada Nabi Sulaiman a.s. Dengan ketundukkan beliau, maka genaplah nubuatan Bible, yakni, “Segala raja Syeba dan Saba pun akan mengantar bingkisan” (Mazmur 72:10). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

فَلَمَّا جَآءَ سُلَیۡمٰنَ قَالَ اَتُمِدُّوۡنَنِ بِمَالٍ ۫ فَمَاۤ اٰتٰىنَِۧ اللّٰہُ خَیۡرٌ مِّمَّاۤ اٰتٰىکُمۡ ۚ بَلۡ اَنۡتُمۡ بِہَدِیَّتِکُمۡ تَفۡرَحُوۡنَ ﴿۳۷ اِرۡجِعۡ اِلَیۡہِمۡ فَلَنَاۡتِیَنَّہُمۡ بِجُنُوۡدٍ لَّا قِبَلَ لَہُمۡ بِہَا وَ لَنُخۡرِجَنَّہُمۡ مِّنۡہَاۤ اَذِلَّۃً وَّ ہُمۡ صٰغِرُوۡنَ ﴿۳۸ قَالَ یٰۤاَیُّہَا الۡمَلَؤُا اَیُّکُمۡ یَاۡتِیۡنِیۡ بِعَرۡشِہَا قَبۡلَ اَنۡ یَّاۡتُوۡنِیۡ مُسۡلِمِیۡنَ ﴿۳۹

Maka tatkala ia datang membawa hadiah ke hadapan Sulaiman, ia berkata: “Apakah kamu membantuku dengan harta? Tetapi apa yang Allah berikan kepadaku itu lebih baik daripada apa yang Dia berikan kepadamu. Bahkan kamu merasa sangat bangga dengan hadiahmu itu. Kembalilah kepada mereka maka kami pasti akan datang kepada mereka dengan lasykar-lasykar yang mereka tidak sanggup menghadapinya, dan niscaya kami akan mengusir mereka darinya dengan terhina dan mereka menjadi orang nista.” Ia (Sulaiman) berkata: “Hai para pembesar, siapakah dari antara kamu akan membawa kepadaku singgasananya sebelum mereka datang kepadaku berserah diri?” (Al-Naml [27]:37-39).

Dua Penawaran Mendatangkan Singgasana Ratu Saba

Nabi Sulaiman a.s. rupa-rupanya merasa sangat tersinggung oleh Ratu Saba yang mengirim hadiah-hadiah kepada beliau. Beliau menganggapnya penghinaan. Beliau telah menuntut Sang Ratu agar menyerah, tetapi malahan beliau dikirimi hadiah-hadiah murah. Mula-mula orang Saba telah menyerang wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman a.s. atau telah berusaha menimbulkan kerusuhan di dalamnya. Oleh karena itulah pengiriman hadiah-hadiah dari Ratu Saba itu sangat menyinggung perasaan dan membangkitkan kemurkaan beliau. Dalam keadaan biasa, beliau akan senang sekali mendapat hadiah-hadiah itu.

Kata qibal dalam kalimat “dengan lasykar-lasykar yang mereka tidak sanggup menghadapinya,“ berarti: kekuasaan, kekuatan, wewenang. Mereka berkata: maali bihii qibalun, yakni “aku tidak berdaya melawan dia” (Aqrab). Nampaknya para utusan Ratu Saba telah melaporkan pula mengenai kesiap-siagaan pasukan tempur yang beserta Nabi Sulaiman a.s., dan atas laporan tersebut akhirnya Ratu Saba memilih jalan damai, yakni dengan cara melakukan kunjungan kepada Nabi Sulaiman a.s..

Ungkapan bi’arsyiha dalam kalimat “Ia (Sulaiman) berkata: “Hai para pembesar, siapakah dari antara kamu akan membawa kepadaku singgasananya sebelum mereka datang kepadaku berserah diri?” (Al-Naml [27]:39), agaknya berarti singgasana yang Nabi Sulaiman a.s. perintahkan membuatnya untuk Ratu Saba. Nampaknya sudah menjadi kebiasaan di zaman itu bahwa bila seorang kepala negara berkunjung kepada kepala negara lain maka sebuah singgasana dibangun bagi penerimaan tamu agung itu.

Nabi Sulaiman a.s. pun memerintahkan membangun singgasana untuk menyambut Ratu Saba. Dikatakan “singgasananya” sebab singgasana itu khusus dibangun untuk Sang Ratu. Ungkapan itu dapat juga berarti “seperti singgasananya,” dan ya’tinī dapat diartikan “akan menyiapkan bagiku.”

قَالَ عِفۡرِیۡتٌ مِّنَ الۡجِنِّ اَنَا اٰتِیۡکَ بِہٖ قَبۡلَ اَنۡ تَقُوۡمَ مِنۡ مَّقَامِکَ ۚ وَ اِنِّیۡ عَلَیۡہِ لَقَوِیٌّ اَمِیۡنٌ ﴿۳۹

Seorang hulubalang yang gagah-perkasa (‘ifrit) dari kalangan para jin berkata: “Aku akan membawanya kepada engkau sebelum engkau berdiri dari tempat engkau, dan sesungguhnya atas itu aku memiliki kekuatan lagi terpercaya.” (Al-Naml [27]:40).

‘Ifrit berasal dari kata ‘afara yang berarti: ia melemparkan dia ke tanah atau menghina dia, yaitu suatu kata yang digunakan baik untuk manusia ataupun untuk jin, dan berarti: (1) seorang yang kuat dan gagah-perkasa; (2) tajam, gesit, dan efektif dalam menghadapi sesuatu urusan, melewati batas-batas biasa dalam urusan itu dengan kecerdasan dan kecerdikan; (3) seorang kepala, dan lain-lain (Lexicon Lane).

Kata-kata itu menunjukkan bahwa ‘ifrit tersebut adalah seorang pembesar yang sangat tinggi kedudukannya serta mempunyai wewenang besar, dan karena itu sangat percaya akan diri sendiri untuk dapat melaksanakan perintah atasannya dengan memuaskan dalam batas waktu yang diberikan kepadanya. Maqāmika mengandung arti tempat Nabi Sulaiman a.s. berkemah dalam perjalanan beliau ke negeri Saba dan sedang menantikan duta beliau kembali dengan membawa jawaban atas surat yang beliau kirim kepada Ratu Saba. Selanjutnya Allah SWt. berfirman:

قَالَ الَّذِیۡ عِنۡدَہٗ عِلۡمٌ مِّنَ الۡکِتٰبِ اَنَا اٰتِیۡکَ بِہٖ قَبۡلَ اَنۡ یَّرۡتَدَّ اِلَیۡکَ طَرۡفُکَ ؕ فَلَمَّا رَاٰہُ مُسۡتَقِرًّا عِنۡدَہٗ قَالَ ہٰذَا مِنۡ فَضۡلِ رَبِّیۡ ۟ۖ لِیَبۡلُوَنِیۡۤ ءَاَشۡکُرُ اَمۡ اَکۡفُرُ ؕ وَ مَنۡ شَکَرَ فَاِنَّمَا یَشۡکُرُ لِنَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاِنَّ رَبِّیۡ غَنِیٌّ کَرِیۡمٌ ﴿۴۱

Orang yang memiliki pengetahuan mengenai buku berkata: “Aku akan mendatangkannya kepada engkau sebelum utusan kembali kepada engkau.” Maka tatkala ia (Sulaiman) melihatnya telah ada di hadapannya ia berkata: “Ini adalah dari karunia Tuhan-ku supaya Dia mengujiku apakah aku bersyukur ataukah tidak bersyukur. Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya ia bersyukur untuk manfaat dirinya sendiri, dan barangsiapa tidak bersyukur maka sesungguhnya Tuhan-ku Mahacukup, Mahamulia.” (Al-Naml [27]:41).

Tharf berarti: sekilas pandang; seorang bangsawan; penghasilan pajak pemerintah; seorang utusan dari Yaman (Lexicon Lane). Ungkapan itu dapat diartikan: (1) sebelum duta engkau dari Yaman kembali kepada engkau; (2) dalam sekejap mata; (3) sebelum pajak pendapatan pemerintah disetor kepada perbendaharaan negara.

Dalam arti yang tersebut belakangan, ungkapan itu akan berarti Aku tidak perlu lagi uang; uang yang sudah ada dalam khazanah pemerintah sudah cukup memenuhi perongkosan mendirikan singgasana bagi Sang Ratu.” Ungkapan “yang mempunyai pengetahuan mengenai buku,” agaknya menunjuk kepada seseorang yang mengetahui seluk-beluk keuangan. Mungkin juga ia menteri keuangan Nabi Sulaiman a.s. .

Dalam ayat ini dan dalam ayat sebelumnya, dua buah penawaran untuk menyiapkan singgasana bagi permintaan Nabi Sulaiman a.s. telah disebutkan, pertama diajukan oleh ifrit yang menyediakan diri untuk menyiapkan singgasana itu sebelum Nabi Sulaiman a.s. mengemasi kemah dan berangkat kembali, dan yang lainnya oleh “orang yang mempunyai pengetahuan tentang buku.” Yang disebut terakhir memberikan penawaran yang lebih baik untuk menyelesaikan singgasana itu sebelum duta Nabi Sulaiman a.s. – yakni Hud-hud -- kembali dengan jawaban atas surat beliau kepada Ratu.

Mengubah Singgasana Hadiah Ratu Saba

Hubungan kalimat itu menunjukkan, bahwa Nabi Sulaiman a.s. menerima penawaran yang kedua, sebab beliau menghendaki agar singgasana itu selesai sebelum Ratu Saba datang mengadakan kunjungan kehormatan kepada beliau dan beliau dapat tinggal di tempat itu sampai Ratu Saba datang dan seluruh upacara selesai.

Ayat tersebut (QS.27:41) mengandung arti juga bahwa segala macam orang dipekerjakan oleh Nabi Sulaiman a.s. — orang-orang yang berilmu-pengetahuan dan berpengalaman, pekerja-pekerja terampil dan buruh-buruh kasar, tukang-tukang dan ahli-ahli teknik.

قَالَ نَکِّرُوۡا لَہَا عَرۡشَہَا نَنۡظُرۡ اَتَہۡتَدِیۡۤ اَمۡ تَکُوۡنُ مِنَ الَّذِیۡنَ لَا یَہۡتَدُوۡنَ ﴿۴۲ فَلَمَّا جَآءَتۡ قِیۡلَ اَہٰکَذَا عَرۡشُکِ ؕ قَالَتۡ کَاَنَّہٗ ہُوَ ۚ وَ اُوۡتِیۡنَا الۡعِلۡمَ مِنۡ قَبۡلِہَا وَ کُنَّا مُسۡلِمِیۡنَ ﴿۴۳

Ia (Sulaiman) berkata: “Buatlah singgasana hadiahnya itu tidak berharga baginya, kita lihat apakah ia mendapat petunjuk ataukah ia termasuk orang-orang yang tidak mendapat petunjuk.” Maka tatkala ia (ratu Saba) datang dikatakan kepadanya: “Serupa inikah singgasana engkau?” Ia menjawab, “Ini seolah-olah sama seperti itu, dan kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.” (Al-Naml [27]:42-43).

Makkara-hu berarti: ia mengganti atau mengubah bentuk sesuatu agar tidak dikenal; ia membuatnya nampak biasa saja (Lexicon Lane). Oleh karena itu ungkapan yang tercantum dalam terjemahan ayat berarti: “buatlah singgasana ini lebih baik daripada singgasananya, sehingga singgasana sendiri nampak biasa saja.” Ayat ini bermaksud mengatakan bahwa Nabi Sulaiman a.s. telah memerintahkan pembesarnya yang dipercayakan tugas menyiapkan singgasana bagi Ratu Saba, supaya membuatnya demikian cantik, sehingga Ratu itu akan mengakui keunggulan dalam seni pembuatannya sehingga menjadi tidak menyukai lagi singgasananya sendiri, dan dengan demikian dapat mengerti bahwa kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan Nabi Sulaiman a.s. jauh lebih besar dan lebih unggul dari kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan Ratu itu sendiri.

Itulah rupa-rupanya arti kalimat “apakah ia mendapat petunjuk.” Nabi Sulaiman a.s. berusaha menjelaskan kepada Ratu Saba sia-sianya berusaha menentang atau melawan beliau. Ratu Saba dengan pembesar-pembesar dan kaum bangsawan istana nampaknya berbesar kepala (bangga) oleh kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan mereka (QS.27:34), dan Nabi Sulaiman a.s. berkehendak menyadarkan mereka dari anggapan keliru itu (QS.27:37).

Seandainya kata “singgasananya” diambil dalam artian singgasana yang konon telah dikirim oleh Ratu Saba kepada Nabi Sulaiman a.s. sebagai hadiah, maka kata nakkiru akan berarti bahwa singgasana itu demikian dihiasi dan diperindah serta gambar-gambar patung yang dilukis padanya —jika memang ada— dihapus begitu sempurna, sehingga Ratu Saba tidak dapat mengenalnya kembali.

Kata-kata kami telah diberi pengetahuan sebelumnya, maknanya ialah bahwa Ratu Saba telah menjadi maklum (mengetahui) akan kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan Nabi Sulaiman a.s., dan telah mengambil keputusan menyerah kepada beliau.

Istana Berlantai Kaca Bening & Falsafahnya

Nabi Sulaiman a.s. tidak dengan pengakuan Ratu Saba akan keunggulan kekuasaan serta sumber-sumber kekayaan – yakni SDA dan SDM -- yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman, sebab sebagai seorang rasul Allah beliau menginginkan agar Ratu Saba dan kaumnya melepaskan kemusyrikan yang selama itu mereka lakukan.

Untuk tujuan menyadarkan Ratu Saba dari kekeliruannya menjadikan berbagai benda langit sebagai sembahan, maka Nabi Sulaiman a.s. mengundang Ratu Saba untuk memasuki sebuah istana yang telah dirancang secara khusus, yakni lantainya terbuat dari kaca bening yang dibawahnya dialirkan air, sehingga lantai istana tersebut nampak digenangi air, yang karena merasa bingung Ratu Saba telah mengangkat jubah kebesaran agar tidak dibasahi air sehingga betisnya nampak, firman-Nya:

وَ صَدَّہَا مَا کَانَتۡ تَّعۡبُدُ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ اِنَّہَا کَانَتۡ مِنۡ قَوۡمٍ کٰفِرِیۡنَ ﴿۴۴ قِیۡلَ لَہَا ادۡخُلِی الصَّرۡحَ ۚ فَلَمَّا رَاَتۡہُ حَسِبَتۡہُ لُجَّۃً وَّ کَشَفَتۡ عَنۡ سَاقَیۡہَا ؕ قَالَ اِنَّہٗ صَرۡحٌ مُّمَرَّدٌ مِّنۡ قَوَارِیۡرَ ۬ؕ قَالَتۡ رَبِّ اِنِّیۡ ظَلَمۡتُ نَفۡسِیۡ وَ اَسۡلَمۡتُ مَعَ سُلَیۡمٰنَ لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪۴۵

Dan apa yang senantiasa disembahnya selain Allah telah menghalanginya beriman, sesungguhnya ia termasuk kaum kafir. Dikatakan kepada dia: “Masuklah ke istana.” Maka tatkala ia melihatnya ia menyangka itu air yang dalam, dan ia menyingkapkan kain dari betisnya. Ia (Sulaiman) berkata: “Sesungguhnya ini istana yang berlan-taikan ubin dari kaca.” Ia (Ratu Saba) berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri dan aku tunduk bersama Sulaiman kepada Allah Tuhan seluruh alam.” (Al-Naml [27]:44-45).

Kasyaafa’an saaqihi adalah muhawarah (idiom) yang terkenal dalam bahasa Arab, yang berarti menjadi siap untuk menghadapi kesukaran atau pikirannya menjadi kacau-balau atau kebingungan. Kasyaafat ’an sāāqaiha berarti: (1) ia (perempuan) menyingkapkan kain dari betisnya; (2) ia bersiap-sedia menghadapi keadaan itu; ia menjadi kacau-balau pikiran atau kebingungan atau keheran-heranan (Lexicon Lane & Lisan-al-‘Arab).

Nabi Sulaiman a.s. menginginkan agar Ratu Saba meninggalkan kemusyrikan dan menerima agama yang hakiki. Untuk maksud itu beliau secara bijaksana sekali memakai cara demikian yang niscaya menyebabkan perempuan yang mulia lagi cerdas itu dapat melihat kesalahan di dalam jalan hidupnya. Singgasana yang Nabi Sulaiman a.s. telah perintahkan untuk disiapkan bagi Ratu Saba itu dimaksudkan guna tujuan itu.

Singgasana itu dibuat jauh lebih indah dan dalam segala seginya lebih unggul daripada singgasana Ratu sendiri yang sangat dibanggakannya. Nabi Sulaiman a.s. berbuat demikian, agar supaya Sang Ratu dapat menyadari, bahwa Nabi Sulaiman a.s. itu pilihan Tuhan, dan karunia ruhani itu jauh lebih berlimpah-limpah daripada yang telah dianugerahkan kepada Sang Ratu.

Ada pun istana yang disinggung dalam ayat ini pun dibangun dengan tujuan yang sama. Sebagaimana diperlihatkan dalam ayat ini, jalan masuk ke istana itu berlantaikan ubin terbuat dari kaca yang di bawahnya mengalir air yang jernih sekali. Tatkala Ratu Saba memasuki istana itu ia menyangka bahwa kaca bening itu air, lalu menyingkapkan kain sehingga nampak betisnya, dan pemandangan air itu membingungkannya, dan ia tidak mengetahui apa yang harus ia lakukan.

Dengan siasat ini Nabi Sulaiman a.s. perhatian Sang Ratu kepada hakikat, bahwa seperti halnya Ratu telah salah duga bahwa lantai ubin kaca itu air – yang ia takut terhadapnya -- seperti itu pula matahari dan benda-benda langit lain yang disembahnya itu bukan sumber cahaya sebenarnya. Benda-benda langit itu hanyalah memancarkan cahaya tetapi mereka itu benda-benda mati belaka. Tuhan Yang Maha Kuasa Sendiri Yang telah menganugerahkan kepada benda-benda langit itu cahaya yang dipancarkannya. Dengan jalan itu Nabi Sulaiman a.s. berhasil dalam tujuan yang beliau ingin capai. Perempuan yang mulia (Ratu Saba) itu membuat pengakuan atas kesalahannya, dan dari seorang penyembah berhala-berhala kayu dan batu, beliau menjadi seorang abdi mukhlis Tuhan Yang Maha Esa.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid




Tidak ada komentar:

Posting Komentar