Senin, 14 November 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Kanaan - "Negeri yang Dijanjikan" (1) & Pengusiran yang Pertama


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXXIX


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Kanaan - "Negeri yang Dijanjikan" (1) & Pengusiran yang Pertama

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿2

Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Maha Suci Dia Yang memperjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memper-lihatkan kepadanya sebagian dari Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (Bani Israil [17]:1-2).

Pembahasan mengenai Madinah sebagai salah satu “jannah” di dunia -- selain “jannah” tempat tinggal Adam dan istrinya, dan juga Makkah yang mendapat jaminan perlindungan yang khusus dari Allah Swt. berkenaan dengan keamanan dan kesejahteraan hidup penduduknya (QS.2:125-130; QS.3:98; QS.14:36; QS.27:92; QS.28:58) -- telah selesai pada Bab sebelum ini.

Dalam Bab ini akan dikemukakan “jannah” lainnya, yakni Yerusalem, yang di dalamnya terdapat Baitul Muqadas, rumah ibadah yang didirikan oleh Nabi Sulaiman a.s., dan juga terdapat Masjidil Aqsha yang didirikan oleh Khalifah kedua Nabi Besar Muhammad saw. yaitu Umar bin Khaththab r.a., dalam rangka menggenapi perjalanan ruhani Nabi Besar Muhammad saw. semasa masih di Makkah yaitu isra, dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsha, sebagaimana firman-Nya di awal Bab ini:ٰ

اسُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿۲

Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Maha Suci Dia Yang memperjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memper-lihatkan kepadanya sebagian dari Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (Bani Israil [17]:1-2).

Kanaan “Negeri yang Dijanjikan

Sudah merupakan pengetahuan umum umat Islam bahwa dalam peristiwa isra tersebut Nabi Besar Muhammad saw. shalat berjama’ah di Masjidil Aqsha mengimami para Rasul Allah, yang salah satu maknanya adalah bahwa agama Islam yang pada saat Nabi Muhammad saw. mengalami peristiwa ruhani isra tersebut masih terkungkung di kota Makkah saja -- dan ada pada saat menjelang terjadinya hijrah ke Madinah ada beberapa puluh orang penduduk Madinah yang secara sembunyi-sembunyi telah menjadi Muslim pada saat melaksanakan ibadah tahunan mereka di bulan haji, yakni kaum Ansharullah dari Madinah – maka dalam waktu yang tidak terlalu lama missi suci Nabi Besar Muhammad saw. akan meluas ke wilayah-wilayah lainnya di luar jazirah Arabia yang berada di bawah kekuasaan dua kerajaan besar saat itu, yakni kerajaan Rumawi dan kerajaan Fersia, yang masing-masing sebagai pemeluk agama Kristen dan Majusi.

Yerusalem terletak di wilayah Kanaan, suatu wilayah sangat subur yang dalam Bible digambarkan sebagai “berlimpah dengan susu dan madu”, dan ditakdirkan oleh Allah Swt. akan diwarisi oleh keturunan Nabi Ibrahim a.s., baik dari kalangan Bani Israil maupun Bani Ismail. Mengenai hal tersebut Allah Swt. berfirman:

وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿۱۰۶ ِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ عٰبِدِیۡنَ ﴿۱۰۷﴾ؕ وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿۱۰۸

Dan sesungguhnya telah Kami tuliskan (tetapkan) dalam zubur (kitab Daud), sesudah Pemberi Peringatan itu bahwasanya negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh. Sesungguhnya dalam hal ini ada ada suatu amanat bagi kaum yang menyembah Allah. Dan Kami sekali-kali tidak mengutus engkau (Rasulullah) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. (Al-Anbiya [21]:106-108).

Yang dimaksud dengan “bumi itu” adalah Kanaan atau Palestina. Para pujangga Kristen menafsirkan juga kata-kata “bumi itu akan diwarisi” atau “tanah itu akan diwarisi” dalam Mazmur dalam artian mewarisi Kanaan menurut “janji dalam perjanjian Tuhan". Isyarat dalam kata-kata “dalam kitab Daud” ditujukan kepada Mazmur 37:9, 11, 22, dan 29. Terdapat pula suatu nubuatan dalam Kitab Ulangan (28:11 dan 34:4) bahwa negeri Palestina akan diberikan kepada Bani Israil.

Palestina tetap di tangan kekuasaan kerajaan Kristen hingga orang Islam menaklukkannya di masa khilafat Umar bin Khaththab r.a., Khalifah ke-II Nabi Besar Muhammad saw.. Nubuatan yang terkandung dalam ayat ini, rupanya menunjuk kepada penaklukan Palestina tersebut oleh lasykar Islam. Palestina tetap berada di bawah kekuasaan umat Islam selama kira-kira 1350 tahun - kecuali satu masa pendek yang lamanya 92 tahun, ketika di zaman perang salib kekuasaan telah berpindah-tangan — hingga dalam masa kita ini sebagai akibat rencana-rencana buruk dari beberapa kekuasaan barat yang disebut demokrasi, negeri bernama Palestina itu sama sekali tidak berwujud dan di atas puing-puingnya didirikan kerajaan Israil. Orang-orang Yahudi kembali setelah mengembara selama hampir 2000 tahun. Tetapi peristiwa sejarah yang besar ini telah terjadi sebagai pemenuhan suatu nubuatan Al-Quran (QS.17:105).

Tetapi berdirinya “negara zionis Israel” hanya merupakan satu babak sementara saja. Orang-orang Islam telah ditakdirkan akan menguasainya kembali. Cepat atau lambat — malahan lebih cepat daripada lambat - Palestina akan kembali menjadi milik Islam. Hal ini merupakan keputusan Allah Swt. dan tidak ada seorang pun dapat mengubah keputusan Tuhan.

Nabi Besar Muhammad saw. adalah pembawa rahmat untuk seluruh umat manusia, sebab amanat beliau saw. tidak terbatas kepada suatu negeri atau kaum tertentu. Dengan perantaraan beliau saw. bangsa-bangsa dunia telah diberkati, seperti belum pernah mereka diberkati sebelum itu, karena itu pewarisan “negeri yang dijanjikan” kepada umat Islam adalah mutlak.

Dua Kali Terusir dari “Negeri yang Dijanjikan

Kanaan atau Palestina tersebut sebelum kemudian diwariskan Allah Swt. kepada umat Islam di masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a. telah diwariskan kepada Bani Israil, sebagai bukti bahwa Bani Israil pada masa itu merupakan “kaum pilihan” Allah Swt. menggantikan kaum-kaum sebelumnya (QS.7:35-37).

Namun sejarah kenabian mencatat bahwa akibat kedurhakaan Bani Israil kepada Allah Swt. dan para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:88-89) – khususnya kepada Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.5:79-81) – mereka dua kali terusir secara hina dari Kanaan – “negeri yang dijanjikan” tersebut. Bahkan pada pengusiran yang kedua kali Bani Israil dari Kanaan, mereka bukan saja kehilangan nikmat kenabian – karena telah Allah Swt. berikan kepada “saudara mereka” dari kalangan Bani Isma’il (Ulangan 18:15-19) -- tetapi juga mereka kehilangan tanah air.

Selama 2000 tahun lamanya mereka – yakni orang-orang Yahudi -- tercerai berai di berbagai negeri di dunia, sampai akhirnya akibat Deklarasi Balfour yang dirancang oleh negara-negara Kristen yang dimotori oleh Inggris, mereka dapat kembali ke Palestina setelah mengusir umat Islam Palistina dari wilayah mereka serta mendirikan negara zionis Israel.

Berikut firman Allah Swt. mengenai kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atas orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil:

لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿۷۹ کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿۸۰ تَرٰی کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ ﴿۸۱

Orang-orang yang kafir dari kalangan Bani Israil dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam karena mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah dari kemurkaran yang dikerjakan mereka. Benar-benar sangat buruk apa yang biasa mereka kerjakan. Engkau akan melihat kebanyakan dari antara mereka menjadi orang-orang kafir sebagai pelindung. Benar-benar sangat buruk apa yang telah dikirimkan oleh merek lebih dulu bagi diri mereka sehingga Allah murka kepada mereka dan di dalam azab inilah mereka kekal (Al-Maidah [5]:79-81).

Dan berikut adalah firman Allah Swt. mengenai 2 kali terusirnya Bani Israil dari “negeri yang dijanjikan”:

وَ قَضَیۡنَاۤ اِلٰی بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ فِی الۡکِتٰبِ لَتُفۡسِدُنَّ فِی الۡاَرۡضِ مَرَّتَیۡنِ وَ لَتَعۡلُنَّ عُلُوًّا کَبِیۡرًا ﴿۵ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ عِبَادًا لَّنَاۤ اُولِیۡ بَاۡسٍ شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ وَعۡدًا مَّفۡعُوۡلًا ﴿۶ ثُمَّ رَدَدۡنَا لَکُمُ الۡکَرَّۃَ عَلَیۡہِمۡ وَ اَمۡدَدۡنٰکُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّ بَنِیۡنَ وَ جَعَلۡنٰکُمۡ اَکۡثَرَ نَفِیۡرًا ﴿۷ اِنۡ اَحۡسَنۡتُمۡ اَحۡسَنۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ ۟ وَ اِنۡ اَسَاۡتُمۡ فَلَہَا ؕ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ لِیَسُوۡٓءٗا وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ اَوَّلَ مَرَّۃٍ وَّ لِیُتَبِّرُوۡا مَا عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿۸ عَسٰی رَبُّکُمۡ اَنۡ یَّرۡحَمَکُمۡ ۚ وَ اِنۡ عُدۡتُّمۡ عُدۡنَا ۘ وَ جَعَلۡنَا جَہَنَّمَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ حَصِیۡرًا ﴿۹

Dan telah Kami tetapkan atas Bani Israil dalam Kitab [Taurat] itu: “Niscaya kamu akan melakukan kerusakan di muka bumi dua kali dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang sangat besar. Maka apabila saat [sempurnanya janji] yang pertama dari kedua peringatan itu tiba, Kami mengirimkan untuk menghadapi kamu hamba Kami yang memiliki kekuatan tempur yang sangat hebat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah [kamu], dan itu merupakan suatu peringatan yang pasti akan terlaksana. Kemudian Kami mengembalikan lagi kepada kamu kekuatan untuk melawan mereka, dan Kami membantu kamu dengan harta-benda dan anak-anak serta Kami menjadikan bilangan kamu lebih besar [dari sebelumnya]. Jika kamu berbuat ihsan, kamu berbuat ihsan bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat maka itu [akibat buruknya] bagi dirimu sendiri. Maka bila saat peringatan terakhir itu tiba supaya [Kami kembali] menimpakan kedukaan pada wajah kamu dan supaya mereka memasuki mesjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali pertama, dan supaya mereka menghancur-luluhkan segala yang telah kamu kuasai. Boleh jadi Tuhan kamu akan menaruh kasihan kepadamu, tetapi jika kamu kembali [durhaka] Kami pun akan kembali [menghukum kamu], dan Kami telah menjadikan neraka sebagai penjara bagi orang-orang kafir (Bani Israil [17]:5-11).

Dua kedurhakaan Bani Israil yang tersebut dalam kitab Musa a.s. (Ulangan 28:15, 49-53, 63-64 & 30:15) disinggung dalam ayat ini. Mereka, di antara Bani Israil, yang tidak beriman, telah dua kali dikutuk yaitu oleh Nabi Daud a.s. dan Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.5:79), dan sebagai akibatnya telah dihukum pula dua kali.

Pengusiran yang Pertama

Azab Ilahi yang pertama menimpa Bani Israil sesudah Nabi Daud a.s. dan yang kedua sesudah Nabi Isa ibnu Maryam a.s.. Nampak dari Bible bahwa sesudah Nabi Musa a.s. orang-orang Yahudi telah menjadi suatu bangsa yang amat kuat, dan di masa Nabi Daud a.s. mereka meletakkan dasar suatu kerajaan kuat, yang setelah wafatnya pun, untuk beberapa waktu terus berlanjut kejayaan dan kemuliaan-nya semula.

Kemudian kerajaan itu menjadi sasaran kemunduran yang berangsur-angsur, dan pada sekitar 733 s.M. Samaria ditaklukkan oleh bangsa Assiria, yang mencaplok seluruh daerah Israil di sebelah utara Yezreel. Pada tahun 608 s.M., Palestina telah dilanda oleh satu lasykar Mesir di bawah Firaun Necho, dan Bani Israil takluk kepada kekuasaan Mesir (Yewish Encyclopaedia Jilid 6, halaman 665).

Tetapi hilangnya kekuasaan duniawi mereka serta kehancuran dan ketelantaran mereka tidak mendorong mereka untuk memperbaiki cara-cara mereka. Mereka dengan gigih bertahan pada cara-cara buruk mereka yang lama. Nabi Yermia a.s., memperingatkan mereka supaya meninggalkan cara-cara buruk mereka, sebab kemurkaan Allah tidak lama lagi akan menimpa mereka, tetapi mereka sama sekali tidak menghiraukan peringatan-peringatan Nabi Yermia a.s. tersebut.

Di masa kerajaan Yehoyakim, Nebukadnezar dari Babil melancarkan serbuan pertamanya ke Palestina dan membawa pulang perkakas rumah peribadatan, tetapi ketika itu kota Yerusalem sendiri selamat dari kekejaman akibat pengepungan. Pada tahun 597 s.M. pun kota itu dikepung dan penduduknya mengalami kelaparan yang sangat keras.

Tetapi pemberontakan raja Zedekia membawa akibat adanya serbuan kedua oleh Nebukadnezar pada tahun 587 s.M., dan sesudah masa pengepungan yang berlangsung satu tahun setengah, kota itu ditaklukkan dengan serangan cepat laksana halilintar. Putra-putranya dibunuh dan matanya sendiri dicukil, dan dalam keadaan diborgol ia dibawa ke Babil. Rumah peribadatan, istana raja, serta semua bangunan besar di kota Yerusalem dibumihanguskan, para imam besar, dan para pemimpin lain dibunuh, dan sejumlah besar rakyat diboyong sebagai tawanan (Yew. Enc. Jilid 6, hlm. 665 & Jilid 7, hlm. 122 pada kata “Yerusalem”).

Keadaan kemunduran kejayaan kerajaan Bani Israil tersebut digambarkan dalam Al-Quran dalam firman-Nya berikut ini berupa dua macam tamsil (perumpamaan):

فَلَمَّا قَضَیۡنَا عَلَیۡہِ الۡمَوۡتَ مَا دَلَّہُمۡ عَلٰی مَوۡتِہٖۤ اِلَّا دَآبَّۃُ الۡاَرۡضِ تَاۡکُلُ مِنۡسَاَتَہٗ ۚ فَلَمَّا خَرَّ تَبَیَّنَتِ الۡجِنُّ اَنۡ لَّوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ الۡغَیۡبَ مَا لَبِثُوۡا فِی الۡعَذَابِ الۡمُہِیۡنِ ﴿ؕ۱۵

Maka tatkala Kami menentukan kematiannya, sekali-kali tidak ada yang menunjukkan kematiannya kepada mereka selain rayap bumi yang memakan tongkatnya. Lalu tatkala tongkat itu jatuh, jin-jin mengetahui dengan jelas bahwa seandainya mereka mengetahui yang gaib, mereka sekali-kali tidak akan tetap dalam azab yang menghinakan. (Al-Saba’ [34]:15)

Putra yang sia-sia sebagai penerus Nabi Sulaiman a.s., Rehoboam; di bawah pemerintahannya yang lemah itu kerajaan Nabi Sulaiman a.s. yang tadinya besar dan berkuasa telah menjadi berantakan (I Raja-raja, fatsal 12, 13, 14 & Jewish Encyclopaedia di bawah “Rehoboam”). Jadi kehancuran dan keterpecahbelahan kerajaan Nabi Sulaiman a.s. – yang diumpamakan sebagai “tongkat yang dimakan rayap” -- mulai berlaku pada masa pemerintahan Rehoboam. Dalam Surah lainnya Allah Swt. berfirman mengenai kejadian yang sama:

وَ لَقَدۡ فَتَنَّا سُلَیۡمٰنَ وَ اَلۡقَیۡنَا عَلٰی کُرۡسِیِّہٖ جَسَدًا ثُمَّ اَنَابَ ﴿۳۵ قَالَ رَبِّ اغۡفِرۡ لِیۡ وَ ہَبۡ لِیۡ مُلۡکًا لَّا یَنۡۢبَغِیۡ لِاَحَدٍ مِّنۡۢ بَعۡدِیۡ ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿۳۶

Dan sungguh Kami benar-benar telah menguji Sulaiman dan Kami menempatkan di atas singgasana-nya suatu tubuh belaka, kemudian ia kembali kepada Tuhan-nya. Ia berkata: “Wahai Tuhan-ku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku suatu kerajaan yang tidak layak diwarisi oleh seseorang sesudahku. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah.” (Shaad [38]:35-36).

Dalam QS.34:15 sebelumnya ungkapan yang dipakai ialah “rayap bumi” yang dapat mengisyaratkan kepada putra dan ahli waris Nabi Sulaiman a.s., yaitu Rehoboam, seorang-orang yang tidak berharga, atau kepada Jeroboam, oknum yang mengibarkan panji pemberontakan terhadap bangsa Nabi Daud a.s. (I Raja-raja 12:28). Nabi Sulaiman a.s. telah menyadari bahwa sesudah beliau wafat, kerajaan beliau tak akan dapat mempertahankan keutuhannya di bawah para penerus beliau yang tak cakap lagi tanpa berkemampuan itu. Oleh karena itu beliau menghadap dan mendoa ke hadirat Allah Swt.. Doa itu dicantumkan dalam ayat berikutnya.

Seperti nampak dari ayat sebelum ini Nabi Sulaiman a.s. telah mempunyai firasat bahwa kerajaan duniawi beliau akan menjadi terpecah-belah sesudah beliau wafat, disebabkan oleh kelemahan mental putra beliau yang tolol dan tidak berharga itu; maka beliau mendoa supaya kerajaan ruhani yang telah dianugerahkan Tuhan kepada keturunannya dapat berjalan terus. Bila kata-kata “suatu kerajaan yang tidak layak diwarisi oleh seseorang sesudahku,” diartikan secara harfiah, maka doa Nabi Sulaiman a.s. akan dipahami sudah terkabul dalam artian bahwa sesudah wafat beliau tidak akan ada raja di antara kaum Bani Israil yang memiliki kekuasaan dan pamor seperti beliau sendiri.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar