Rabu, 16 November 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Kanaan - "Negeri yang Dijanjikan" (4) & Bani Israil Menolak Memasukinya


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXXXI


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Kanaan - "Negeri yang Dijanjikan" (4) & Bani Israil Menolak Memasukinya

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


یٰقَوۡمِ ادۡخُلُوا الۡاَرۡضَ الۡمُقَدَّسَۃَ الَّتِیۡ کَتَبَ اللّٰہُ لَکُمۡ وَ لَا تَرۡتَدُّوۡا عَلٰۤی اَدۡبَارِکُمۡ فَتَنۡقَلِبُوۡا خٰسِرِیۡنَ ﴿۲۱ قَالُوۡا یٰمُوۡسٰۤی اِنَّ فِیۡہَا قَوۡمًا جَبَّارِیۡنَ ٭ۖ وَ اِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَہَا حَتّٰی یَخۡرُجُوۡا مِنۡہَا ۚ فَاِنۡ یَّخۡرُجُوۡا مِنۡہَا فَاِنَّا دٰخِلُوۡنَ ﴿۲۲

Hai kaumku, masukilah Tanah yang disucikan, yang telah ditetapkan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakangmu lalu kamu kembali menjadi orang-orang yang rugi.” Mereka berkata: “Ya Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada suatu kaum yang kuat lagi kejam, dan sesungguhnya kami tidak akan pernah memasukinya hingga mereka keluar sendiri darinya, lalu jika mereka keluar darinya maka kami akan memasukinya (Al-Maaidah [5]:22-23).

Dalam beberapa Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai Kanaan yang merupakan “negeri yang dijanjikan Allah Swt. bagi orang-orang yang beriman kepada Allah serta Rasul Allah yang diutus kepada mereka, dalam hal ini Bani Israil dan Bani Isma’il (umat Islam), firman-Nya:

وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿۱۰۶ ِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ عٰبِدِیۡنَ ﴿۱۰۷﴾ؕ وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿۱۰۸

Dan sesungguhnya telah Kami tuliskan (tetapkan) dalam zubur (kitab Daud), sesudah Pemberi Peringatan itu bahwasanya negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh. Sesungguhnya dalam hal ini ada ada suatu amanat bagi kaum yang menyembah Allah. Dan Kami sekali-kali tidak mengutus engkau (Rasulullah) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. (Al-Anbiya [21]:106-108).

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “bumi itu” adalah Kanaan atau Palestina. Para pujangga Kristen menafsirkan juga kata-kata “bumi itu akan diwarisi” atau “tanah itu akan diwarisi” dalam Mazmur dalam artian mewarisi Kanaan menurut “janji dalam perjanjian Tuhan". Isyarat dalam kata-kata “dalam kitab Daud” ditujukan kepada Mazmur 37:9, 11, 22, dan 29. Terdapat pula suatu nubuatan dalam Kitab Ulangan (28:11 dan 34:4) bahwa negeri Palestina akan diberikan kepada Bani Israil.

Kepengecutan Bani Israil

Namun ketika Nabi Musa a.s. melaksanakan perintah Allah Swt. untuk membawa Bani Israil -- yang baru keluar dari wilayah kekuasaan Fir’aun di Mesir – untuk memasuki “negeri yang dijanjikan” tersebut mereka menolak karena takut kepada bangsa-bangsa yang saat itu menghuni Kanaan, firman-Nya:

وَ اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَۃَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ اِذۡ جَعَلَ فِیۡکُمۡ اَنۡۢبِیَآءَ وَ جَعَلَکُمۡ مُّلُوۡکًا ٭ۖ وَّ اٰتٰىکُمۡ مَّا لَمۡ یُؤۡتِ اَحَدًا مِّنَ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿۲۰

Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu, ketika Dia menjadikan nabi-nabi di antaramu, menjadikan kamu raja-raja, dan Dia memberikan kepadamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa. (Al-Maaidah [5]:21).

Penggantian kata kum (kamu) alih-alih kata fiikum mengandung isyarat bahwa tiap-tiap dan semua anggota suatu bangsa yang hidup di bawah kekuasaan seorang raja, seakan-akan mempunyai kekuasaan dan kedaulatan, maka pengikut-pengikut seorang nabi tidak mempunyai bagian dalam kenabiannya. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

یٰقَوۡمِ ادۡخُلُوا الۡاَرۡضَ الۡمُقَدَّسَۃَ الَّتِیۡ کَتَبَ اللّٰہُ لَکُمۡ وَ لَا تَرۡتَدُّوۡا عَلٰۤی اَدۡبَارِکُمۡ فَتَنۡقَلِبُوۡا خٰسِرِیۡنَ ﴿۲۱ قَالُوۡا یٰمُوۡسٰۤی اِنَّ فِیۡہَا قَوۡمًا جَبَّارِیۡنَ ٭ۖ وَ اِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَہَا حَتّٰی یَخۡرُجُوۡا مِنۡہَا ۚ فَاِنۡ یَّخۡرُجُوۡا مِنۡہَا فَاِنَّا دٰخِلُوۡنَ ﴿۲۲

Hai kaumku, masukilah Tanah yang disucikan, yang telah ditetapkan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakangmu lalu kamu kembali menjadi orang-orang yang rugi.” Mereka berkata: “Ya Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada suatu kaum yang kuat lagi kejam, dan sesungguhnya kami tidak akan pernah memasukinya hingga mereka keluar sendiri darinya, lalu jika mereka keluar darinya maka kami akan memasukinya (Al-Maaidah [5]:22-23).

Ungkapan telah ditetapkan Allah bagimu, mengandung janji yang tersirat bahwa Allah Swt. akan menolong dan memberi mereka kemenangan, seandainya orang-orang Bani Israil mempunyai keberanian memasuki Tanah yang disucikan itu.

Kalimat “Ya Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada suatu kaum yang kuat lagi kejam“ Ini berarti bahwa riwayat kaum itu dikenal oleh bangsa Bani Israil. Bangsa Amaliki (Amalek) dan suku-suku bangsa Arab liar menghuni Tanah suci pada zaman itu. Orang-orang Bani Israil sangat takut kepada mereka.

Bandingkanlah sikap pengikut-pengikut Nabi Musa a.s. yang tidak punya rasa malu lagi pengecut itu dengan pengorbanan tulus-ikhlas dan hampir-hampir tak masuk akal dari para sahabat Nabi Muhammad saw. yang senantiasa mendambakan melompat ke dalam rahang kematian bila ada sedikit saja isyarat aba-aba dari Junjungan mereka.

Ketika Nabi Besar Muhammad saw. bersama sejumlah kecil para sahabat dengan perlengkapan perang yang sangat darurat hendak bergerak ke Badar menghadapi balatentara Mekkah yang bilangannya jauh lebih besar serta persenjataannya lebih lengkap, beliau saw. meminta saran mereka mengenai situasi itu. Atas permintaan beliau saw., salah seorang dari para sahabat bangkit lalu menjawab Nabi Besar Muhammad saw. dengan kata-kata yang akan selamanya terkenang: “Kami tidak akan berkata kepada Anda seperti dikatakan oleh pengikut-pengikut Nabi Musa a.s.: “Pergilah engkau bersama Tuhan engkau kemudian berperanglah engkau berdua, sesungguhnya kami hendak duduk-duduk saja di sini.’ Kebalikannya, wahai Rasulullah, kami senantiasa beserta engkau dan kami akan bertempur dengan musuh di sebelah kanan dan di sebelah kiri engkau dan di hadapan engkau dan di belakang engkau, dan kami mengharap dari Allah agar engkau akan menyaksikan kami apa yang akan menyejukkan mata engkau.”

Dua Orang Laki-laki Pemberani

Nampak sekali bahwa program yang dilakukan Fir’aun di Mesir untuk menghilangkan jiwa ksatria Bani Israil dengan cara “membunuh anak-anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup perempuannya” (QS.2:50; QS.7:128, 142; QS.28:5) berhasil baik, dan sebagai bukti mengenai hal tersebut adalah bukan saja Bani Israil menolak untuk memasuki Kanaan, “negeri yang dijanjikan” kepada mereka, bahkan selama melakukan perjalanan menuju Kanaan pun mereka selalu mengeluh dan menyusahkan Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s., padahal mereka melihat sendiri bagaimana Allah Swt. bukan saja telah menyelamatkan mereka dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya, bahkan telah menenggelamkan mereka di laut (QS.2:51-62). Firman-Nya:

قَالَ رَجُلٰنِ مِنَ الَّذِیۡنَ یَخَافُوۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمَا ادۡخُلُوۡا عَلَیۡہِمُ الۡبَابَ ۚ فَاِذَا دَخَلۡتُمُوۡہُ فَاِنَّکُمۡ غٰلِبُوۡنَ ۬ۚ وَ عَلَی اللّٰہِ فَتَوَکَّلُوۡۤا اِنۡ کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿۲۳

Dua orang laki-laki dari antara mereka yang takut kepada Allah dan Allah telah memberi nikmat kepada keduanya berkata: “Masuklah melalui pintu gerbang mereka, lalu apabila kamu memasuki negeri itu maka sesungguhnya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.” (Al-Maidah [5]:25).

“Dua orang laki-laki” yang disebut di sini biasanya diduga adalah Yusak bin Nun dan Kaleb bin Yefuna (Bilangan 14:6). Akan tetapi, dari letak kalimat nampak lebih mendekati kemungkinan bahwa Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. yang dipanggil dengan kata-kata “dua orang laki-laki” di sini. Kata rajul (laki-laki) mencerminkan citra kejantanan dan keberanian. Bahwa kedua laki-laki yang gagah-berani iniNabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. sendiri, dapat pula ditarik kesimpulan dari kenyataan bahwa Nabi Musa a.s. mendoa bagi beliau sendiri dan bagi saudara beliau, Harun a.s. (QS.5:26). Allah Swt. . tidak menyebut nama-nama beliau melainkan hanya mengatakan “dua orang laki-laki” sebagai pujian atas keperwiraan dan keberanian kedua beliau dan dengan sendirinya mencela nyali kecil (kepengecutan) orang-orang Bani Israil lainnya yang menyertai beliau-beliau. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

قَالُوۡا یٰمُوۡسٰۤی اِنَّا لَنۡ نَّدۡخُلَہَاۤ اَبَدًا مَّا دَامُوۡا فِیۡہَا فَاذۡہَبۡ اَنۡتَ وَ رَبُّکَ فَقَاتِلَاۤ اِنَّا ہٰہُنَا قٰعِدُوۡنَ ﴿۲۴ قَالَ رَبِّ اِنِّیۡ لَاۤ اَمۡلِکُ اِلَّا نَفۡسِیۡ وَ اَخِیۡ فَافۡرُقۡ بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَ الۡقَوۡمِ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿۲۵ قَالَ فَاِنَّہَا مُحَرَّمَۃٌ عَلَیۡہِمۡ اَرۡبَعِیۡنَ سَنَۃً ۚ یَتِیۡہُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ فَلَا تَاۡسَ عَلَی الۡقَوۡمِ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿٪۲۶

Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya kami tidak akan pernah memasuki negeri itu, selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhan engkau, lalu berperanglah engkau berdua, sesungguhnya kami hendak duduk-duduk saja di sini!” Musa berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya aku tidak berkuasa kecuali terhadap diriku dan saudara laki-lakiku, maka bedakanlah antara kami dengan kaum yang fasik (durhaka) itu.” Dia berfirman: “Maka sesung-guhnya negeri itu diharamkan bagi mereka selama empat puluh tahun, mereka akan bertualang kebingungan di muka bumi maka janganlah engkau bersedih atas kaum yang fasik itu.” (Al-Maaidah [5]:25-27).

Ketika orang-orang Bani Israil bertingkah bagai orang-orang pengecut, Allah Swt. menakdirkan mereka harus terus-menerus mengembara di padang belantara selama 40 tahun, agar kehidupan keras padang pasir akan menempa mereka dan memasukkan ke dalam diri mereka suatu jiwa baru dan akan memperkokoh moral mereka. Dalam masa itu generasi tua boleh dikatakan telah hilang dan generasi muda tumbuh dengan memiliki sifat keberanian serta kekuatan yang cukup untuk menaklukkan Tanah yang Dijanjikan.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar