Jumat, 11 November 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia" Madinah (18) & Suasana Fath Makkah


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXXVII


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Madinah (18) & Suasana Fath Makkah

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿۱ اِقۡتَرَبَتِ السَّاعَۃُ وَ انۡشَقَّ الۡقَمَرُ ﴿۲ وَ اِنۡ یَّرَوۡا اٰیَۃً یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا سِحۡرٌ مُّسۡتَمِرٌّ ﴿۳ وَ کَذَّبُوۡا وَ اتَّبَعُوۡۤا اَہۡوَآءَہُمۡ وَ کُلُّ اَمۡرٍ مُّسۡتَقِرٌّ ﴿۴ وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ مِّنَ الۡاَنۡۢبَآءِ مَا فِیۡہِ مُزۡدَجَرٌ ۙ﴿۵ حِکۡمَۃٌۢ بَالِغَۃٌ فَمَا تُغۡنِ النُّذُرُ ۙ﴿۶ فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ ۘ یَوۡمَ یَدۡعُ الدَّاعِ اِلٰی شَیۡءٍ نُّکُرٍ ۙ﴿۷ خُشَّعًا اَبۡصَارُہُمۡ یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ الۡاَجۡدَاثِ کَاَنَّہُمۡ جَرَادٌ مُّنۡتَشِرٌ ۙ﴿۸ مُّہۡطِعِیۡنَ اِلَی الدَّاعِ ؕ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا یَوۡمٌ عَسِرٌ ﴿۹

Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Telah dekat Saat itu dan bulan terbelah. Dan jika mereka melihat suatu Tanda, mereka berpaling dan berkata, “Sihir yang selalu berulang.” Dan mereka mendustakan kebenaran dan mengikuti hawa nafsu mereka dan setiap perkara ada kete-tapan waktunya. Dan sungguh benar-benar telah datang kepada mereka berita-berita yang di dalamnya ada peringatan, hikmah yang sempurna, tetapi para pemberi peringatan itu sekali-kali tidak berfaedah bagi mereka. Maka berpalinglah engkau dari mereka pada hari ketika Sang Penyeru akan memanggil mereka kepada se-suatu yang tidak menyenangkan sambil pandangan mereka me-nunduk, mereka akan keluar dari kuburan mereka mereka itu seperti belalang yang bertebaran, bergegas-gegas menuju Sang Penyeru itu. Orang-orang kafir itu akan berkata: “Inilah hari yang sangat sulit.” (Al-Qamar [54]:1-9).


Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai peristiwa Fath Makkah (penaklukan Makkah), yang merupakah hasil dari Perjanjian Hudaibiyah, yang apabila syarat-syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak nampak sangat merugikan pihak Nabi Besar Muhammad saw. atau umat Islam, tetapi dalam kenyataannya justru berkat Perjanjian Hudaibiyah tersebut telah menjuruskan kepada terjadinya peristiwa Fath Makkah, sehingga Allah Swt. telah menyebutkan Perjanjian Hudaibiyah sebagai “Kemenangan yang nyata”, firman-Nya:

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿۱ اِنَّا فَتَحۡنَا لَکَ فَتۡحًا مُّبِیۡنًا ۙ﴿۲

Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberi engkau satu kemenangan nyata (Al-Fath [48]:1-2).


Nubuatan Kejatuhan Kekuasaan Politik Bangsa Arab


Dalam surah lainnya Allah Swt. telah menubuatkan mengenai terjadinya peristiwa Fatah Makkah tersebut serta keadaan yang terjadi ketika itu, firman-Nya

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿۱ اِقۡتَرَبَتِ السَّاعَۃُ وَ انۡشَقَّ الۡقَمَرُ ﴿۲

Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Telah dekat Saat itu dan bulan terbelah. (Al-Qamar [54]:1-2).

Peristiwa “bulan terbelah” menjadi dua yang dapat disaksikan oleh mata telanjang baik telah menyalahi hukum alam fisika ataupun tidak — sukar di sangkal, sedang peristiwa itu nampaknya kekurangan bukti-bukti sejarah yang meyakinkan. Pada pihak lain, tidak ada seorang pun dapat memberanikan diri mengakui telah menyelami semua rahasia Allah atau sepenuhnya mengerti atau memahami semua rahasia alam

Adalah mustahil bahwa peristiwa yang meliputi bagian besar wilayah bumi serupa itu, masih tetap tidak dimaklumi kalangan peneropong-peneropong bintang (para ahli observatori) di dunia ini, atau sama sekali tidak tercatat di dalam buku-buku sejarah. Tetapi karena peristiwa itu sungguh tercantum di dalam kitab-kitab hadits yang sangat terpercaya, seperti Bukhari dan Muslim, dan sebab dituturkan secara berkesinambungan dalam riwayat-riwayat yang sumbernya dapat dipercaya, pula diriwayatkan oleh sahabat Nabi Besar Muhammad saw. yang cendekia seperti Ibn Mas’ud r.a., peristiwa itu sungguh-sungguh menunjukkan bahwa gejala alam yang luar biasa pentingnya itu niscaya telah terjadi di masa Nabi Besar Muhammad saw..

Beberapa ahli tafsir Al-Quran – di antaranya Imam Razi – telah berusaha menguraikan masalah pelik itu dengan menyatakan bahwa peristiwa itu adalah gerhana bulan. Imam Ghazali dan Syah Waliullah juga berpegang pada pendapat babwa pada hakikatnya bulan tidak terbelah, melainkan Allah Swt. telah mengatur demikian rupa sehingga bulan nampak kepada orang-orang yang menyaksikannya sebagai sungguh-sungguh terbelah.

Menurut Ibn ‘Abbas dan Syah ‘Abdul ‘Aziz, peristiwa itu semacam gerhana bulan. Tetapi bagaimana pun bila kita mengingat akan kuatnya bobot bahasa yang dipergunakan Al-Quran berkenaan dengan peristiwa itu nampaknya lebih daripada gerhana bulan biasa. Peristiwa itu sungguh-sungguh merupakan mukjizat besar yang ditampakkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. atas desakan orang-orang kafir (Bukhari dan Muslim). Nampaknya peristiwa itu merupakan suatu kasyaf Nabi Besar Muhammad saw. – tidak ubah halnya seperti peristiwa tongkat Nabi Musa a.s. nampak berubah menjadi ular pun adalah suatu kasyaf (rukya) yang para ahli sihir dibuat ikut serta di dalamnya.

Atau, boleh jadi seperti halnya pemukulan air laut yang dilakukan oleh Nabi Musa a.s. dengan tongkat beliau, bertepatan dengan saat pasang surut, dan dengan demikian merupakan suatu mukjizat. Begitu pula boleh jadi Allah Swt. telah memerintahkan Nabi Besar Muhammad saw. agar memperlihatkan mukjizat pembelahan bulan pada saat ketika suatu benda langit mengambil posisi di depan bulan demikian rupa sehingga bulan nampak kepada orang-orang yang menyaksikan sebagai terbelah menjadi dua bagian.

Tetapi keterangan yang paling dapat diterima dan juga mengandung makna keruha-nian yang sangat mendalam, terletak pada kenyataan, bahwa bulan adalah lambang kebangsaan orang Arab dan lambang kekuasaan politik mereka, seperti halnya matahari merupakan lambang kebangsaan orang-orang Parsi. Tatkala Siti Shafiyah r.a., anak perempuan Huyay ibn Akhthab, pemimpin orang-orang Yahudi dari Khaibar menceritakan kepada ayahnya bahwa ia melihat mimpi, bulan telah jatuh ke atas pangkuannya. sang ayah menampar muka beliau seraya berkata bahwa “Rupanya engkau menginginkan menikah dengan pemimpin bangsa Arab.” Sesudah Khaibar jatuh, impian Siti Shafiyah menjadi sempurna, ketika beliau dipersunting oleh Nabi Besar Muhammad saw. (Zurqani & Usud al-Ghabbah).

Begitu pula Siti ‘Aisyah r.a. pernah melihat dalam mimpi bahwa tiga buah bulan jatuh ke dalam kamar pribadi beliau saw., dan impian itu telah menjadi kenyataan ketika di sana jasad Nabi Besar Muhammad saw., , Abu Bakar Shiddiq r.a., dan Umar bin Khaththab r.a., berturut-turut dikebumikan (Mu’aththa, Kitab al-Jana’iz). Makna simbolis bagi kata qamar (bulan) pada ayat ini mengandung arti, bahwa saat kehancuran kekuasaan politik mereka, yang karenanya orang-orang kafir telah diperingatkan dalam QS.53:58, telah tiba.

Kata Saat dalam hal ini mungkin mengisyaratkan kepada pertempuran Badar, yang di dalam pertempuran itu hampir semua kepala dan pemimpin kabilah Quraisy terbunuh dan dasar kehancuran-mutlak kekuatan mereka telah diletakkan. Dengan demikian ayat ini merupakan nubuatan hebat, yang telah menjadi genap dengan sangat ajaib kira-kira 8 atau 9 tahun sesudah nubuatan itu diumumkan.

Teristimewa pula, menurut beberapa penulis, ungkapan bahasa Arab “insyaqqa al-qamaru,” berarti urusan itu telah menjadi nampak kentara. Dalam arti ini ayat ini agaknya bermaksud, bahwa saat kehancuran kekuasaan kaum Quraisy telah tiba, dan kemudian akan menjadi nampak nyata, bahwa Nabi Besar Muhammad saw. seorang nabi Allah sejati.

Selalu Berpaling

Namun sudah merupakan Sunnatullah bahwa bagaimana pun pun banyak serta jelasnya Tanda-tanda Allah Swt. yang mendukung kebenaran pendakwaan para Rasul Allah tetapi orang-orang kafir selalu berpaling serta mendustakannya (QS.6:111-13), firman-Nya:

وَ اِنۡ یَّرَوۡا اٰیَۃً یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا سِحۡرٌ مُّسۡتَمِرٌّ ﴿۳ وَ کَذَّبُوۡا وَ اتَّبَعُوۡۤا اَہۡوَآءَہُمۡ وَ کُلُّ اَمۡرٍ مُّسۡتَقِرٌّ ﴿۴ وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ مِّنَ الۡاَنۡۢبَآءِ مَا فِیۡہِ مُزۡدَجَرٌ ۙ﴿۵ حِکۡمَۃٌۢ بَالِغَۃٌ فَمَا تُغۡنِ النُّذُرُ ۙ﴿۶

Dan jika mereka melihat suatu Tanda, mereka berpaling dan berkata: “Sihir yang selalu berulang.” Dan mereka mendustakan kebenaran dan mengikuti hawa nafsu mereka dan setiap perkara ada ketetapan waktunya. Dan sungguh benar-benar telah datang kepada mereka berita-berita yang di dalamnya ada peringatan, hikmah yang sempurna, tetapi para pemberi peringatan itu sekali-kali tidak berfaedah bagi mereka. (Al-Qamar [54]:3-6).

Mustamir berarti : (1) sepintas, selintas, tidak kekal; (2) bersinambungan; (3) kuat, kokoh (Aqrab). Kalimat “setiap perkara ada ketetapan waktunya” berarti bahwa kehancuran kekuatan politik kaum Quraisy telah ditakdirkan oleh Allah Swt. dan takdir Ilahi pasti terjadi. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ ۘ یَوۡمَ یَدۡعُ الدَّاعِ اِلٰی شَیۡءٍ نُّکُرٍ ۙ﴿۷ خُشَّعًا اَبۡصَارُہُمۡ یَخۡرُجُوۡنَ مِنَ الۡاَجۡدَاثِ کَاَنَّہُمۡ جَرَادٌ مُّنۡتَشِرٌ ۙ﴿۸ مُّہۡطِعِیۡنَ اِلَی الدَّاعِ ؕ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُوۡنَ ہٰذَا یَوۡمٌ عَسِرٌ ﴿۹

Maka berpalinglah engkau dari mereka pada hari ketika Sang Penyeru akan memanggil mereka kepada sesuatu yang tidak menyenangkan, sambil pandangan mereka menunduk, mereka akan keluar dari kuburan mereka mereka itu seperti belalang yang bertebaran, bergegas-gegas menuju Sang Penyeru itu. Orang-orang kafir itu akan berkata: “Inilah hari yang sangat sulit.” (Al-Qamar [54]:7-9).

Yang dimaksud “Sang Penyeru” adalah Nabi Besar Muhammad saw., sebab beliau saw. adalah Rasul Allah yang menyeru umat manusia kepada kehidupan akhlak dan ruhani (QS.8:25), sedangkan yang dimaksud dengan “kuburan” di sini mengandung arti rumah orang-orang kafir. Pada beberapa tempat dalam Al-Quran orang-orang kafir telah ditamsilkan sebagai orang-orang mati, sebab wujud mereka sama sekali hampa dari kehidupan ruhani (QS.27:81; QS.35:23).

Ayat ini dan dua ayat sebelumnya memberikan gambaran jelas mengenai kekalutan, kebingungan dan kehilangan akal yang hebat di dalam kalangan kaum Quraisy, ketika sang Penyeru – Nabi Besar Muhammad saw. – yang hanya beberapa tahun yang lalu, pernah diusir oleh mereka dari kota Mekkah dan telah disayembarakan dengan iming-iming hadiah besar akan diberikan kepada siapa yang dapat menangkapnya hidup atau mati, sekarang nampak kepada mereka benar-benar telah berada di ambang pintu ibukota mereka, Makkah.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid


Tidak ada komentar:

Posting Komentar