Selasa, 22 November 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Kanaan , "Negeri yang Dijanjikan" (12) & Nabi Sulaiman a.s. dan Ratu Saba (1)


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXXXVII


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Kanaan - "Negeri yang Dijanjikan" (12) & Nabi Sulaiman a.s. dan Ratu Saba (1)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

قَالَتۡ یٰۤاَیُّہَا الۡمَلَؤُا اِنِّیۡۤ اُلۡقِیَ اِلَیَّ کِتٰبٌ کَرِیۡمٌ ﴿۳۰ اِنَّہٗ مِنۡ سُلَیۡمٰنَ وَ اِنَّہٗ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿ۙ۳۱ اَلَّا تَعۡلُوۡا عَلَیَّ وَ اۡتُوۡنِیۡ مُسۡلِمِیۡنَ ﴿٪۳۲

Ia (Ratu Saba) berkata: “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah disampaikan kepadaku surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya surat itu berbunyi: “Dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Janganlah kamu berlaku sombong terhadapku, dan datanglah kepadaku dengan berserah diri.” (Al-Naml [27]:30-32).

Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai pandangan baik salah seorang dari “kaum Naml” (kaum Semut) yang mendiami “lembah an-Naml” (lembah Semut) mengenai pasukan Nabi Sulaiman a.s. yang sedang bergerak menuju kerajaan Saba, umumnya kebanyakan orang berpendapat bahwa ia benar-benar semut, padahal banyak juga qabilah-kabilah atau orang perorangan di jazirah Arabia yang mempergunakan nama binatang – seperti Banu Asad, Banu Kalb, dan sebutan Abu Hurairah kepada seorang sahabat Nabi Besar Muhammad saw. -- semuanya itu bukanlah benar-benar singa, anjing atau pun seekor kucing. Firman-Nya:

حَتّٰۤی اِذَاۤ اَتَوۡا عَلٰی وَادِ النَّمۡلِ ۙ قَالَتۡ نَمۡلَۃٌ یّٰۤاَیُّہَا النَّمۡلُ ادۡخُلُوۡا مَسٰکِنَکُمۡ ۚ لَا یَحۡطِمَنَّکُمۡ سُلَیۡمٰنُ وَ جُنُوۡدُہٗ ۙ وَ ہُمۡ لَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿۲۰ فَتَبَسَّمَ ضَاحِکًا مِّنۡ قَوۡلِہَا وَ قَالَ رَبِّ اَوۡزِعۡنِیۡۤ اَنۡ اَشۡکُرَ نِعۡمَتَکَ الَّتِیۡۤ اَنۡعَمۡتَ عَلَیَّ وَ عَلٰی وَالِدَیَّ وَ اَنۡ اَعۡمَلَ صَالِحًا تَرۡضٰىہُ وَ اَدۡخِلۡنِیۡ بِرَحۡمَتِکَ فِیۡ عِبَادِکَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿۲۱

Hingga apabila mereka sampai ke lembah Semut, seorang dari kaum Semut berkata: “Hai kaum Semut, masuklah kamu ke dalam tempat tinggalmu, supaya Sulaiman dan lasykarnya tidak menghancurkan kamu sedang mereka tidak menyadari.” Maka ia, Sulaiman, tersenyum sambil tertawa mendengar perkataannya dan berkata: “Ya Tuhan-ku, anugerahkanlah kepadaku taufik untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada orang-tuaku, dan untuk berbuat amal saleh yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat Engkau di antara hamba-hamba Engkau yang saleh.” (Al-Naml [27]:19-20).

Jenderal Hud-hud

Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai inspeksi pasukan yang dilakukan Nabi Sulaiman a.s. guna mengatur strategi selanjutnya dalam menangani kasus invasi (penyerbuan) yang dilakukan tentara kerajaan Saba ke wilayah kekuasaan beliau – yang digambarkan sebagai “kambing suatu kaum yang berkeliaran di ladang” (QS.21:79-80) – firman-Nya:

وَ تَفَقَّدَ الطَّیۡرَ فَقَالَ مَا لِیَ لَاۤ اَرَی الۡہُدۡہُدَ ۫ۖ اَمۡ کَانَ مِنَ الۡغَآئِبِیۡنَ ﴿۲۱ لَاُعَذِّبَنَّہٗ عَذَابًا شَدِیۡدًا اَوۡ لَاَاذۡبَحَنَّہٗۤ اَوۡ لَیَاۡتِیَنِّیۡ بِسُلۡطٰنٍ مُّبِیۡنٍ ﴿۲۲ فَمَکَثَ غَیۡرَ بَعِیۡدٍ فَقَالَ اَحَطۡتُّ بِمَا لَمۡ تُحِطۡ بِہٖ وَ جِئۡتُکَ مِنۡ سَبَاٍۭ بِنَبَاٍ یَّقِیۡنٍ ﴿۲۳

Dan ia (Sulaiman) memeriksa burung-burung itu, kemudian ia berkata: “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud? Ataukah ia sengaja tidak hadir? Niscaya aku akan menghu-kumnya dengan azab yang keras, atau niscaya aku akan menyembelihnya, atau ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.” Maka tidak lama ia menunggu Hud-hud pun datang dan berkata: “Aku telah mengetahui apa yang engkau belum mengetahuinya, dan aku datang kepada engkau dari negeri kaum Saba dengan kabar yang meyakinkan. (Al-Naml [27]:21-23).

Tafaqqada (ia memeriksa) diambil dari kata faqada, yakni ia kehilangan sesuatu, sesuatu itu tidak nampak, atau menjadi tidak nampak kepadanya. Tafaqqada-hu berarti ia mencari sesuatu dengan santai atau berulang-ulang karena sesuatu itu tidak nampak kepadanya, atau ia berusaha memperoleh pengetahuan tentang sesuatu itu (Mufradat). Agaknya Nabi Sulaiman a.s. telah memeriksa balatentaranya, dan Hud-hud, seorang pejabat negara yang penting — mungkin seorang jenderal — tidak hadir pada peristiwa penting itu.

Bertentangan dengan kepercayaan umum, yang berdasar pada hikayat dan ceritera khayal, Hud-hud bukanlah seekor burung yang dipekerjakan oleh Nabi Sulaiman a.s. sebagai pengemban amanat beliau, karena:

(a) tidaklah sesuai dengan kewibawaan Nabi Sulaiman a.s. sebagai seorang raja besar dan seorang nabi Allah untuk begitu gusarnya kepada seekor burung kecil, sehingga berkenan menjatuhkan hukuman berat kepada burung itu atau bahkan hendak membunuhnya.

(b) Rupa-rupanya Hud-hud, paham benar akan undang-undang dan keperluan-keperluan negara, dan juga paham sekali mengenai tauhid (ayat-ayat 25 - 26), padahal burung-burung tidak.

(c) Hud-hud, karena bukan seekor burung pengembara, tidak dapat terbang menempuh jarak jauh, dan oleh sebab itu tidak dapat dipilih untuk pergi jauh ke Saba dan kembali (ayat 23).

Dari kenyataan ini dapat disimpulkan, bahwa Hud-hud bukan burung, melainkan manusia, bahkan seorang pembesar yang bertanggung-jawab atau seorang jenderal, yang telah dipercayakan kepadanya oleh Nabi Sulaiman a.s. mengemban suatu tugas politik sangat penting kepada Ratu Saba. Kebiasaan tukar-menukar duta agaknya telah lazim di zaman Nabi Sulaiman a.s.. Apalagi telah merupakan kenyataan yang terkenal bahwa orang disebut dengan nama burung dan binatang lain.

Hud-hud itu suatu nama yang populer di antara kaum Nabi Sulaiman a.s.. Kata itu agaknya bentuk kearab-araban dari Hudad, nama yang ada dalam Bible. Rupa-rupanya nama itu pernah dipakai oleh beberapa raja Edom. Seorang putra Nabi Isma’il a.s. pun memakai nama itu. Seperti itu pula seorang pangeran dari Edom yang melarikan diri ke Mesir karena takut akan pembunuhan besar-besaran oleh Yoab, terkenal dengan nama itu (I Raja-raja 11:14). Nama itu ternyata begitu umum dan begitu sering digunakan dalam Perjanjian Lama, sehingga bila digunakan tanpa keterangan berarti “seseorang dari keluarga Edom” (Jewish Encyclopaedia). Hud-hud disebut juga sebagai nama ayahanda Bilqis, Ratu Saba (Muntaha al-Irab).

Cara Nabi Sulaiman a.s. Menyelesaikan Kasus “Kambing yang Merambah Kebun”

Nampak dari ayat ini, bahwa Hud-hud dikirim untuk menjalankan tugas kenegaraan penting, dan ia membawa berita penting untuk Nabi Sulaiman a.s.. Saba dapat disamakan dengan Syeba dari Bible (I Raja-raja bab 10). Saba adalah sebuah kota di Yaman terletak kira-kira 3 hari perjalanan dari kota Shana’ dan merupakan pusat pemerintahan Ratu Saba. Lagi pula, Saba adalah cabang terkenal dari kabilah Qahthani.

Dalam Bab-bab sebelumnya telah dikemukakan firman Allah Swt. mengenai langkah politik yang berbeda yang dilaksanakan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. dalam menangani kaum-kaum liar yang selalu merongrong bahkan memasuki wilayah kekuasaan kerajaan Bani Israil, yakni Nabi Daud a.s. menjalankan langkah politik keras (tegas) terhadap kaum-kaum yang merongrong kekuasaannya, sedangkan Nabi Sulaiman a.s. mengambil langkah politik yang lebih lunak, firman-Nya:

وَ دَاوٗدَ وَ سُلَیۡمٰنَ اِذۡ یَحۡکُمٰنِ فِی الۡحَرۡثِ اِذۡ نَفَشَتۡ فِیۡہِ غَنَمُ الۡقَوۡمِ ۚ وَ کُنَّا لِحُکۡمِہِمۡ شٰہِدِیۡنَ ﴿٭ۙ۷۹ فَفَہَّمۡنٰہَا سُلَیۡمٰنَ ۚ وَ کُلًّا اٰتَیۡنَا حُکۡمًا وَّ عِلۡمًا ۫ وَّ سَخَّرۡنَا مَعَ دَاوٗدَ الۡجِبَالَ یُسَبِّحۡنَ وَ الطَّیۡرَ ؕ وَ کُنَّا فٰعِلِیۡنَ ﴿۸۰ وَ عَلَّمۡنٰہُ صَنۡعَۃَ لَبُوۡسٍ لَّکُمۡ لِتُحۡصِنَکُمۡ مِّنۡۢ بَاۡسِکُمۡ ۚ فَہَلۡ اَنۡتُمۡ شٰکِرُوۡنَ ﴿۸۱ وَ لِسُلَیۡمٰنَ الرِّیۡحَ عَاصِفَۃً تَجۡرِیۡ بِاَمۡرِہٖۤ اِلَی الۡاَرۡضِ الَّتِیۡ بٰرَکۡنَا فِیۡہَا ؕ وَ کُنَّا بِکُلِّ شَیۡءٍ عٰلِمِیۡنَ ﴿۸۲ وَ مِنَ الشَّیٰطِیۡنِ مَنۡ یَّغُوۡصُوۡنَ لَہٗ وَ یَعۡمَلُوۡنَ عَمَلًا دُوۡنَ ذٰلِکَ ۚ وَ کُنَّا لَہُمۡ حٰفِظِیۡنَ ﴿ۙ۸۳

Dan ingatlah Daud dan Sulaiman ketika mereka berdua memberikan keputusan mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing kepunyaan suatu kaum berkeliaran di dalamnya, dan Kami menjadi saksi atas benarnya keputusan mereka. Maka Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman, dan kepada masing-masing Kami memberikan kebijaksanaan dan ilmu. Dan Kami menundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk bertasbih bersama Daud, dan Kami Yang mengerjakannya. Dan Kami mengajarinya membuat baju besi bagi kepentingan kamu supaya dapat melindungi dari pertempuranmu, maka apakah kamu mau bersyukur? Dan Kami menundukkan untuk Sulaiman angin yang kencang, angin itu bertiup atas perintahnya ke arah daerah yang telah Kami berkati di dalamnya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan kalangan syaitan-syaitan ada yang menyelam untuk dia, dan mereka melakukan pekerjaan lain selain itu, dan Kami-lah yang menjaga mereka. (Al-Anbiya [21]:79-83).

Contoh yang dikemukakan Allah Swt. mengenai langkah politik Nabi Sulaiman a.s. tersebut adalah ketika menghadapi invasi (penyerbuan) dari pasukan kerajaan Ratu Saba ke wilayah kerajaannya, yang untuk tujuan menyelesiakan hal itulah maka Nabi Sulaiman a.s. telah berangkat dengan membawa pasukan yang kuat, namun demikian sebelum melakukan penyerbuan dengan kekuatan penuh, Nabi Sulaiman a.s. – yang kedudukannya selain seorang raja juga adalah seorang rasul Allah -- karena itu beliau melaksanakan misi dari para rasul Allah, yakni sebagai basyiiran (pemberi kabar gembira) dan nadziiran (pemberi peringatan).

Surat Peringatan Nabi Sulaiman a.s. Kepada Ratu Saba

Untuk tujuan itulah maka ketika Nabi Sulaiman a.s. menerima laporan tugas dari Hud-hud -- sebagai alasan keterlambatan kehadirannya -- maka Nabi Sulaiman a.s. mengutus lagi Hud-hud kepada Ratu Saba untuk menyampaikan surat peringatan dari beliau, sekali gus untuk mengetahui kebenaran laporan tugas yang disampaikan Hud-hud, firman-Nya:

اِنِّیۡ وَجَدۡتُّ امۡرَاَۃً تَمۡلِکُہُمۡ وَ اُوۡتِیَتۡ مِنۡ کُلِّ شَیۡءٍ وَّ لَہَا عَرۡشٌ عَظِیۡمٌ ﴿۲۴ وَجَدۡتُّہَا وَ قَوۡمَہَا یَسۡجُدُوۡنَ لِلشَّمۡسِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ فَصَدَّہُمۡ عَنِ السَّبِیۡلِ فَہُمۡ لَا یَہۡتَدُوۡنَ ﴿ۙ۲۵ اَلَّا یَسۡجُدُوۡا لِلّٰہِ الَّذِیۡ یُخۡرِجُ الۡخَبۡءَ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ یَعۡلَمُ مَا تُخۡفُوۡنَ وَ مَا تُعۡلِنُوۡنَ ﴿۲۶ اَللّٰہُ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ رَبُّ الۡعَرۡشِ الۡعَظِیۡمِ ﴿ٛ۲۶

“Aku mendapati di sana seorang perempuan memerintah atas mereka dan ia telah diberi segala sesuatu dan ia mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya bersujud kepada matahari selain Allah, dan syaitan telah menampakkan indah bagi mereka amal-amalnya, maka dia menghalangi mereka dari jalan yang benar sehingga mereka tidak mendapat petunjuk. Mereka tidak mau bersujud kepada Allah Yang mengeluarkan yang tersembunyi di seluruh langit dan bumi, dan yang Mengetahui apa-apa yang kamu sembunyikan dan apa-apa yang kamu zahirkan. Allah, tidak ada tuhan kecuali Dia, Tuhan ‘Arasy Yang Maha Agung.” (Al-Naml [27]:24-27).

Ayat ini menunjukkan bahwa Ratu Saba memerintah suatu bangsa yang sangat makmur, yang telah mencapai suatu taraf peradaban yang sangat tinggi, dan bahwa ia memiliki segala hal yang telah menjadikannya Ratu yang berkekuasaan besar. Kaum Saba menyembah matahari dan bintang-bintang, satu kepercayaan yang mungkin sekali telah didatangkan ke Yaman dari Irak, yang dengan bangsa itu bangsa Yaman pernah berhubungan erat melalui jalan laut dan Teluk Persia.

Kaum Saba itu hendaknya jangan diperbaurkan dengan orang-orang Sabi yang tersebut dalam QS.2:63; QS.5:70; dan QS.22:18, dan digambarkan sebagai (1) bangsa penyembah bintang, yang hidup di Irak; (2) suatu bangsa yang menganut kepercayaan, berupa semacam percampuran antara agama-agama Yahudi, Nasrani, dan Zoroaster; (3) bangsa yang tinggal dekat Mosul di Irak, dan mempercayai keesaan Tuhan, tetapi syariatnya tidak dikenal dan (4) bangsa yang tinggal di sekitar Irak dan beriman kepada semua nabi Allah.

Atas laporan intelijen dari Jenderal Hud-hud yang kehadirannya sedikit terlambat tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:

قَالَ سَنَنۡظُرُ اَصَدَقۡتَ اَمۡ کُنۡتَ مِنَ الۡکٰذِبِیۡنَ ﴿۲۸ اِذۡہَبۡ بِّکِتٰبِیۡ ہٰذَا فَاَلۡقِہۡ اِلَیۡہِمۡ ثُمَّ تَوَلَّ عَنۡہُمۡ فَانۡظُرۡ مَا ذَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿۲۹

Ia (Sulaiman) berkata: “Kami segera akan melihat apakah engkau telah berkata benar ataukah engkau di antara orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan membawa suratku ini lalu sampaikanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka lalu perhatikanlah apa jawaban mereka.” (Al-Naml [27]:28-29).

Burung-burung tidak pernah diketahui orang berbicara tentang kebenaran atau dusta. Ayat ini memberikan suatu bukti lagi, bahwa Hud-hud bukan burung, melainkan seorang pembesar dalam pemerintahan Nabi Sulaiman a.s.. Bahkan bila dibenarkan bahwa Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. dapat mengerti bahasa burung, tetapi tidak ada sesuatu dalam Al-Quran yang menunjukkan, bahwa Ratu Saba juga dapat mengerti bahasa burung, namun demikian kepada Hud-hud dipercayakan menyampaikan surat Nabi Sulaiman a.s. kepada Sang Ratu dan mengadakan percakapan dengan Ratu itu atas nama Nabi Sulaiman a.s. dan sebagai wakil beliau.

Untuk membuktikan bahwa Hud-hud bukanlah seekor burung melainkan seorang manusia – bahkan seorang pejabat penting – yang dilibatkan Nabi Sulaiman a.s. untuk menanggulangi invasi kaum Saba ke wilayah kekuasaan beliau. Nampaknya sebelum Nabi Sulaiman a.s. dan pasukan tempurnya berangkat menuju wilayahnya yang diinvasi oleh kerajaan Saba, beliau telah terlebih dulu mengirimkan tim intelijen yang dipimpin oleh jenderal Hud-hud, dan pada tempat yang telah ditentukan Nabi Sulaiman a.s. mendirikan kemah guna menyusun strategi selanjutnya, dan untuk itu Nabi Sulaiman a.s. memerlukan laporan tugas intelijen dari Jenderal Hud-hud.

Atas alasan keterlambatan kehadiran Jenderal Hud-hud itulah maka Nabi Sulaiman a.s. telah menampakkan kemarahan beliau, sebab ketidakhadiran atau pun keterlambatan kehadiran Jenderal Hud-hud dapat menimbulkan berbagai kemungkinan yang dapat merugikan strategi untuk menyelesaikan kasus invasi kaum Saba. Untuk tujuan menguji kebenaran laporan intelijen yang disampaikan oleh Jenderal Hud-hud itulah maka Nabi Sulaiman a.s. kembali mengutus Jenderal Hud-hud untuk menyampaikan surat peringatan beliau kepada Ratu Saba.

“Bismillaahirrahmaanirrahiim”

Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai surat peringatan yang dikirimkan Nabi Sulaiman a.s. kepada Ratu Saba yang diantarkan langsung oleh Jenderal Hud-hud::

قَالَتۡ یٰۤاَیُّہَا الۡمَلَؤُا اِنِّیۡۤ اُلۡقِیَ اِلَیَّ کِتٰبٌ کَرِیۡمٌ ﴿۳۰ اِنَّہٗ مِنۡ سُلَیۡمٰنَ وَ اِنَّہٗ بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿ۙ۳۱ اَلَّا تَعۡلُوۡا عَلَیَّ وَ اۡتُوۡنِیۡ مُسۡلِمِیۡنَ ﴿٪۳۲

Ia (Ratu Saba) berkata: “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah disampaikan kepadaku surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya surat itu berbunyi: Dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Janganlah kamu berlaku sombong terhadapku, dan datanglah kepadaku dengan berserah diri.” (Al-Naml [27]:30-32).

Beberapa ahli ketimuran pihak Kristen, sebagaimana kebiasaan mereka, telah gagal dalam usahanya mengingkari fakta, bahwa Al-Quran bersumber pada Allah, dengan mencoba membuktikan ungkapan Bismillaah telah dipinjam dari kitab-kitab yang terdahulu.

Wherry dalam buku “Commentary”-nya mengatakan, bahwa kalimat itu telah dipinjam dari Zend-Avesta. Sale menyatakan pandangan serupa, sedang Rodwell berpendapat, bahwa bangsa Arab pra-Islam (sebelum sejarah Islam) meminjamnya dari kaum Yahudi dan selanjutnya kalimat itu dimasukkan ke dalam Al-Quran oleh Rasulullah Saw..

Mengatakan bahwa sebab ungkapan atau kalimat “basmalah” itu didapati dalam beberapa kitab suci yang terdahulu, niscaya telah dipinjam oleh Al-Quran dari salah satu dari kitab-kitab itu, adalah nyata sekali suatu kesimpulan yang lemah. Bagaimanapun hal itu hanya membuktikan, bahwa Al-Quran memang berasal dari sumber yang sama seperti kitab-kitab lain pun berasal.

Lagi pula, tidak ada kitab lain mempergunakan ungkapan ini dalam bentuk dan cara yang telah dilakukan oleh Al-Quran. Begitu juga, orang-orang Arab pra-Islam tidak pernah mempergunakan ungkapan itu sebelum ungkapan itu diwahyukan dalam Al-Quran. Kebalikannya, mereka mempunyai keengganan untuk mempergunakan sifat Ilahi Ar-Rahmaan (QS.25:61), yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Bismillaah. Lihat juga QS.1:1.

Pamer Keunggulan SDA dan SDM dengan “Hadiah”

Surat Nabi Sulaiman a.s. merupakan contoh yang indah sekali tentang bagaimana maksud yang besar dan luas dapat diringkaskan dalam beberapa perkataan singkat, sepi dari segala kata muluk-muluk dan panjang lebar tanpa guna. Surat itu sekaligus merupakan peringatan terhadap kesia-siaan pemberontakan, yang rupa-rupanya pada waktu itu timbul di beberapa bagian negeri itu, dan ajakan kepada Sang Ratu untuk tunduk kepada Nabi Sulaiman a.s. guna menghindari pertumpahan darah yang tidak perlu, juga untuk meninggalkan kemusyrikan, dan menerima agama yang hakiki. Firman-Nya:

قَالَتۡ یٰۤاَیُّہَا الۡمَلَؤُا اَفۡتُوۡنِیۡ فِیۡۤ اَمۡرِیۡ ۚ مَا کُنۡتُ قَاطِعَۃً اَمۡرًا حَتّٰی تَشۡہَدُوۡنِ ﴿۳۳ قَالُوۡا نَحۡنُ اُولُوۡا قُوَّۃٍ وَّ اُولُوۡا بَاۡسٍ شَدِیۡدٍ ۬ۙ وَّ الۡاَمۡرُ اِلَیۡکِ فَانۡظُرِیۡ مَاذَا تَاۡمُرِیۡنَ ﴿۳۴ قَالَتۡ اِنَّ الۡمُلُوۡکَ اِذَا دَخَلُوۡا قَرۡیَۃً اَفۡسَدُوۡہَا وَ جَعَلُوۡۤا اَعِزَّۃَ اَہۡلِہَاۤ اَذِلَّۃً ۚ وَ کَذٰلِکَ یَفۡعَلُوۡنَ ﴿۳۵ وَ اِنِّیۡ مُرۡسِلَۃٌ اِلَیۡہِمۡ بِہَدِیَّۃٍ فَنٰظِرَۃٌۢ بِمَ یَرۡجِعُ الۡمُرۡسَلُوۡنَ ﴿۳۶

Ia (Ratu Saba) berkata: “Hai pembesar-pembesar, berikan pendapat kepadaku mengenai urusanku ini, karena aku sekali-kali tidak memutuskan sesuatu perkara hingga kamu hadir di hadapanku.” Mereka berkata: “Kita memiliki kekuatan, dan kita memiliki keberanian yang hebat dalam peperangan, tetapi memberi perintah itu ada pada engkau, maka pertimbangkanlah apa yang engkau akan perintahkan.” Ia, ratu, berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila mereka memasuki suatu kota mereka merusakkannya dan mereka menjadikan penduduknya yang mulia sebagai orang-orang yang hina, dan demikianlah selalu mereka kerjakan. Tetapi sesungguhnya aku akan mengirimkan kepada mereka hadiah dan akan menanti jawaban apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu. (Al-Naml [27]:33-36).

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid


Tidak ada komentar:

Posting Komentar