Rabu, 09 November 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Madinah (16) & Penaklukan Makkah


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXXV


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Madinah (16) & Penaklukan Makkah

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


لَقَدۡ صَدَقَ اللّٰہُ رَسُوۡلَہُ الرُّءۡیَا بِالۡحَقِّ ۚ لَتَدۡخُلُنَّ الۡمَسۡجِدَ الۡحَرَامَ اِنۡ شَآءَ اللّٰہُ اٰمِنِیۡنَ ۙ مُحَلِّقِیۡنَ رُءُوۡسَکُمۡ وَ مُقَصِّرِیۡنَ ۙ لَا تَخَافُوۡنَ ؕ فَعَلِمَ مَا لَمۡ تَعۡلَمُوۡا فَجَعَلَ مِنۡ دُوۡنِ ذٰلِکَ فَتۡحًا قَرِیۡبًا ﴿۲۸

Sungguh Allah benar-benar telah menggenapi rukya Rasul-Nya dengan haq, niscaya kamu akan memasuki Masjidil Haram dengan aman jika Allah menghendaki, dengan mencukur habis rambut kepalamu atau memotong pendek tanpa kamu merasa takut. Tetapi Dia mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, maka Dia telah menjadikan bagimu selain itu satu kemenangan yang dekat. (Al-Fath [48]:28).


Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya bahwa firman Allah Swt. di awal Bab ini mengisyaratkan tentang rukya (penglihatan ruhani) yang telah dilihat Nabi Besar Muhammad saw. yaitu, beliau saw. sedang bertawaf bersama para sahabat (Bukhari). Beliau saw. bertolak ke Mekkah disertai kurang lebih 1500 sahabat untuk melaksanakan umrah. Beliau saw. tidak diperkenankan oleh orang-orang Quraisy menghampiri Ka’bah, walaupun Surah ini menerangkan dengan tegas bahwa kasyaf atau rukya Nabi Besar Muhammad saw. benar dan bahwa orang-orang Muslim pasti akan memasuki kota Mekkah dan menunaikan ibadah umrah.

Perjalanan Nabi Besar Muhammad saw. di samping memenuhi maksud-maksud lain yang bermanfaat dan telah disinggung sebelum ini, menetapkan suatu kenyataan penting bahwa nabi-nabi Allah pun kadangkala memberi takwil yang nampaknya keliru mengenai rukya-rukya mereka, karena dalam kenyataannya yang terjadi adalah Perjanjian Hudaibiyah bukannya pelaksanaan umrah sebagaimana yang direncanakan oleh Nabi Besar Muhammad saw..

Namun walau pun hal tersebut nampak sebagai suatu kesalahan dalam menakwilkan kasyaf tersebut tetapi dalam kenyataannya kemudian – sebagai buah dari Perjanjian Hudaibiyyah -- kedatangan kembali Nabi Besar Muhammad saw. ke Makkah di masa kemudian bukan hanya sekedar melaksakan umrah bahkan berupa peristiwa Fathah Makkah (penaklukan Makkah), sehingga genaplah nubuatan dalam firman Allah Swt. di awal Bab ini:

لَقَدۡ صَدَقَ اللّٰہُ رَسُوۡلَہُ الرُّءۡیَا بِالۡحَقِّ ۚ لَتَدۡخُلُنَّ الۡمَسۡجِدَ الۡحَرَامَ اِنۡ شَآءَ اللّٰہُ اٰمِنِیۡنَ ۙ مُحَلِّقِیۡنَ رُءُوۡسَکُمۡ وَ مُقَصِّرِیۡنَ ۙ لَا تَخَافُوۡنَ ؕ فَعَلِمَ مَا لَمۡ تَعۡلَمُوۡا فَجَعَلَ مِنۡ دُوۡنِ ذٰلِکَ فَتۡحًا قَرِیۡبًا ﴿۲۸

Sungguh Allah benar-benar telah menggenapi rukya Rasul-Nya dengan haq, niscaya kamu akan memasuki Masjidil Haram dengan aman jika Allah menghendaki, dengan mencukur habis rambut kepalamu atau memotong pendek tanpa kamu merasa takut. Tetapi Dia mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, maka Dia telah menjadikan bagimu selain itu satu kemenangan yang dekat. (Al-Fath [48]:28).

“Kemenangan yang Nyata”

Oleh karena itu sangat tepat sekali jika Allah Swt. telah menyatakan Perjanjian Hudaibiyah -- yang nampak sangat merugikan pihak Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam -- benar-benar merupakan “Kemenangan yang nyata”, firman-Nya:

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿۱ اِنَّا فَتَحۡنَا لَکَ فَتۡحًا مُّبِیۡنًا ۙ﴿۲

Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberi engkau satu kemenangan nyata (Al-Fath [48]:1-2).

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa yang diisyaratkan oleh kata-kata "kemenangan nyata" adalah "Perjanjian Hudaibiyah." Sungguh aneh bahwa walaupun selama masa singkat yaitu 6 tahun permulaan ketika Nabi Besar Muhammad saw. tinggal di kota Medinah, beliau saw. telah mendapat kemenangan-kemenangan besar atas musuh-musuh beliau saw. – yakni dalam perang Badar, perang Uhud, dan perang Ahzab -- sehingga telah melumpuhkan dan mematahkan daya juang kaum kafir Quraisy Mekkah, namun demikian tidak satu pun dari kemenangan-kemenangan itu disebut "kemenangan nyata" di dalam Al-Quran.

Sebutan itu dicadangkan untuk “Perjanjian Hudaibiyah” guna menerima kehormatan luar biasa ini, kendatipun syarat-syarat (dalam perjanjian) pada lahirnya nampak sangat merendahkan derajat dan orang-orang Muslim sangat bingung atas peristiwa yang nampaknya sebagai suatu penghinaan terhadap kehormatan Islam, demikian rupa hingga bahkan seorang yang gagah seperti Sayyidina Umar bin Khaththab r.a. berseru karena sedih dan jengkelnya bahwa andaikata syarat-syarat Perjanjian itu telah ditetapkan oleh orang lain selain Nabi Besar Muhammad saw. niscaya beliau akan mencemoohkan syarat-syarat itu (Hisyam)

Sungguh Perjanjian itu merupakan kemenangan besar, sebab telah membuka jalan bagi pengembangan dan penyebaran Islam serta menjurus kepada jatuhnya kota Mekkah dan akhirnya kepada penundukkan seluruh wilayah tanah Arab. Peristiwa itu ternyata merupakan keunggulan siasat Nabi Besar Muhammad saw., karena dengan Perjanjian itu Islam mempunyai "kedudukan politik sebagai satu kekuatan yang semartabat dan merdeka serta berdaulat yang diakui oleh kaum Quraisy" ("Mohammad at Medinah" oleh Montgomery Watt).

Itulah beberapa keberkatan isra atau hijrah Nabi Besar Muhammad saw. dari Mekkah ke Madinah sebagaimana tercantum dfalam firman-Nya:

سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿۲

Maha Suci Dia Yang memperjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (Bani Israil [17]:2).

Duel Makar

Ketika Nabi Besar Muhammad saw. masih di kota Makkah dan penekanan serta kezaliman terhadap beliau saw. dan orang-orang Islam semakin menjadi-jadi serta makar buruk untuk membunuh beliau saw. pun telah dirancang (QS.8:31), Allah Swt. pun telah punya merancang makar tandingan, bahkan dasar-dasar untuk kejatuhan kota Mekkah kepada kekuasaan Nabi Besar Muhammad saw. pun telah dipersiapkan pula. Berikut adalah beberapa kenyataan tersebut:

وَ اِنۡ کَادُوۡا لَیَفۡتِنُوۡنَکَ عَنِ الَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ لِتَفۡتَرِیَ عَلَیۡنَا غَیۡرَہٗ ٭ۖ وَ اِذًا لَّاتَّخَذُوۡکَ خَلِیۡلًا ﴿۷۴ وَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ ثَبَّتۡنٰکَ لَقَدۡ کِدۡتَّ تَرۡکَنُ اِلَیۡہِمۡ شَیۡئًا قَلِیۡلًا ﴿٭ۙ۷۵ اِذًا لَّاَذَقۡنٰکَ ضِعۡفَ الۡحَیٰوۃِ وَ ضِعۡفَ الۡمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ عَلَیۡنَا نَصِیۡرًا ﴿۷۶ وَ اِنۡ کَادُوۡا لَیَسۡتَفِزُّوۡنَکَ مِنَ الۡاَرۡضِ لِیُخۡرِجُوۡکَ مِنۡہَا وَ اِذًا لَّا یَلۡبَثُوۡنَ خِلٰفَکَ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿۷۷ سُنَّۃَ مَنۡ قَدۡ اَرۡسَلۡنَا قَبۡلَکَ مِنۡ رُّسُلِنَا وَ لَا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحۡوِیۡلًا ﴿٪۷۸

Dan nyaris mereka benar-benar menimpakan penderitaan kepada engkau karena apa (Al-Quran) yang telah Kami wahyukan kepada engkau, supaya engkau mengada-adakan terhadap Kami yang bukan itu, dan jika demikian niscaya mereka akan menjadikan engkau teman yang setia. Dan seandainya Kami tidak memperteguh engkau dengan Al-Qur-an, sungguh engkau benar-benar akan sedikit cenderung kepada mereka. Jika demikian niscaya Kami akan membuat engkau merasai siksaan yang berlipatganda dalam kehidupan dan siksaan yang berlipat-ganda dalam kematian, kemudian engkau tidak akan memperoleh seorang penolong terhadap azab Kami. Dan nyaris mereka benar-benar menakut-nakuti untuk mengusir engkau dari negeri ini, supaya mereka dapat mengeluarkan engkau darinya, dan jika demikian niscaya mereka tidak akan tinggal sepeninggal engkau melainkan hanya sebentar. Demikianlah cara perlakuan (sunnah) Kami terhadap rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, dan engkau tidak akan mendapatkan perubahan dalam cara perlakuan (sunnah) Kami. (Bani Israil [17]:74-78).

Orang-orang kafir telah bertekad mendatangkan kesengsaraan besar kepada Nabi Besar Muhammad saw. disebabkan oleh ajaran yang telah diwahyukan kepada beliau saw., agar mereka dapat memaksa beliau saw. mengubahnya dan mendatangkan ajaran yang lain dari yang terkandung dalam Al-Quran. Rencana-rencana buruk orang kafir serta kegagalan mereka yang mutlak dalam melaksanakan rencana-rencana itulah yang diisyaratkan ayat 74.

Fitrat Nabi Besar Muhammad saw. begitu murni, sehingga seandainya Al-Quran tidak diturunkan kepada beliau saw., dan beliau tidak mempunyai ilmu mengenai kehendak-kehendak Allah untuk beliau saw., niscaya beliau sukar pula untuk cenderung menjalankan perbuatan syirik.

Musuh-musuh Nabi Besar Muhammad saw. mau mengusir dan mencap beliau secara resmi sebagai orang buangan, dengan tujuan supaya beliau saw. akan kehilangan segala kehormatan beliau saw. di mata kaum beliau saw. (QS.8:31), tetapi Allah Swt. sendiri memerintahkan beliau saw. meninggalkan kota Mekkah, dan dengan demikian menyelamatkan beliau saw. dari noda yang akan mengakibatkan hilangnya hak beliau saw. sebagai warga kota Mekkah. Firman-Nya:

وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿۳۱

Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar tandingan, dan Allah sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfaal [8]:31).

Ayat ini mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun Nadwah (Balai Permusyawaratan) di Mekkah. Ketika mereka melihat bahwa semua usaha mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru ini gagal, dan bahwa kebanyakan orang-orang Muslim yang mampu meninggalkan Mekkah telah berhijrah ke Medinah dan mereka sudah jauh dari bahaya, maka orang-orang terkemuka warga kota berkumpul di Darun Nadwah untuk membuat rencana ke arah usaha terakhir guna meng-habisi Islam.

Sesudah diadakan pertimbangan mendalam, terpikir oleh mereka satu rencana, ialah sejumlah orang-orang muda dari berbagai kabilah Quraisy harus secara serempak menyergap Nabi Besar Muhammad saw. lalu membunuh beliau saw.. Tanpa setahu orang, Nabi Besar Muhammad saw. meninggalkan rumah tengah malam buta, ketika para penjaga dikuasai oleh kantuk, berlindung di Gua Tsur bersama-sama Abubakar Shiddiq r.a., sahabat beliau yang setia (QS.9:40), dan akhirnya sampai di Medinah dengan selamat..

Doa Menjelang Hijrah ke Madinah

Hal lainnya yang dipersiapkan Allah Swt. sebagai tandingan terhadap makar buruk yang dirancang oleh para pemimpin kaum kafir Quraisy Mekkah adalah merintahkan orang-orang beriman untuk semakin meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt. agar Allah Swt. menurunkan pertolongan-pertolongannya yang khusus, firman-Nya:

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ تَتَّقُوا اللّٰہَ یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ فُرۡقَانًا وَّ یُکَفِّرۡ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿۳۰

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah Dia akan menjadikan bagimu furqaan, dan Dia akan menghapuskan darimu keburukan-keburukanmu, Dia akan mengampunimu, dan Allah Memiliki karunia yang sangat besar. (Al-Anfaal [8]:30).

Furqaan berarti: (1) sesuatu yang membedakan antara yang benar dan yang salah; (2) bukti atau bahan bukti atau dalil; (3) bantuan atau kemenangan, dan (4) fajar (Lexicon Lane).

Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman mengenai pentingnya melaksanakan shalat-shalat nafal (tambahan), terutama shalat tahajjud, selain shalat-shalat fardu, serta mengajarkan satu doa khusus, firman-Nya:

اَقِمِ الصَّلٰوۃَ لِدُلُوۡکِ الشَّمۡسِ اِلٰی غَسَقِ الَّیۡلِ وَ قُرۡاٰنَ الۡفَجۡرِ ؕ اِنَّ قُرۡاٰنَ الۡفَجۡرِ کَانَ مَشۡہُوۡدًا ﴿۷۹ وَ مِنَ الَّیۡلِ فَتَہَجَّدۡ بِہٖ نَافِلَۃً لَّکَ ٭ۖ عَسٰۤی اَنۡ یَّبۡعَثَکَ رَبُّکَ مَقَامًا مَّحۡمُوۡدًا ﴿۸۰ وَ قُلۡ رَّبِّ اَدۡخِلۡنِیۡ مُدۡخَلَ صِدۡقٍ وَّ اَخۡرِجۡنِیۡ مُخۡرَجَ صِدۡقٍ وَّ اجۡعَلۡ لِّیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ سُلۡطٰنًا نَّصِیۡرًا ﴿۸۰

Dirikanlah shalat sejak matahari condong hingga kegelapan malam dan bacalah Al-Quran pada waktu subuh, sesungguhnya pembacaan Al-Quran pada waktu subuh disaksikan secara istimewa oleh Allah.” Dan pada sebagian malam maka tahajudlah engkau dengan mem-bacanya, suatu ibadah tambahan bagi engkau, boleh jadi Tuhan engkau akan mengangkat engkau ke martabat yang sangat terpuji. Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah daku dengan cara masuk yang baik serta keluarkanlah aku dengan cara keluar yang baik, dan jadikanlah bagiku dari hadirat Engkau kekuatan yang menolong.” (Bani Israil [17]:79-81).

Dalakat asy-syamsu berarti: (1) matahari condong sesudah mencapai titik puncaknya pada tengah hari; (2) matahari menjadi kekuning-kuningan; (3) matahari terbenam. Ghasaq berarti, kegelapan malam, atau ketika warna merah di kaki langit lenyap sesudah matahari terbenam (Lexicon Lane). Nampaknya ayat ini menunjuk kepada saat-saat untuk mendirikan shalat 5 waktu sehari. Tiga arti dulūk menunjukkan saat untuk shalat Zuhur, Ashar, dan Maghrib. Untuk ghasaqil-lail meliputi saat untuk shalat Magrib, tetapi khususnya menunjuk kepada shalat Isya, dan kata-kata qur’an al-fajr menunjuk kepada saat shalat Subuh.

Sebagai arti tambahan pada yang diberikan dalam terjemahan teks, naafilah berarti karunia yang khas, dan mengandung arti bahwa shalat-shalat itu bukan suatu beban yang hanya meletihkan badan, melainkan suatu kesempatan istimewa dan karunia khas dari Allah Swt..

Barangkali tiada orang yang pernah begitu dibenci dan dimaki seperti Nabi Besar Muhammad saw., dan sungguh tidak ada wujud lain yang menerima begitu banyak pujian Allah dan menjadi penadah begitu banyak rahmat dan berkat Ilahi seperti beliau. Shalat Tahajjud paling cocok untuk orang beriman guna mencapai kemajuan ruhaninya, karena dalam kesunyian malam dalam keadaan menyendiri di hadapan Sang Khaliq-nya ia menikmati perhubungan khas dengan Allah Swt.

Sebagai kemakbulan doa-doa dan permohonan-permohonan beliau saw., Nabi Besar Muhammad saw. dalam ayat ini diberi kabar gembira bahwa untuk menggenapi nubuatan dalam kata-kata “Maha Suci Dia Yang telah menjalankan hamba-Nya pada waktu malam hari dari Masjid Haram ke Masjid Aqsa” (QS.17:2), beliau saw. akan dibawa ke Medinah. Untuk mendahului dan menyambut penyempurnaan nubuatan ini beliau diperintahkan mendoa supaya masuk beliau saw. ke Medinah dan begitu pula keberangkatan beliau saw. dari kota Mekkah, di mana beliau tinggal pada saat itu, akan dianugerahi keberkatan yang berlimpah-limpah. Firman-Nya: “Dan katakanlah: Ya Tuhan-ku, masukkanlah daku dengan cara masuk yang baik serta keluarkanlah aku dengan cara keluar yang baik, dan jadikanlah bagiku dari hadirat Engkau kekuatan yang menolong.”

Pembersihan Ka’bah dari Berkala-berkala

Sehubungan dengan apa yang akan dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw. ketika peristiwa Fathah Mekkah pun Allah Swt. telah mengisyaratkannya, firman-Nya:

وَ قُلۡ جَآءَ الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ کَانَ زَہُوۡقًا ﴿۸۱ وَ نُنَزِّلُ مِنَ الۡقُرۡاٰنِ مَا ہُوَ شِفَآءٌ وَّ رَحۡمَۃٌ لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ۙ وَ لَا یَزِیۡدُ الظّٰلِمِیۡنَ اِلَّا خَسَارًا ﴿۸۳

Dan katakanlah: Haq yakni kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap, sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap.” Dan Kami menurunkan dari Al-Quran suatu penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, tetapi tidak menambah kepada orang-orang yang zalim melainkan kerugian. (Bani Israil [17]:82-83).

Inilah salah satu mukjizat gaya bahasa Al-Quran bahwa untuk ini mengemukakan salah satu misal semacam itu. Sesudah takluknya kota Mekkah, ketika Nabi Besar Muhammad saw. selagi membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala yang telah mengotorinya, beliau saw. berulang-ulang mengucapkan ayat tersebut sementara beliau saw. memukuli berhala-berhala: Haq yakni kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap, sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap.” (Bukhari).

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar