Kamis, 13 Oktober 2011

Perbedaan Keadaan Jannah dengan Keadaan Sarang Laba-laba


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XVII


Tentang

Perbedaan Keadaan Jannah (Kebun) dengan

Keadaan Sarang Laba-laba

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿۴۲ اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۴۴ وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ اِلَّا الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿۴۴

Perumpamaan orang-orang yang mengambil penolong-penolong selain Allah adalah seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui. Sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu apa pun yang mereka seru selain-Nya, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dan itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami kemukakan bagi manusia, dan sekali-kali tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-Ankabut [29]:42-44).


Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai hakikat persamaan penggunaan kata jannah tentang surga dan mengenai tempat tinggal Nabi Adam a.s. dan istrinya di wilayah Timur Tengah, yang juga disebut "Tanan Eden". Yaitu bahwa kedua tempat tersebut memiliki keadaan atau sifat yang sama bagi penghuninya, yakni menyembunyikan serta memelihara para penghuninya dari bahaya yang mengancamnya, sebagaimana makna (arti) kata dasar dari jin atau junnatun (perisai) yang menyembunyikan dan memelihara orang yang ada dibaliknya dari bahaya serangan musuh, atau kata janin (bayi) yang tersembunyi dan terpelihara di dalam rahim perempuan (ibu) hamil serta kata jannah yakni kebun yang rimbun dengan pepohonan yang rindang sehingga menyembunyikan serta memelihara apa pun yang ada di dalamnya, sebagaimana firman-Nya tentang Nabi Adam a.s. dan istrinya:.

وَ اِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی ﴿۱۱۷ فَقُلۡنَا یٰۤـاٰدَمُ اِنَّ ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ لِزَوۡجِکَ فَلَا یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی ﴿۱۱۸ اِنَّ لَکَ اَلَّا تَجُوۡعَ فِیۡہَا وَ لَا تَعۡرٰی ﴿۱۱۹﴾ۙ وَ اَنَّکَ لَا تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی ﴿۱۲۰

Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah yakni tunduk patuhlah kamu kepada Adam," maka mereka sujud kecuali iblis, ia menolak. Lalu Kami berfirman: "Hai Adam, sesungguhnya orang ini adalah musuh bagi engkau dan bagi istri engkau, maka ia jangan sampai mengeluarkan kamu berdua dari jannah (kebun) lalu kamu menderita kesulitan. Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalam­nya dan tidak pula engkau akan telanjang, dan sesungguhnya engkau tidak akan kehausan di dalamnya dan tidak pula akan disengat panas matahari (Thaa Haa [20]:117-120).

Kemudian mengenai ganjaran orang-orang yang beriman kepada Allah dan beramal saleh Allah Swt. berfirman:


وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿۲۷

Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya untuk mereka ada jannaah (kebun-kebun) yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya , akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya. (Al-Baqarah [2]:26).

Perumpamaan Sarang Laba-laba

Ada pun yang memarik adalah, jika orang-orang yang beriman kepada Allah Swt. serta menjalani kehidupannya sesuai dengan kehendak atau ketentuan hukum-hukum Allah Swt. -- baik hukum-hukum jasmani mau pun hukum-hukum ruhani, yakni melaksanaan peraturan syariat maka ganjarannya adalah "kebun-kebun yang di bawahnya mengelir sungai-sungai", tetapi orang-orang yang menjadikan wujud-wujud selain Allah sebagai pelindung atau sebagai sembahan maka keadaan mereka digambarkan oleh Allah Swt. dalam awal uraian Bab ini bagaikan keadaan "sarang laba-laba", firman-Nya:

مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿۴۲ اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۴۴ وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ اِلَّا الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿۴۴

Perumpamaan orang-orang yang mengambil penolong-penolong selain Allah adalah seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui. Sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu apa pun yang mereka seru selain-Nya, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dan itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami kemukakan bagi manusia, dan sekali-kali tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-Ankabut [29]:42-44)

Masalah keesaan Tuhan (Allah Swt,) yang menjadi pembahasan terutama Surah Al-Ankabuut diakhiri oleh ayat di atas, dengan sebuah tamsil (perumpamaan) yang indah sekali, dan menjelaskan kepada kaum musyrik ketololan, kesia-siaan, dan kepalsuan kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan syirik mereka. Mereka itu rapuh bagaikan sarang laba-laba dan tidak dapat bertahan terhadap kecaman akal sehat.

Ada pun yang menarik adalah bahwa sebelum mengemukakan ayat tentang perumpamaan lemahnya sarang laba-laba” tersebut Allah Swt. telah mengemukakan kehancuran kaum-kaum purbakala yang mendustakan serta menentang para Rasul Allah yang diutus dari kalangan kaumnya sendiri dengan berbagai bentuk azab Ilahi, firman-Nya, kenyataan tersebut membuktikan “tuhan-tuhan palsu” yang mereka sembah selain Allah Swt. terbukti tidak memiliki kekuasaan apa pun untuk melindungi mereka dari berbagai azab Allah Swt. ketika azab yang dijanjikan melalui para Rasul Allah tersebut tiba, firman-Nya:

فَکُلًّا اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَظۡلِمَہُمۡ وَ لٰکِنۡ کَانُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿۴۱

فَکُلًّا اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَظۡلِمَہُمۡ وَ لٰکِنۡ کَانُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿۴۱

Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya, di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di antara mereka ada yang disambar oleh petir, di antara mereka ada yang Kami benamkan di bumi, di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak berbuat zalim terhadap mereka, tetapi mereka menzalimi diri mereka sendiri. (Al-Ankabuut [29]:41).

Kehidupan Surgawi yang Tidak Akan Pernah Berakhir

Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman yang ditimpakan lawan-lawan berbagai nabi pada zamannya masing-masing Azab yang melanda kaum ‘Aad digambarkan sebagai badai pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan ledakan dahsyat (QS.69:6); azab yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s. sebagai batu-batu tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab yang menimpa Midian, kaum Nabi Syu’aib a.s. sebagai gempa bumi (QS.7:92; QS.29:38); ledakan (QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang (QS.26:190). Terakhir dari semua itu ialah azab Ilahi yang menimpa Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun (Qorah), dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan dengan ungkapan, “Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51; QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).

Dengan demikian jelaslah, bahwa salah satu hakikat mengapa Allah Swt. menggunakan kata jannah untuk menggambarkan keadaan surga yang akan menjadi tempat para penghuni surga di akhirat nanti adalah untuk menggambarkan salah satu sifatnya yang utama yakni "menyembunyikan serta mellindungi" para penghuninya dari mengalami keadaan yang merugikan diri mereka, sehingga mereka di dalamnya atas secara berkesinambungan mengalami kemajuan yang tidak akan pernah berhenti, karena tingkatan-tingkatan kehidupan surgawi di alam akhirat tidak akan pernah berakhir, sebagaimana yang digambarkan dalam firman Allah Swt. berikut ini:

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا اِلَی اللّٰہِ تَوۡبَۃً نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی رَبُّکُمۡ اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ النَّبِیَّ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ نُوۡرُہُمۡ یَسۡعٰی بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿۹

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh jadi Tuhan-mu akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukanmu dan akan memasukkan kamu ke dalam kebun-kebun yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman besertanya, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan di sebelah kanannya, mereka akan berkata: “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan maafkanlah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Tahrim [66]:9).

Keinginan tidak kunjung padam bagi kesempurnaan pada pihak orang-orang yang beriman di surga sebagaimana diungkapkan dalam kata-kata, “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami“ menunjukkan bahwa kehidupan di surga itu bukanlah kehidupan menganggur atau statis sebagaimana agapam umum, bahkan kebalikannya, kemajuan ruhani di surga tiada berhingga, sebab bila orang-orang beriman akan mencapai kesempurnaan, yang menjadi ciri tingkat tertentu, mereka tidak akan berhenti sampai di situ, melainkan serentak terlihat di hadapannya ada tingkat kesempurnaan lebih tinggi dan diketahuinya bahwa tingkat yang didapati olehnya itu bukan tingkat tertinggi maka ia akan maju terus dan seterusnya tanpa berakhir.

Selanjutnya tampak bahwa setelah masuk surga, orang-orang beriman akan mencapai maghfirah – penutupan kekurangan (Lexicon Lane). Mereka akan terus-menerus berdoa kepada Allah Swt. untuk mencapai kesempurnaan dan sama sekali tenggelam dalam Nur Ilahi dan akan terus naik kian menanjak ke atas dan memandang tiap-tiap tingkat surgawi sebagai ada kekurangan dibandingkan dengan tingkat lebih tinggi yang didambakan oleh mereka, dan karena itu akan berdoa kepada Allah Swt. supaya Dia menutupi ketidaksempurnaannya, sehingga mereka akan mampu mencapai tingkat lebih tinggi itu.

Itulah makna yang sesungguhnya mengenai istighfar, yang secara harfiah berarti “mohon ampunan atas segala kealpaan.” Dan inilah pula sebabnya bahwa mengapa para nabi Allah pun – termasuk Nabi Besar Muhammad saw. – telah diperintahkan Allah Swt. untuk tetap mengucapkan istighfar walau pun wujud-wujud para Rasul Allah tersebut merupakan orang-orang yang suci (terbebas) dari dosa-dosa, termasuk Nabi Adam a.s.. Masalah ini telah dibahas secara panjang-lebar ketika menerangkan perbedaan antara kata dzanb dengan itsm dan jurm.

Kembali kepada perbedaan keadaan surga -- dalam Al-Quran disebut jannah (kebun) -- dengan keadaan "sarang laba-laba" yang tidak memberi perlindungan apa kepada penghuninya dari berbagai bahaya -- termasuk dari sengatan panas matahari, curahan air hujan, dan hembusan angin -- benar-benar sangat kontradiksi.

Namun demikian jika dilihat dari segi duniawi, justru keadaan yang terjadi adalah sebaliknya, yakni keadaan para Rasul Allah dan orang-orang yang beriman kepada mereka keadaannya sangat lemah bagaikan "sarang laba-laba", sebaliknya keadaan para penentang sangat kuat, baik dari segi kekuatan, kekayaan maupun jumlah mereka. Mengenai hal ini akan dibahas pada Bab berikutnya.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar