Sabtu, 29 Oktober 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Madinah (1) & Nabi Besar Muhammad Saw.. dan Baiat Aqabah


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXII


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Madinah (1) &

Nabi Besar Muhammad Saw.dan Baiat Aqabah

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿۲

Maha Suci Dia Yang memperjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (Bani Israil [17]:2).

Dalam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai makar buruk berupa (1) upaya pembunuhan, (2) penangkapan, dan (3) pengusiran Nabi Besar Muhammad saw. oleh para pemimpin kaum kafir Quraisy Mekkah, yang menyebabkan terjadinya peristiwa hijrah beliau saw. ke kota Madinah, ditemani oleh Abu Bakar Shiddiq r.a. (QS.9:40).

Selamatnya Nabi Besar Muhammad saw. dari makar buruk yang telah dirancangkan secara matang tersebut oleh para pemimpin kaum kafir Quraisy telah membuat mereka bukan saja merasa sangat malu tetapi juga sangat marah, sehingga mereka pun mengumumkan sayembara bahwa barangsiapa yang dapat menangkap beliau asw. Hidup atau mati akan mendapat hadiah100 ekor unta.

Salah seorang yang berhasil mengejar Nabi Besar Muhammad saw. dan Abu Bakar Shiddiq r.a. setelah keduanya keluar dari persembunyiannya di gua Tsaur adalah Suraqah bin Malik bin Ju’syam. Namun setelah mengalami beberapa kejadian aneh – yakni kudanya selalu terperosok ke dalam pasir -- akhirnya ia memutuskan untuk mengurungkan maksudnya, sebab ia menganggap kepergian Nabi Besar Muhammad saw. mendapat perlindungan dari Allah Swt., karena itu ia meminta jaminan perlindungan untuk dirinya ketika nanti Nabi Besar Muhammad saw. meraih kemenangan dalam perjuangan sucinya, yang atas hal tersebut beliau saw. bersabda: “Hai Suraqah, bagaimana nanti jika nanti gelang-gelang Kisra akan engkau pakai?” Dan hal tersebut terjadi ketika pada masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a. ketika kerajaan Iran jatuh ke dalam kekuasaan umat Islam lalu atas perintah Khalifah Umar bin Khaththab r.a. gelang emas Kisra (raja Fersia) dipakaikan kepada Suraqah guna menggenapi sabda Nabi Besar Muhammad saw.” walau pun ketika itu Suraqah sempat menolaknya karena ia telah menjadi seorang Muslim.

Pendek kata, firman Allah Swt. mengenai peristiwa isra Nabi Besar Muhammad saw. terbukti kebenarannya, sebab bukan saja kerajaan Iran akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan umat Islam, demikian juga daerah Palestina yang berada dibawah kekuasaan kerajaan Rumawi Timur, yang di dalamnya terletak kota Yerusalem, pun jatuh ke dalam kekuasaan umat Islam, dan untuk menggenapi nubuatan dalam peristiwa isra Nabi Besar Muhammad saw. kemudian Khalifah Umat bin Khaththab r.a. mendirikan mesjid yang diberi nama Masjidil-Aqsha, firman-Nya:

سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿۲

Maha Suci Dia Yang memperjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (Bani Israil [17]:2).

Kota Madinah

Dengan demikian jelaslah bahwa pada hakikatnya peristiwa isra yang dialami oleh Nabi Besar Muhammad saw. dari Masjidil-haram ke Masjidil-aqsha, bukan saja berhubungan dengan isyarat mengenai hijrahnya beliau saw. ke Yatsrib (Madinah), juga peristiwa ruhani tersebut mengisyaratkan kepada perkembangan agama Islam, yang sebelumnya hanya terkurung di kota Mekkah maka setelah Nabi Besar Muhammad saw. hijrah ke Madinah maka agama Islam akan tersebar menjangkau tempat-tempat yang sangat jauh, yang dilambangkan dengan sebutan Masjidil-aqsha yang artinya “mesjid yang jauh” dimana dalam peristiwa isra tersebut Nabi Besar Muhammad saw. menjadi imam shalat berjamaah di Masjidil-aqsha bersama para nabi Allah, yang mengisyaratkan bahwa akan banyak para pengikut agama-agama lain yang bergabung ke dalam Islam.

Dari kenyataan sejarah tersebut maka Madinah pun merupakan salah satu “jannah” dari sekian banyak “jannah-jannah” yang ada di dunia ini, sebab selain memberikan “perlindungan” dan “kesejahteraan” kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam, juga menjadi pusat penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah di luar jazirah Arabia, terutama setelah terjadinya peristiwa Fathah Mekkah (Penaklukkan Mekkah).

Namun perlu juga dketahui bahwa kota Madinah – yang sebelumnya bernama Yatstrib – walau pun tempat tersebut secara keseluruhan sangat berbeda dengan kota Mekkah yang kering-gersang, karena tempat tersebut lebih subur dan terdapat banyak kebun-kebun milik suku-suku Arab dan qabilah-qabilah Yahudi, tetapi tempat tersebut terkenal sebagai sarang penyakit malaria, sehingga ketika para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. hijrah ke Yatsrib banyak yang terserang penyakit malaria yang parah, tetapi setelah Nabi Besar Muhammad saw. berdoa kepada Allah Swt. agar Madinah pun diberi perlindungan dan kesejahteraan seperti halnya kota Mekkah maka berangsur-angsur keadaannya menjadi baik, dan nama Yatsrib pun diganti dengan Madinah.

Perkembangan Islam di Masa Datang

Dengan demikian jelaslah bahwa pada hakikatnya peristiwa isra yang dialami oleh Nabi Besar Muhammad saw. dari Masjidil-haram ke Masjidil-aqsha, bukan saja berhubungan dengan isyarat mengenai hijrahnya beliau saw. ke Yatsrib (Madinah), juga peristiwa ruhani tersebut mengisyaratkan kepada perkembangan agama Islam, yang sebelumnya hanya terkurung di kota Mekkah maka setelah Nabi Besar Muhammad saw. hijrah ke Madinah maka agama Islam akan tersebar menjangkau tempat-tempat yang sangat jauh, yang dilambangkan dengan sebutan Masjidil-aqsha yang artinya “mesjid yang jauh” dimana dalam peristiwa isra tersebut Nabi Besar Muhammad saw. menjadi imam shalat berjamaah di Masjidil-aqsha bersama para nabi Allah, yang mengisyaratkan bahwa akan banyak para pengikut agama-agama lain yang bergabung ke dalam Islam.

Dari kenyataan tersebut maka Madinah pun merupakan salah satu “jannah” dari sekian banyak “jannah-jannah” yang ada di dunia ini, sebab selain memberikan “perlindungan” dan “kesejahteraan” kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam, juga menjadi pusat penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah di luar jazirah Arabia.

Namun perlu juga dketahui bahwa kota Madinah – yang sebelumnya bernama Yatstrib – walau pun tempat tersebut secara keseluruhan sangat berbeda dengan kota Mekkah yang kering-gersang, karena tempat tersebut lebih subur dan terdapat banyak kebun-kebun milik suku-suku Arab dan qabilah-qabilah Yahudi, tetapi tempat tersebut terkenal sebagai sarang penyakit malaria, sehingga ketika para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. hijrah ke Yatsrib banyak yang terserang penyakit malaria yang parah, tetapi setelah Nabi Besar Muhammad saw. berdoa kepada Allah Swt. agar Madinah pun diberi perlindungan dan kesejahteraan seperti halnya kota Mekkah maka berangsur-angsur keadaannya menjadi baik, dan nama Yatsrib pun diganti dengan Madinah.

Perlu diketahui bahwa sebelum Nabi Besar Muhammad saw. hijrah ke Yatsrib, telah terlebih dulu banyak para sahabat beliau saw. yang hijrah ke Yatsrib, karena di antara penduduk Yatsrib dari suku Khazraj ada yang telah menjadi Muslim, setelah mereka bertemu dengan Nabi Besar Muhammad saw. pada waktu mereka berkunjung ke Mekkah di musim haji.

Mereka beriman kepada dakwah Nabi Besar Muhammad saw. karena mereka sebelumnya telah mendengar dari orang-orang Yahudi yang tinggal di Yatsrib mengenai kedatangan seorang nabi Allah, yang akan memimpin mereka memerangi Suku Aus dan Khazraj sebagaimana memerangi kaum ‘Ad dan Tsamud.

Keyakinan akan datangnya nabi Allah tersebut begitu melekat di penduduk Yatsrib. Hingga suatu ketika di musim haji Nabi Besar Muhammad saw. berdakwah dengan mendatangi kabilah-kabilah yang tengah melaksanakan haji di Baitullah. Beliau saw. berjumpa dengan rombongan dari Suku Khazraj dan beliau saw. menawarkan Islam kepada mereka. Orang-orang Khazraj saling berkata kepada satu sama lain: “Ketahuilah, demi Allah, ini adalah Nabi yang pernah dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepada kalian. Maka, jangan sampai mereka mendahului kalian.”

Spontan orang-orang Suku Khazraj itu menerima ajakan Nabi Besar Muhammad saw.. Mereka masuk Islam. Mereka kembali ke Yatsrib dan mengajak kaumnya masuk Islam sehingga tidak ada satu pun rumah-rumah suku Khazraj dan Aus yang penghuninya tidak membicarakan tentang Nabi Besar Muhammad saw. dan agama Islam.

Baiat Aqabah

Setahun setelah perjumpaan pertama itu, 12 orang penduduk Yatsrib yang telah beriman pergi ke Mekkah untuk melaksanakan haji dan menemui Nabi Besar Muhammad saw.. Mereka bertemu di Aqabah. Di sana mereka bai’at (bersumpah setia) kepada beliau saw. Isi baiat mereka adalah seperti baiat kaum perempuan. Isi baiat nisaa (perempuan) adalah (1) tidak mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; (2) tidak mencuri; (3) tidak akan berzina; (4) tidak akan membunuh anak-anak mereka sendiri, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka, dan tidak berdurhakai Rasulullah dalam urusan yang baik. Mereka juga shalat bersama Nabi Besar Muhammad saw.. Kemudian beliau saw. mengutus Mus’ab bin Umair untuk mewakili beliau saw. membacakan Al-Quran dan mengajarkan Islam kepada mereka di Yatsrib.

Pada musim haji berikutnya Mus’ab bin Umair membawa rombongan muslimin Yatsrib yang terdiri atas 73 pria dan 2 perempuan menuju Mekkah. Mereka membuat janji bertemu dengan Nabi Besar Muhammad saw. pada pertengahan hari tasyrik di Aqabah. Setelah lewat sepertiga malam di malam waktu yang dijanjikan, rombongan itu menjumpai beliau saw. secara diam-diam. Beliau saw. menerima mereka didampingi oleh Abbas, paman beliau. Abbas menyelidiki ketulusan orang-orang Yatsrib untuk membela Nabi Besar Muhammad saw..Setelah itu beliau saw. bersabda: “Aku membaiat kalian untuk membelaku -- jika aku datang kepada kalian --seperti kalian membela anak dan istri kalian; dan bagi kalian surga.” Setelah itu, satu per satu orang-orang Yatsrib yang hadir berdiri dan baiat kepada Nabi Besar Muhammad saw...

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar