Rabu, 19 Oktober 2011

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Mekkah (4) & Nabi Muhammad saw.


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXIII


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Mekkah (4) &

Nabi Besar Muhammad saw.

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿۱ لِاِیۡلٰفِ قُرَیۡشٍ ۙ﴿۲ اٖلٰفِہِمۡ رِحۡلَۃَ الشِّتَآءِ وَ الصَّیۡفِ ۚ﴿۳ فَلۡیَعۡبُدُوۡا رَبَّ ہٰذَا الۡبَیۡتِ ۙ﴿۴ الَّذِیۡۤ اَطۡعَمَہُمۡ مِّنۡ جُوۡعٍ ۬ۙ وَّ اٰمَنَہُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ ٪﴿۵

Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Tuhan engkau membinasakan para pemilik gajah untuk melekatkan hati orang-orang Quraisy. Untuk melekatkan kecintaan mereka pada perjalanan di musim dingin dan musim panas. (Al-Quraisy [106]:1-5).


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan firman Allah Swt. pada awal Bab ini, yakni Surah Al-Quraisy. Seperti Surah sebelumnya (Al-Fiil) Surah Al-Quraisy pun diturunkan di Mekkah pada awal tahun-tahun Nabawi. Sekalipun Surah ini mandiri dan lengkap dalam segala seginya, namun pokok pembahasannya mempunyai hubungan begitu erat dengan Surah Al-Fiil, sehingga telah dianggap keliru oleh sebagian ahli tafsir bahwa Surah ini merupakan bagian pelengkapnya.

Dalam Surah Al-Fiil suatu gambaran singkat tetapi jelas lagi kuat telah diberikan mengenai kemusnahan total tentara Abraha (yang konon datang hendak menghancurkan Ka’bah) oleh siksaan samawi dengan mengambil bentuk penyakit cacar dari jenis yang sangat berbahaya. Dalam Surah sekarang ini Allah memperingatkan kaum Quraisy, bahwa seyogyanya mereka beribadah kepada Allah – “Sang Pemilik Rumah “ – yang dengan mengkhidmati-Nya mereka dapat jaminan keamanan terhadap ketakutan dan kelaparan.

Dalam Surah yang sebelum ini disebutkan mengenai seorang musuh Ka’bah dan disebutkan mengenai hukuman Allah yang menimpa dia atas kelancangannya melancarkan serangan terhadap Ka’bah. Dalam Surah ini dikemukakan betapa Allah telah menyediakan di dalam lembah Mekkah yang kering gersang itu, segala macam makanan bagi para pemelihara Rumah itu dan telah membuat mereka aman, terpelihara dari ketakutan dan bahaya.

Iilaaf sebagai masdar dan alafa berarti: melekatkan atau membuat sesuatu melekat pada suatu benda; mencintai dan membuat seseorang mencintai seorang pribadi atau sesuatu; membekali seseorang dengan sesuatu; perjanjian atau kewajiban yang menyangkut pertanggung-jawaban untuk keselamatan; perlindungan (Lexicon Lane). Mengenai hal itu Allah Swt. berfirman:

وَ اَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿۶۴ یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ حَسۡبُکَ اللّٰہُ وَ مَنِ اتَّبَعَکَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿٪۶۵

Dan Dia telah menanamkan kecintaan di antara hati mereka, seandainya engkau (Muhammad) membelanjakan yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau sekali-kali tidak akan dapat menanamkan kecintaan di antara hati mereka, tetapi Allah telah menanamkan kecintaan di antara mereka, sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. . Hai Nabi, Allah mencukupi bagi engkau dan bagi orang-orang yang mengikuti engkau di antara orang-orang beriman. (Al-Anfaal [8]:65-65).

Kafilah Dagang Abu Thalib dan Siti Khadijjah r.a.

Salah seorang anggota kafilah dagang yang memanfaatkan jaminan keamanan dari Allah Swt. atas kota Mekkah tersebut adalah Abu Thalib, paman Nabi Besar Muhammad saw.. Bahkan menurut riwayat, semasa remaja beliau saw. pun pernah diajak oleh Abu Thalib ikut bersama rombongan kafilah dagang dari Mekkah ke wilayah Suriah (Syria), dan menurut riwayat pula di sana ada seorang pendeta Nasrani yang melihat Tanda-tanda kesucian pada diri beliau sebagai calon nabi yang dijanjikan kedatangannya.

Demikian juga ketika Siti Khadijah – yang kemudian meminang beliau saw. untuk menjadi suaminya – pernah mempercayakan rombongan kafilah dagangnya kepada beliau saw., dan menurut riwayat kafilah dagang milik Siti Khadijah tersebut memperoleh keuntungan yang besar.

Pendek kata, kota Mekkah benar-benar bagaikan “jannah” bagi para penduduknya karena kegiatan melakukan ziarah tahunan -- sebagaimana yang diserukan oleh Nabi Ibrahim a.s. -- yang dilakukan oleh suku-suku Arab dari berbagai pelosok jazirah Arabia telah membuat kota Mekkah setiap tahunnya sibuk dengan berbagai kegiatan ekonomi, sehingga doa Nabi Ibrahim a.s. benar-benar terkabul sepenuhnya, firman-Nya:

رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ ذِیۡ زَرۡعٍ عِنۡدَ بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِیُـقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ ﴿۳۸ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ تَعۡلَمُ مَا نُخۡفِیۡ وَ مَا نُعۡلِنُ ؕ وَ مَا یَخۡفٰی عَلَی اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا فِی السَّمَآءِ ﴿۳۹

”Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah Engkau yang suci. Ya Tuhan kami, supaya mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka dan supaya mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah di bumi dan tidak pula di langit, (Ibrahim [14]:38-39).

Firman-Nya lagi:

وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿۱۲۷

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), jadikanlah tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepada-nya kemudian akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:126-127).

Namun kenyataan membuktikan bahwa para penduduk Mekkah tidak mensyukuri jaminan keamanan dan kemakmuran dari Allah Swt. tersebut, hal itu terbukti dengan banyaknya patung-patung sembahan mereka di Ka’bah, yakni mereka telah mempersekutukan Allah Swt. dengan patung-patung sembahan tersebut, firman-Nya:

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿۱ لِاِیۡلٰفِ قُرَیۡشٍ ۙ﴿۲ اٖلٰفِہِمۡ رِحۡلَۃَ الشِّتَآءِ وَ الصَّیۡفِ ۚ﴿۳ فَلۡیَعۡبُدُوۡا رَبَّ ہٰذَا الۡبَیۡتِ ۙ﴿۴ الَّذِیۡۤ اَطۡعَمَہُمۡ مِّنۡ جُوۡعٍ ۬ۙ وَّ اٰمَنَہُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ ٪﴿۵

Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Tuhan engkau membinasakan para pemilik gajah untuk melekatkan hati orang-orang Quraisy. Untuk melekatkan kecintaan mereka pada perjalanan di musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan [Pemilik] Rumah ini, yang telah memberi mereka makan di waktu lapar dan telah memberi mereka keamanan di waktu ketakutan. (Al-Quraisy [106]:1-5).

Kaum Quraisy Mekkah


Kata quraisy, yang diserap dari akar-kata qarasya yang berarti: ia mengumpulkannya dari sana-sini dan melekatkan sebagian darinya kepada bagian lainnya (Aqrab). Suku Quraisy disebut demikian karena salah seorang dari moyang mereka, Qushay Ibn Kilaab bin Nadhr, telah membujuk mereka dari segala bagian negeri Arab, yang tadinya menjalani hidup mengembara, berhijrah untuk kemudian menetap di Mekkah. Dari Banu Kinanah, hanya keturunan Nadr saja menetap dan oleh sebab mereka hanya merupakan kelompok kecil, mereka disebut Quraisy, yang berarti suatu kelompok kecil yang telah dikumpulkan dari sana-sini.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab sebelumnya, oleh karena huruf lam itu partikel dan dalam bahasa Arab kalimat baru tidak pernah dimulai dengan partikel, oleh karena itu suatu kalimat atau anak kalimat atau ungkapan haruslah dianggap mahzuf (yakni, harus ada, tetapi tidak disebutkan atau dinyatakan) sebelum ayat ini. Kalimat mahzuf itu kira-kira begini bunyinya: “Hai Muhammad, herankah engkau atas karunia Allah terhadap kaum Quraisy, karena Dia telah menimbulkan di dalam hati mereka kesukaan mengembara di musim dingin maupun di musim panas?”

Karunia Allah itu terwujud dalam kenyataan bahwa dengan membawa kafilah-kafilah niaga itu, mereka berangsur-angsur memperoleh semacam wibawa dan menambah kesejahteraan kota mereka, dan juga menjadi kenal akan adanya nubuatan-nubuatan mengenai kemunculan seorang nabi agung di tanah Arab, sebagai akibat dari hubungan mereka dengan orang-orang Yahudi asal Yaman dan orang-orang Nasrani asal Siria, yang mengetahui nubuatan-nubuatan itu (QS.2:147).

Kaum Quraisy itu begitu terikat kepada tanah mereka (Mekkah) dan mempunyai kecintaan mendalam kepada Ka’bah sehingga lebih suka mati kelaparan daripada meninggalkannya, sekalipun hanya untuk sementara waktu. Adalah berkat anjuran Hasyim, nenek moyang Nabi Besar Muhammad saw., makanya mereka menyambut baik ajakan itu. Dengan demikian, hal itu merupakan karunia besar sekali bagi mereka, bahwa perjalanan-perjalanan ke tempat-tempat itu selain faedah-faedah yang diraih dari perjalanan-perjalanan mereka, tengah dipersiapkan agar mereka dapat menerima Nabi Besar Muhammad saw., yang kedatangannya diharapkan akan segera terjadi.

Ada penjelasan lain mengenai ayat ini, barangkali lebih cocok dalam hubungan ini yang kira-kira sebagai berikut: “Hai Muhammad, Tuhan engkau telah membinasakan para pemilik gajah supaya hati orang-orang Quraisy melekat pada kegemaran mereka, berkelana bebas bagi mereka.” Penjelasan ini sangat dapat diterima oleh akal, sebab seandainya Abraha tidak dibinasakan niscaya orang-orang Quraisy tidak akan suka bepergian ke tempat-tempat itu, dan perjalanan-perjalanan niaga mereka pun tidak akan aman.

Jadi, kebinasaan Abraha selain membuka jalan untuk perjalanan-perjalanan niaga bagi kaum Quraisy, juga Ka’bah nampak lebih suci dan lebih keramat lagi dalam pandangan orang-orang Arab, tempat yang bagi mereka sebelumnya pun telah merupakan tempat ziarah. Ziarah itu pada gilirannya menambah dorongan kepada peningkatan perdagangan kaum Quraisy. Ayat 2 dapat pula berarti, “Tuhan engkau menghancurkan para pemilik gajah sebagai tindak pemeliharaan bagi kaum Quraisy.”


Pengabulan Doa Nabi Ibrahim a.s.


Orang-orang Quraisy dianugerahi jaminan keamanan dan keselamatan serta kebebasan dari ketakutan, sedang keadaan sekitar mereka seluruhnya dicekam oleb rasa ketakutan dan ketidak-amanan. Di samping itu, sepanjang tahun mereka mempunyai persediaan segala macam buah-buahan dan makanan. Kesemuanya itu bukan hanya secara kebetulan belaka.

Hal demikian itu sesuai dengan rencana Ilahi dan memenuhi nubuatan yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim a.s. 2.500 tahun yang telah silam, firman-Nya:

رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ ذِیۡ زَرۡعٍ عِنۡدَ بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِیُـقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ ﴿۳۸ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ تَعۡلَمُ مَا نُخۡفِیۡ وَ مَا نُعۡلِنُ ؕ وَ مَا یَخۡفٰی عَلَی اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا فِی السَّمَآءِ ﴿۳۹

”Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah Engkau yang suci. Ya Tuhan kami, supaya mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan supaya mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah sesuatu pun di bumi dan tidak pula di langit, (Ibrahim [14]:38-39).

Firman-Nya lagi:

وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿۱۲۷

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), jadikanlah tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepada-nya kemudian akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:126-127).

Dalam doanya Nabi Ibrahim a.s. meminta kepada Allah Swt. agar memberikan rezeki berupa buah-buahan hanya kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, tetapi Allah Swt. menjawab bahwa orang-orang kafir pun akan ikut pula menikmati rezeki yang bersifat duniawi tersebut, tetapi jika mereka terus menerus tidak bersyukur Allah Swt. akan memaksa mereka untuk masuk ke dalam azab Api.

Ayat 5 Surah Al-Quraisy memberikan pengertian kepada kaum Quraisy akan kesalahan sikap ketidak-bersyukuran mereka, dengan memberitahukan, bahwa mereka telah memilih penyembahan kepada tuhan-tuhan terbuat dari kayu dan batu, daripada menyembah kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, Yang telah menganugerahkan kepada mereka karunia-karunia besar dan jaminan keamanan, keselamatan dan ketakutan dan kelaparan.

Puncak ketidak bersyukuran mereka terjadi ketika mereka menolak pengabulan doa utama Nabi Ibrahim a.s. mengenai kelahiran Nabi Besar Muhammad saw. (QS.2:130), dan ketika Rasul Allah yang bergelar Khaataman-Nabiyyiiin (QS.33:41) tersebut dibangkitkan di kalangan mereka di kota Mekkah, mereka bukan menyambutnya dengan penuh suka cita melainkan mendustakannya serta menimpakan berbagai perbuatan zalim yang luar biasa terhadap beliau saw. dan para pengikutnya yang setia, firman-Nya:

رَبَّنَا وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ ۪ وَ اَرِنَا مَنَاسِکَنَا وَ تُبۡ عَلَیۡنَا ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ ﴿۱۲۹ رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۱۳۰﴾٪

“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada Engkau, dan juga dari antara keturunan kami jadikanlah satu umat yang berserah diri kepada Engkau, perlihatkanlah kepada kami cara-cara ibadah kami dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, bangkitkanlah seorang rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang mengajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:129-130).

Pendek kata, kota Mekkah benar-benar merupakan “jannah” yang paling menakjubkan, karena sekali pun tidak memiliki sumber daya alam (SDA) secara nyata yang dapat menunjang keberlangsungan hidup di dalamnya, namun Allah Swt. telah membuat Mekkah – yang di dalamnya terdapat Ka’bah (Baitullah) yang didirikan oleh Nabi Adam a.s. – benar-benar merupakan “jannah” yang sangat menakjubkan. Dan akibat ketidak-bersyukuran mereka terhadap nikmat-nikmat Allah Swt. berupa kemusyrikan dan mendustakan serta menentang Nabi Besar Muhammad saw. maka Allah Swt. telah menimpakan penderitaan kelaparan selama 7 tahun kepada mereka, firman-Nya:

اَوَ لَمۡ یَرَوۡا اَنَّا جَعَلۡنَا حَرَمًا اٰمِنًا وَّ یُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنۡ حَوۡلِہِمۡ ؕ اَفَبِالۡبَاطِلِ یُؤۡمِنُوۡنَ وَ بِنِعۡمَۃِ اللّٰہِ یَکۡفُرُوۡنَ ﴿۶۹

Apakah mereka tidak melihat bahwa Kami telah menjadikan tanah suci Mekkah aman, dan [di luar Mekkah] manusia direnggut dari sekelilingnya, maka apakah mereka akan beriman kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? (Al-Ankabuut [29]:69).

Firman-Nya lagi:

وَ ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا قَرۡیَۃً کَانَتۡ اٰمِنَۃً مُّطۡمَئِنَّۃً یَّاۡتِیۡہَا رِزۡقُہَا رَغَدًا مِّنۡ کُلِّ مَکَانٍ فَکَفَرَتۡ بِاَنۡعُمِ اللّٰہِ فَاَذَاقَہَا اللّٰہُ لِبَاسَ الۡجُوۡعِ وَ الۡخَوۡفِ بِمَا کَانُوۡا یَصۡنَعُوۡنَ ﴿۱۱۲ وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡہُمۡ فَکَذَّبُوۡہُ فَاَخَذَہُمُ الۡعَذَابُ وَ ہُمۡ ظٰلِمُوۡنَ ﴿۱۱۳

Dan Allah mengemukakan perumpamaan sebuah kota yang aman dan sejahtera, rezekinya datang kepadanya berlimpah-limpah dari setiap tempat, tetapi [penduduknya] tidak bersyukur atas nikmat Allah, maka Allah merasakan kepadanya pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang senantiasa mereka kerjakan. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang Rasul dari antara mereka, tetapi mereka mendustakannya maka azab telah menyergap mereka ketika sedang berbuat zalim. (Al-Nahl [16]:113-114).

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

1 komentar: