Minggu, 30 Oktober 2011

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Madinah (3) & Kemenangan yang Terlepas Dalam Perang Uhud


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXIV


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Madinah (3) &

Kemenangan yang Terlepas Dalam Perang Uhud

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


اِنَّ الَّذِیۡنَ تَوَلَّوۡا مِنۡکُمۡ یَوۡمَ الۡتَقَی الۡجَمۡعٰنِ ۙ اِنَّمَا اسۡتَزَلَّہُمُ الشَّیۡطٰنُ بِبَعۡضِ مَا کَسَبُوۡا ۚ وَ لَقَدۡ عَفَا اللّٰہُ عَنۡہُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ غَفُوۡرٌ حَلِیۡمٌ ﴿۱۵۵﴾٪

Sesungguhnya orang-orang di antara kamu yang berpaling pada hari ketika dua pasukan bertemu, sesungguhnya syaitanlah yang menggelincirkan mereka dikarenakan sebagian perbuatan mereka. Dan sungguh Allah benar-benar telah me-maafkan mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun. (Aali ‘Imran [3]:145).

Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa berkenaan dengan hijrahnya Nabi Besar Muhammad saw. dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah), bukan saja terjadi “duel makar” antara orang-orang kafir Quraisy Mekkah dengan Allah Swt. tetapi juga dalam perang Badar pun terjadi “duel strategi perang”, dan pasti yang menang dalam “duel-duel” seperti itu adalah Allah Swt., misalnya para pemimpin kafir Quraisy merancang makar buruk yang apabila salah satu rencana mereka berhasil maka hal tersebut dapat membuat citra buruk Nabi Besar Muhammad saw. dalam pandangan masyarakat Arabia, firman-Nya:

وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿۳۰

Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar buruk terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar tandingan, dan Allah sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfaal [8]:31).

Namun Allah Swt. menyatakan bahwa kegagalan makar buruk mereka itu karena Allah Swt. Sendiri yang “telah memperjalankan Nabi Besar Muhammad saw. pada malam itu” dari Mekkah ke “Masjidil Aqsha, yakni ke Yatsrib (Madinah), firman-Nya:

سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿۲

Maha Suci Dia Yang memperjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang sekelilingnya telah Kami berkati, supaya Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari Tanda-tanda Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (Bani Israil [17]:2).

Demikian pula dalam perang Badar, panglima perang pasukan kaum kafir Quraisy telah mengatur strategi perang dengan cara menyembunyikan sepertiga jumlah pasukannya di balik bukit dengan tujuan agar pasukan Muslim yang sedikit jumlahnya tidak melarikan diri karena melihat jumlah musuhnya 3 kali lipat. Tetapi yang terhadi justru sebaliknya, sebab hal itu telah menambah semangat tempur pasukan Muslim, sehingga pasukan kafir Quraisy yang jumlahnya 3 kali lipat pasukan Muslim bukan saja telah dikalahkan secara telak oleh pasukan Muslim yang sedikit dan lemah persenjataannya, bahkan mereka pun telah kehilangan 8 pemimpin besarnya, termasuk Abu Jahal, firman-Nya:

وَ اعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا غَنِمۡتُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ فَاَنَّ لِلّٰہِ خُمُسَہٗ وَ لِلرَّسُوۡلِ وَ لِذِی الۡقُرۡبٰی وَ الۡیَتٰمٰی وَ الۡمَسٰکِیۡنِ وَ ابۡنِ السَّبِیۡلِ ۙ اِنۡ کُنۡتُمۡ اٰمَنۡتُمۡ بِاللّٰہِ وَ مَاۤ اَنۡزَلۡنَا عَلٰی عَبۡدِنَا یَوۡمَ الۡفُرۡقَانِ یَوۡمَ الۡتَقَی الۡجَمۡعٰنِ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿۴۲ اِذۡ اَنۡتُمۡ بِالۡعُدۡوَۃِ الدُّنۡیَا وَ ہُمۡ بِالۡعُدۡوَۃِ الۡقُصۡوٰی وَ الرَّکۡبُ اَسۡفَلَ مِنۡکُمۡ ؕ وَ لَوۡ تَوَاعَدۡتُّمۡ لَاخۡتَلَفۡتُمۡ فِی الۡمِیۡعٰدِ ۙ وَ لٰکِنۡ لِّیَقۡضِیَ اللّٰہُ اَمۡرًا کَانَ مَفۡعُوۡلًا ۬ۙ لِّیَہۡلِکَ مَنۡ ہَلَکَ عَنۡۢ بَیِّنَۃٍ وَّ یَحۡیٰی مَنۡ حَیَّ عَنۡۢ بَیِّنَۃٍ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ لَسَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿ۙ۴۳ اِذۡ یُرِیۡکَہُمُ اللّٰہُ فِیۡ مَنَامِکَ قَلِیۡلًا ؕ وَ لَوۡ اَرٰىکَہُمۡ کَثِیۡرًا لَّفَشِلۡتُمۡ وَ لَتَنَازَعۡتُمۡ فِی الۡاَمۡرِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ سَلَّمَ ؕ اِنَّہٗ عَلِیۡمٌۢ بِذَاتِ الصُّدُوۡرِ ﴿۴۴ وَ اِذۡ یُرِیۡکُمُوۡہُمۡ اِذِ الۡتَقَیۡتُمۡ فِیۡۤ اَعۡیُنِکُمۡ قَلِیۡلًا وَّ یُقَلِّلُکُمۡ فِیۡۤ اَعۡیُنِہِمۡ لِیَقۡضِیَ اللّٰہُ اَمۡرًا کَانَ مَفۡعُوۡلًا ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ ﴿٪۴۵

Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya apa yang kamu peroleh sebagai ganimah yakni rampasan perang maka sesungguhnya seperlimanya bagi Allah, Rasul-Nya, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan musafir, jika memang kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami pada Hari Pembeda yaitu hari ketika dua pasukan bertemu dan Allah berkuasa atas segala sesuatu. Ketika kamu berada di tepi lembah yang dekat dan mereka di tepi yang jauh, sedang kafilah itu berada di tempat yang lebih rendah dari kamu. Dan seandainya kamu melakukan kesepakatan di antaramu niscaya kamu akan berselisih mengenai penetapan waktu perang. Tetapi Allah melaksanakan apa yang telah diputuskan-Nya, supaya binasa orang yang telah binasa dengan keterangan yang jelas, dan supaya hidup orang yang telah hidup dengan keterangan yang jelas, dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ketika Allah memperlihatkan kepada engkau dalam mimpi engkau bahwa mereka itu sedikit, dan seandainya Dia memperlihatkan kepada engkau mereka itu banyak, niscaya kamu akan gentar dan akan berselisih dalam urusan itu, akan tetapi Allah telah menyelamatkanmu. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui isi hati. Dan ingatlah ketika Dia menampakkan kepada kamu mereka itu sedikit dalam penglihatan kamu di waktu kamu berperang, dan Dia membuat kamu nampak sedikit dalam penglihatan mereka, supaya Allah melaksanakan urusan yang telah diputuskan, dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. (Al-Taubah [9]:42-45).

Perang Uhud

Perang berikutnya yang harus dihadapi umat Islam adalah perang Uhud dimana guna membalas kekalahan yang sangat memalukan dalam perang Badar maka para pemimpin kafir Quraisy telah mengerahkan sebanyak 3000 orang pasukan tempur, dan rencana mereka itu baru dapat dilaksanakan 2 tahun kemudian setelah perang Badar, walaupun ancaman yang mereka lancarkan adalah bahwa setahun setelah perang Badar mereka akan membalas kekalahannya, namun karena mereka mengalami gagal panen maka mereka tidak dapat melaksanakan ancamannya tersebut. Mengisyaratkan kepada perang Uhud itulah firman-Nya berikut ini:

اِذۡ ہَمَّتۡ طَّآئِفَتٰنِ مِنۡکُمۡ اَنۡ تَفۡشَلَا ۙ وَ اللّٰہُ وَلِیُّہُمَا ؕ وَ عَلَی اللّٰہِ فَلۡیَتَوَکَّلِ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ ﴿۱۲۳ وَ لَقَدۡ نَصَرَکُمُ اللّٰہُ بِبَدۡرٍ وَّ اَنۡتُمۡ اَذِلَّۃٌ ۚ فَاتَّقُوا اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ تَشۡکُرُوۡنَ ﴿۱۲۴ اِذۡ تَقُوۡلُ لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَلَنۡ یَّکۡفِیَکُمۡ اَنۡ یُّمِدَّکُمۡ رَبُّکُمۡ بِثَلٰثَۃِ اٰلٰفٍ مِّنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ مُنۡزَلِیۡنَ ﴿۱۲۵﴾ؕ بَلٰۤی ۙ اِنۡ تَصۡبِرُوۡا وَ تَتَّقُوۡا وَ یَاۡتُوۡکُمۡ مِّنۡ فَوۡرِہِمۡ ہٰذَا یُمۡدِدۡکُمۡ رَبُّکُمۡ بِخَمۡسَۃِ اٰلٰفٍ مِّنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ مُسَوِّمِیۡنَ ﴿۱۲۶ وَ مَا جَعَلَہُ اللّٰہُ اِلَّا بُشۡرٰی لَکُمۡ وَ لِتَطۡمَئِنَّ قُلُوۡبُکُمۡ بِہٖ ؕ وَ مَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَکِیۡمِ ﴿۱۲۷﴾ۙ لِیَقۡطَعَ طَرَفًا مِّنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡ یَکۡبِتَہُمۡ فَیَنۡقَلِبُوۡا خَآئِبِیۡنَ ﴿۱۲۸

Ketika dua golongan dari antara kamu sangat menginginkan untuk kembali ke Madinah karena takut, padahal Allah Pelindung kedua mereka itu, dan hanya kepada Allah-lah orang-orang beriman bertawakal. Dan sungguh Allah benar-benar telah menolong kamu dengan perang Badar, padahal ketika itu keadaan kamu sangat lemah maka bertakwalah kepada Allah supaya kamu bersyukur kepada-Nya. Yaitu ketika engkau berkata kepada orang-orang beriman: ”Apakah benar-benar tidak mencukupi bagi kamu bahwa Tuhan-mu membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan beriringan dari langit?” Ya, mengapa tidak! Jika kamu bersabar dan bertakwa, dan [jika] mereka seketika itu juga menyerang kamu, niscaya Tuhan-mu akan membantumu dengan lima ribu malaikat yang menggempur dengan dahsyat. Tetapi Allah sekali-kali tidak menjadikan yang demikian itu melainkan hanya sebagai kabar gembira bagi kamu, supaya karenanya hatimu menjadi tenteram, dan tidak ada pertolongan kecuali dari Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Yang demikian itu supaya Dia memotong sebagian dari orang-orang kafir atau Dia menghinakan mereka supaya mereka kembali dengan membawa kegagalan. (Aali ‘Imran [3]:123-128).

Dua golongan itu, yakni suku Banu Salmah dan Banu Haritsah, masing-masing berinduk kepada kaum Khazraj dan Aus (Bukhari, Kitab al-Maghazi). Ayat ini menyatakan tidak benar mereka itu menampakkan sifat pengecut, melainkan setelah mereka melihat bahwa, dengan pengkhianatan 300 pengikut ‘Abdullah bin Ubayy, pemimpin orang-orang munafik Madinah, lasykar Muslim yang kecil jumlahnya itu telah menjadi sangat berkurang lagi; mereka hanya hampir-hampir akan meninggalkan lasykar Islam, tetapi pada kenyataannya mereka tidak berbuat demikian.

Badar adalah nama tempat yang terletak pada jalan antara Mekkah dan Medinah. Nama itu dipakai sesuai dengan nama mata air yang dimiliki seorang yang bernama Badar. Perang Badar yang dimaksud di sini terjadi di dekat tempat itu.

Bukan seperti yang disalah-pahami kata-kata ini tidak mengisyaratkan kepada Perang Badar sebagaimana secara sambil lalu telah disebut dalam ayat yang terdahulu untuk memberikan gambaran mengenai cara bagaimana Allah Swt. menolong orang-orang Muslim yang teguh dan tangguh itu dalam keadaan bahaya.

Jumlah malaikat yang dikirimkan pada perang Badar menurut ayat QS.8:10 adalah 1000 -- bukan 3000 -- sama dengan jumlah musuh pada saat itu yakni 1000 orang. Pada Perang Uhud jumlah musuh 3000, maka kaum Muslimin dijanjikan pula bantuan 3000 malaikat. Sempurnanya janji ini disebut dalam ayat QS.3:153.

Kemenangan yang Terlepas

Kata balaa menyatakan perhubungan antara ayat-ayat itu dan memberi jawaban terhadap pertanyaan pada ayat QS.3:125, yaitu: “Tidakkah akan memadai bagimu? Dengan demikian artinya adalah: Ya, memang akan memadai bagi kami, dan demikian pula akan memadai 5000 pasukan malaikat jika musuh akan kembali menyerang pada saat itu pula.”

Kata-kata itu mengandung arti bahwa jika orang-orang kafir kembali menyerang dengan tiba-tiba tanpa memberi waktu sedikit pun kaum Muslimin untuk menghimpun kekuatan kembali -- setelah mengalami serangan balik pasukan musuh yang menyebabkan pasukan Muslim menjadi kacau-balau serta banyak yang mati syahid, bahkan Nabi Besar Muhammad saw. pun mengalami luka pada wajahnya -- maka Allah Swt. akan membantu mereka dengan 5000 malaikat. Perbedaan jumlah malaikat dalam ayat yang sebelumnya — bilangan yang disebut 3000 — disebabkan oleh keadaan kaum Muslimin yang kemudian telah menjadi sangat lemah. Pada saat itu mereka kehabisan tenaga dan menderita pukulan hebat dan oleh karena itu memerlukan pertolongan yang lebih besar.

Sesudah berangkat agak jauh menuju arah ke Mekkah, kaum Quraisy memutuskan untuk kembali dan menyerang lagi kaum Muslimin. Ketika Nabi Besar Muhammad saw. mengetahui hal itu keesokan harinya sesudah pertempuran, beliau saw. segera memerintahkan berangkat dan mengatakan bahwa yang boleh ikut serta dengan beliau saw. hanyalah para pengikut beliau saw. yang telah ikut serta dalam Perang Uhud. Kaum Muslimin maju sejauh Hamra al-Asad, satu tempat kira-kira 8 mil dari Medinah.

Ketika Nabi Besar Muhammad saw. mengetahui bahwa kaum Mekkah sedang mempertimbangkan akan segera menyerang kembali Medinah, beliau bergerak untuk menghadang mereka, sehingga kaum Mekkah melarikan diri dengan kehinaan. Kaum Mekkah begitu kecut hati oleh kemunculan Nabi Besar Muhammad saw. dan para pengikut beliau secara berani dan tak terduga itu, sehingga mereka mengambil keputusan untuk cepat-cepat mengundurkan diri ke Mekkah.

Hal itu disebabkan rasa takut yang telah ditimbulkan para malaikat dalam hati mereka. Jika tidak demikian, tidak ada alasan bagi mereka untuk melarikan diri dari hadapan kaum Muslim yang telah ditimpa kerugian begitu besar oleh mereka hanya sehari sebelumnya dan selain sangat berkurangnya dalam jumlah, juga sangat letih dan menderita cedera berat, akibat pertempuran pada hari sebelumnya di Uhud.

Musawwimin diserap dari sawwama. Orang mengatakan sawwama ‘alaihim artinya: ia dengan tiba-tiba dan dengan dahsyat menggempur mereka dan menimbulkan kerugian besar di tengah-tengah mereka (Aqrab). Para malaikat membantu kaum Muslimin, yakni di satu pihak dengan meneguhkan hati mereka, dan di pihak lain dengan meresapi hati musuh-musuh dengan rasa gentar dan takut. Jika Allah Swt. menghendaki, seorang malaikat pun cukup untuk menolong kaum Muslimin pada Perang Uhud, tetapi Allah Swt. menjanjikan akan mengirimkan sebanyak 5.000 malaikat. Hal itu merupakan isyarat tersembunyi bahwa sejumlah besar kekuatan-alam bekerja menolong mereka. Baik dicatat sambil lalu, bahwa beberapa orang beriman dan begitu pula beberapa orang kafir, menurut riwayat, sungguh-sungguh telah melihat para malaikat dalam Perang Badar (Tafsir Ibnu Jarir, IV, 47). Lihat pula ayat QS.8:10.

Akibat Melanggar Perintah

Berikut adalah firman Allah Swt. lainnya berkenaan dengan penderitaan berat yang dialami pasukan Muslim dalam perang Uhud setelah keunggulan sementara yang hampir mereka raih, akibat menyalahi perintah Nabi Besar Muhammad saw.:

وَ لَقَدۡ صَدَقَکُمُ اللّٰہُ وَعۡدَہٗۤ اِذۡ تَحُسُّوۡنَہُمۡ بِاِذۡنِہٖ ۚ حَتّٰۤی اِذَا فَشِلۡتُمۡ وَ تَنَازَعۡتُمۡ فِی الۡاَمۡرِ وَ عَصَیۡتُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ مَاۤ اَرٰىکُمۡ مَّا تُحِبُّوۡنَ ؕ مِنۡکُمۡ مَّنۡ یُّرِیۡدُ الدُّنۡیَا وَ مِنۡکُمۡ مَّنۡ یُّرِیۡدُ الۡاٰخِرَۃَ ۚ ثُمَّ صَرَفَکُمۡ عَنۡہُمۡ لِیَبۡتَلِیَکُمۡ ۚ وَ لَقَدۡ عَفَا عَنۡکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ ذُوۡ فَضۡلٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿۱۵۳ اِذۡ تُصۡعِدُوۡنَ وَ لَا تَلۡوٗنَ عَلٰۤی اَحَدٍ وَّ الرَّسُوۡلُ یَدۡعُوۡکُمۡ فِیۡۤ اُخۡرٰىکُمۡ فَاَثَابَکُمۡ غَمًّۢا بِغَمٍّ لِّکَیۡلَا تَحۡزَنُوۡا عَلٰی مَا فَاتَکُمۡ وَ لَا مَاۤ اَصَابَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ خَبِیۡرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿۱۵۴

Dan sungguh Allah benar-benar telah memenuhi janji-Nya kepadamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya hingga apabila kamu telah menampakkan kelemahan dan bertengkar mengenai perintah Rasul itu, dan kamu durhaka sesudah Dia memperlihatkan kepada kamu apa yang kamu sukai yakni harta rampasan perang. Di antara kamu ada yang menginginkan dunia dan di antara kamu ada pula yang menginginkan akhirat, kemudian Dia memalingkan kamu dari memperhatikan mereka supaya Dia menguji kamu, dan sungguh Dia benar-benar telah memaafkanmu, dan Allah memiliki karunia besar atas orang-orang yang beriman. Yaitu ketika kamu melarikan diri dan kamu tidak menoleh ke belakang kepada seorang jua pun padahal Rasul yang berada di antara ka-wan-kawanmu yang lain memanggilmu dari bagian belakang kamu, lalu Dia mengganjar kamu dengan kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan berdukacita mengenai apa yakni kemenangan yang telah luput darimu dan jangan pula bersedih mengenai apa yang telah menimpamu, dan Allah Maha Mengetahui mengenai apa yang kamu kerjakan. (Aali ‘Imran [3]:153-154)

Janji tersebut mengisyaratkan kepada janji umum mengenai kemenangan dan kebahagiaan yang berulang-ulang diberikan kepada kaum Muslimin, terutama dalam ayat-ayat QS.3:124-126.

Ayat 153 ini menunjuk kepada sekelompok pemanah yang ditempatkan di garis belakang pasukan Muslim di Uhud, dan memaparkan bahwa mereka tidak dapat menahan godaan hati untuk ikut-serta dalam berkecamuknya pertempuran yang sungguh-sungguh supaya memperoleh bagian rampasan perang, kegagalan mereka dalam menguasai nafsu itu, merupakan satu perbuatan pengecut di pihak mereka. Memang sesungguhnya, hatilah yang merupakan tempat bersemayam sifat keberanian dan keperwiraan yang sebenarnya.

Kata perintah dapat mengacu kepada perintah Nabi Besar Muhammad saw. yang diberikan kepada regu pemanah di bukit itu untuk tidak meninggalkan pos mereka tanpa izin beliau saw. atau kepada maksud dan arti yang dikandung oleh perintah itu, yakni Nabi Besar Muhammad saw. benar-benar telah bermaksud mengatakan kepada mereka supaya tetap tinggal di tempat itu, sekalipun kemenangan telah tercapai. Sebagian mengatakan bahwa beliau betul-betul bermaksud demikian dan sebagian lagi berpendapat tidak.

Kesedihan atas Kesedihan

Orang-orang Islam yang ditempatkan pada bukit itu tidak menghiraukan pemimpin mereka, ‘Abdullah bin Jubair, yang -- sesuai dengan perintah Nabi Besar Muhammad saw. -- berseru kepada mereka supaya tidak meninggalkan pos mereka sekalipun kemenangan telah nampak. Tetapi mereka tidak dapat menguasai diri, sehingga akibatnya perbuatan mereka itu telah menyebabkan penderitaan besar menimpa kaum Muslimin.

Kata-kata “di antara ada yang menghendaki dunia mengisyaratkan kepada pemanah-pemanah yang telah meninggalkan pos mereka. Anak kalimat dalam bahasa Arab ini dapat pula berarti, beberapa anggota regu menginginkan dunia, yaitu ingin ikut-serta dalam pertempuran dan mengumpulkan rampasan perang, sedang yang lain (‘Abdullah bin Jubair dan anak buahnya yang tidak meninggalkan pos mereka) menghendaki akhirat, yakni mereka ingat akan akibat pelanggaran terhadap perintah Nabi Besar Muhammad saw.. Sebagian berpandangan picik, sedangkan sebagian lagi berpandangan jauh.

Kata-kata “ketika kamu melarikan diri dan tidak menoleh ke belakang...” menunjuk kepada peristiwa yang terjadi dalam perang Uhud ketika kaum Muslimin diserang dari belakang dan dari depan, sehingga barisan mereka menjadi berantakan, dan dalam kekalutan itu banyak dari antara mereka melarikan diri ke berbagai jurusan.

Mula-mula, ketika mereka mendengar bahwa musuh datang dari belakang, mereka balik kembali untuk menyerang musuh tetapi ketika itu kebetulan satu pasukan Muslim yang besar datang dari arah itu juga. Dalam keadaan kacau-balau tersebut orang-orang Muslim itu sendiri disangka musuh oleh kawan lalu diserang. Begitu besar kekacauan dan kekalutan itu sehingga bahkan suara Nabi Besar Muhammad saw. pun tidak terhiraukan.

Kalimat “Dia mengganjar kamu dengan kesedihan di atas kesedihan“. Nabi Besar Muhammad saw. telah menempatkan satu regu pemanah di atas bukit. Mereka meninggalkan pos mereka sebelum waktunya karena menyangka bahwa kemenangan telah tercapai. Akibatnya, kemenangan yang hampir diraih kaum Muslimin itu berubah menjadi kekalahan. Hal ini tentu saja menimbulkan kesedihan pada mereka. Itulah kesedihan pertama. Kesedihan kedua, atau berikutnya, adalah yang dirasakan mereka ketika mendengar kabar angin bahwa Nabi Besar Muhammad saw. telah wafat.

Allah Swt. telah mengatur demikian, yakni kesedihan karena laporan palsu tentang wafat Nabi Besar Muhammad saw. datang kemudian sesudah kesedihan oleh kekalahan yang telah diderita kaum Muslimin, agar kesedihan yang kedua menghilangkan pengaruh kesedihan pertama, karena melihat beliau saw. ada dalam keadaan selamat. Kata-kata ghamman bi ghammin juga berarti “kesedihan di atas kesedihan.

Kata-kata “apa yang telah luput dari kamu” berarti kemenangan yang hampir ada dalam genggaman kaum Muslimin, sedangkan “apa yang telah menimpamu” berarti kemalangan yang diderita mereka dan kerugian orang-orang Muslim yang syahiid dalam perang Uhud.

Kantuk Sebagai Tanda Ketentraman Hati

Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kantuk yang menyelimuti orang-orang beriman di Uhud sepeninggal pasukan kaum kafir Quraisy yang diliputi kegembiraan karena menganggap telah dapat membalas kekalahan mereka di perang Badar:

ثُمَّ اَنۡزَلَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ الۡغَمِّ اَمَنَۃً نُّعَاسًا یَّغۡشٰی طَآئِفَۃً مِّنۡکُمۡ ۙ وَ طَآئِفَۃٌ قَدۡ اَہَمَّتۡہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ یَظُنُّوۡنَ بِاللّٰہِ غَیۡرَ الۡحَقِّ ظَنَّ الۡجَاہِلِیَّۃِ ؕ یَقُوۡلُوۡنَ ہَلۡ لَّنَا مِنَ الۡاَمۡرِ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ قُلۡ اِنَّ الۡاَمۡرَ کُلَّہٗ لِلّٰہِ ؕ یُخۡفُوۡنَ فِیۡۤ اَنۡفُسِہِمۡ مَّا لَا یُبۡدُوۡنَ لَکَ ؕ یَقُوۡلُوۡنَ لَوۡ کَانَ لَنَا مِنَ الۡاَمۡرِ شَیۡءٌ مَّا قُتِلۡنَا ہٰہُنَا ؕ قُلۡ لَّوۡ کُنۡتُمۡ فِیۡ بُیُوۡتِکُمۡ لَبَرَزَ الَّذِیۡنَ کُتِبَ عَلَیۡہِمُ الۡقَتۡلُ اِلٰی مَضَاجِعِہِمۡ ۚ وَ لِیَبۡتَلِیَ اللّٰہُ مَا فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ وَ لِیُمَحِّصَ مَا فِیۡ قُلُوۡبِکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ عَلِیۡمٌۢ بِذَاتِ الصُّدُوۡرِ ﴿۱۴۴

Kemudian Dia menurunkan rasa aman kepada kamu, setelah kesedihan itu, yakni suatu kantuk yang meliputi segolongan di antaramu, sedangkan segolongan lagi di Madinah mencemaskan diri mereka sendiri. Mereka menyangka yang tidak benar mengenai Allah, suatu sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Adakah bagi kami sesuatu bagian kekuasaan dalam urusan itu?” Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya milik Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka nyatakan kepada engkau. Mereka berkata: ”Seandainya kami memiliki sesuatu bagian kekuasaan dalam urusan itu, niscaya rekan-rekan kami tidak terbunuh di sini.” Katakanlah: “Seandainya pun kamu tetap tinggal di rumah-rumah-mu, niscaya orang-orang yang kepada mereka telah ditetapkan kewajiban berperang, mereka itu akan keluar juga ke tempat-tempat kematian-nya,” supaya Allah melaksanakan keputusan-Nya, dan supaya Allah menguji apa-apa yang ada di dalam dadamu dan juga supaya Dia membersihkan apa-apa yang ada di dalam ha-timu, dan Allah Maha Mengetahui apa pun yang ada di dalam dada. (Aali ‘Imran [3]:144).

Yang dimaksud dalam ayat ini pun adalah Perang Uhud. Abu Thalhah r.a. berkata: “Saya mengangkat kepala pada hari Uhud, dan perlahan-lahan menengok ke sekitar, dan pada hari itu saya lihat tiada seorang pun di antara kami yang kepalanya tidak menunduk karena kantuk” (Tafsir Ibnu Katsir, II.303). Karena tidur atau kantuk adalah sebuah ciri rasa aman dan tenteram dalam hati, Al-Quran menyebut peristiwa itu sebagai rahmat Ilahi. Peristiwa itu terjadi ketika galau pertempuran benar-benar telah selesai dan orang-orang Muslim kembali ke bukit yang dekat.

Yang diisyaratkan kalimat “sedangkan segolongan lagi di Madinah mencemaskan diri mereka sendiri adalah orang-orang munafik yang telah meninggalkan diri di garis belakang di Medinah. Mereka lebih mementingkan keamanan mereka sendiri daripada kehormatan Islam dan keselamatan Nabi Besar Muhammad saw. serta kaum Muslimin.

Kata-kata: niscaya kami tidak akan terbunuh di sini, yang datang beberapa baris kemudian, berarti: “Bila kami mempunyai hak suara dalam memutus perkara, dan bila saran kami telah diterima maka kami, yakni saudara-saudara kami, tidak akan mati terbunuh dalam pertempuran.” Kalimat itu merupakan sindiran bahwa kaum Muslimin sudah berbuat tolol dengan bertolak ke medan perang melawan musuh yang jauh lebih kuat, sedang mereka (kaum munafik) telah berbuat bijak menahan diri dari ikut berangkat bersama mereka. Menurut gaya bahasa Al-Quran, bunuh diri sendiri kadang-kadang berarti membunuh saudara-saudara atau sahabat-sahabatnya (QS.2:55, 86).

Kata “tempat-tempat kematian” telah dipakai di sini menunjuk kepada sifat hina lagi pengecut kaum munafik di satu pihak dan kepada kesetiaan dan ketabahan orang-orang beriman di pihak lain. Kata itu mengingatkan orang-orang munafik bahwa sementara mereka melarikan diri dan pulang ke Medinah dengan berpikir bahwa perang dalam keadaan demikian berarti pasti mati, demikian pula orang-orang mukmin mempunyai keimanan yang tangguh bahwa, sekali pun mereka itu (yakni orang-orang munafik) sejak awal tidak ikut serta, mereka (yakni orang-orang beriman) akan dengan gembira berangkat ke medan pertempuran atau tempat kematian, seperti anggapan orang-orang munafik. Semua hal itu terjadi agar Allah Swt. membersihkan orang-orang beriman.

اِنَّ الَّذِیۡنَ تَوَلَّوۡا مِنۡکُمۡ یَوۡمَ الۡتَقَی الۡجَمۡعٰنِ ۙ اِنَّمَا اسۡتَزَلَّہُمُ الشَّیۡطٰنُ بِبَعۡضِ مَا کَسَبُوۡا ۚ وَ لَقَدۡ عَفَا اللّٰہُ عَنۡہُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ غَفُوۡرٌ حَلِیۡمٌ ﴿۱۵۵﴾٪

Sesungguhnya orang-orang di antara kamu yang berpaling pada hari ketika dua pasukan bertemu, sesungguhnya syaitanlah yang menggelincirkan mereka dikarenakan sebagian perbuatan mereka. Dan sungguh Allah benar-benar telah me-maafkan mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun. (Aali ‘Imran [3]:145).

Kata menggelincirkan yang disebut dalam ayat ini mengacu kepada pembangkangan terhadap perintah yang diberikan kepada pasukan yang ditempatkan di bukit atau kepada sebagian orang Muslim yang melarikan diri dari medan pertempuran. Sedangkan kata-kata “sungguh Allah benar-benar telah memaafkan mereka mengandung pujian tidak langsung terhadap prajurit-prajurit pemanah di bukit itu, yang karena menyalahtafsirkan perintah Nabi Besar Muhammad saw. telah meninggalkan posnya dan berarti bahwa hanya “sebagian” mereka sajalah yang telah menyebabkan kecemaran sementara ini, dalam hal-hal lainnya mereka sebenarnya setia dan patuh kepada Nabi Besar Muhammad saw.

Bergabungnya Khalid bin Walid.

Pendek kata, walau pun akibat ketidak-patuhan sebagian kelompok pemanah di bukit Uhud bukan saja telah membuat kemenangan yang hapir diraih berubah menjadi kekalahan, yang bahkan nyaris membuat mereka kehilangan Nabi Besar Muhammad saw. yang sangat mereka cintai, namun demikian dalam perang Uhud pun kebersertaan Allah Swt. selalu menyertai Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam, salah satunya adalah setelah itu Khalid bin Walid, panglima poasukan kafir Quraisy yang berhasil membalikkan situasi di perang Uhud tersebut kemudian bergabung ke dalam Islam, karena ia menyaksikan bahwa Allah Swt. benar-benar senantiasa menyertai Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam.

Khalid bin Walid r.a. ini pulalah yang telah menyelamatkan pasukan umat Islam dari kekalahan dalam perang Yarmuk, yang telah menewaskan 3 orang Panglima Perang pasukan Muslim melawan balatentara kerajaan Romawi yang jumlahnya jauh lebih besar dari pasukan Muslim.


(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid



Tidak ada komentar:

Posting Komentar