Selasa, 04 Oktober 2011

Hubungan Surah Al-Naas dengan Tipu-daya Syaitan


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XI


Tentang

Hubungan Surah Al-Naas dengan Tipu-daya Syaitan


Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


.

وَ یٰۤاٰدَمُ اسۡکُنۡ اَنۡتَ وَ زَوۡجُکَ الۡجَنَّۃَ فَکُلَا مِنۡ حَیۡثُ شِئۡتُمَا وَ لَا تَقۡرَبَا ہٰذِہِ الشَّجَرَۃَ فَتَکُوۡنَا مِنَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿۲۰ فَوَسۡوَسَ لَہُمَا الشَّیۡطٰنُ لِیُبۡدِیَ لَہُمَا مَا وٗرِیَ عَنۡہُمَا مِنۡ سَوۡاٰتِہِمَا وَ قَالَ مَا نَہٰکُمَا رَبُّکُمَا عَنۡ ہٰذِہِ الشَّجَرَۃِ اِلَّاۤ اَنۡ تَکُوۡنَا مَلَکَیۡنِ اَوۡ تَکُوۡنَا مِنَ الۡخٰلِدِیۡنَ ﴿۲۱ وَ قَاسَمَہُمَاۤ اِنِّیۡ لَکُمَا لَمِنَ النّٰصِحِیۡنَ ﴿ۙ۲۳

“Dan hai Adam, tinggallah engkau dan istri engkau di dalam jannah (kebun) ini, lalu makanlah dan minumlah dari mana saja kamu berdua kehendaki, tetapi janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, karena [nanti] kamu berdua akan termasuk orang-orang yang zalim.” Lalu syaitan membisikkan kewaswasan kepada keduanya itu supaya ia dapat menampakkan kepada keduanya itu apa yang tersembunyi dari keduanya itu aurat mereka dan ia berkata: “Tuhan kamu berdua sekali-kali tidak melarang kamu berdua dari pohon ini melainkan agar kamu berdua jangan menjadi malaikat atau menjadi di antara orang-orang yang hidup kekal.” Dan ia bersumpah kepada ke-duanya itu: “Sesungguhnya aku benar-benar termasuk orang yang memberi nasihat yang tulus bagi kamu berdua.” (Al-‘Araaf [7]:20-22).


Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan aurat yang kemudian terbuka kepada Adam a.s. dan istrinya setelah memakan buah “pohon terlarang”, bukan artinya keduanya melihat kemaluannya masing-masing -- sebagaimana umumnya dipercayai, kemudian keduanya menutupi ketelanjangan dirinya dengan waraq atau auraq yakni "daun-daun surga", melainkan maksudnya adalah terbukanya kelemahan-kelemahan diri mereka -- yang sebelumnya tidak mereka ketahui -- dan baru kemudian mereka menyadarinya setelah keduanya tertipu oleh bujuk-rayu (godaan) syaitan, yang menawarkan hal-hal yang secara alami disukai (diinginkan) oleh umumnya manusia, yakni misalnya menjadi malaikat atau memperoleh hidup yang kekal dalam kekayaan serta kekuasaan dan menginginkan segala sesuatu yang diinginkan oleh hawa nafsu, firman-Nya:

وَ یٰۤاٰدَمُ اسۡکُنۡ اَنۡتَ وَ زَوۡجُکَ الۡجَنَّۃَ فَکُلَا مِنۡ حَیۡثُ شِئۡتُمَا وَ لَا تَقۡرَبَا ہٰذِہِ الشَّجَرَۃَ فَتَکُوۡنَا مِنَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿۲۰ فَوَسۡوَسَ لَہُمَا الشَّیۡطٰنُ لِیُبۡدِیَ لَہُمَا مَا وٗرِیَ عَنۡہُمَا مِنۡ سَوۡاٰتِہِمَا وَ قَالَ مَا نَہٰکُمَا رَبُّکُمَا عَنۡ ہٰذِہِ الشَّجَرَۃِ اِلَّاۤ اَنۡ تَکُوۡنَا مَلَکَیۡنِ اَوۡ تَکُوۡنَا مِنَ الۡخٰلِدِیۡنَ ﴿۲۱ وَ قَاسَمَہُمَاۤ اِنِّیۡ لَکُمَا لَمِنَ النّٰصِحِیۡنَ ﴿ۙ۲۳

“Dan hai Adam, tinggallah engkau dan istri engkau di dalam jannah (kebun) ini, lalu makanlah dan minumlah dari mana saja kamu berdua kehendaki, tetapi janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, karena [nanti] kamu berdua akan termasuk orang-orang yang zalim.” Lalu syaitan membisikkan kewaswasan kepada keduanya itu supaya ia dapat menampakkan kepada keduanya itu apa yang tersembunyi dari keduanya itu aurat mereka dan ia berkata: “Tuhan kamu berdua sekali-kali tidak melarang kamu berdua dari pohon ini melainkan agar kamu berdua jangan menjadi malaikat atau menjadi di antara orang-orang yang hidup kekal.” Dan ia bersumpah kepada keduanya itu: “Sesungguhnya aku benar-benar termasuk orang yang memberi nasihat yang tulus bagi kamu berdua.” (Al-‘Araaf [7]:20-22).

Pohon terlarang dapat juga diartikan perintah-perintah yang menetapkan beberapa benda tertentu dilarang bagi Adam dan istrinya. “Kalimah yang baik” diumpamakan sebagai “pohon baik” dalam Al-Quran (QS.14:25) dan “kalimah buruk” sebagai “pohon jahat” (QS.14:27). Sementara pikiran-pikiran jahat pada akhirnya menjuruskan seseorang kepada kehancuran, maka pikiran-pikiran jahat itu pun menampakkan kepada dia kelemahan-kelemahan dirinya. Karena tempat ketika Adam a.s. disuruh tinggal digambarkan secara tamsil dalam Al-Quran sebagai jannah (kebun) karena itu dalam gambaran berikutnya tamsil itu dilanjutkan.
Adam a.s. digambarkan sebagai dilarang mendekati “pohon” tertentu yang bukan pohon dalam arti kata harfiah dan fisik, melainkan suatu keluarga atau suku tertentu. Kepada beliau diperintahkan supaya menjauhi keluarga atau suku itu, sebab anggota-anggota keluarga atau suku tersebut adalah musuh beliau dan mereka itu niscaya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mencelakakan beliau. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

فَدَلّٰىہُمَا بِغُرُوۡرٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَۃَ بَدَتۡ لَہُمَا سَوۡاٰتُہُمَا وَ طَفِقَا یَخۡصِفٰنِ عَلَیۡہِمَا مِنۡ وَّرَقِ الۡجَنَّۃِ ؕ وَ نَادٰىہُمَا رَبُّہُمَاۤ اَلَمۡ اَنۡہَکُمَا عَنۡ تِلۡکُمَا الشَّجَرَۃِ وَ اَقُلۡ لَّکُمَاۤ اِنَّ الشَّیۡطٰنَ لَکُمَا عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿۲۳

Lalu ia (syaitan) membujuk kedua mereka itu dengan tipu-daya, maka tatkala keduanya merasai [buah] pohon itu tampaklah kepada keduanya aurat mereka berdua dan mulailah keduanya menutupi diri mereka dengan daun-daun kebun itu. Dan keduanya diseru oleh Tuhan mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari mendekati pohon itu dan Aku telah katakan kepada kamu berdua bahwa sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (Al-‘Araaf [7]:23).


Janji-janji dan Sumpah Palsu Syaitan dan Manusia-manusia Syaitan


Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab sebelumnya bahwa kata sayyi’ah yang berarti tiap ucapan atau kebiasaan atau perbuatan jahat, kotor, tidak senonoh atau menjijikkan yang orang biasanya ingin menyembunyikan; aurat; ketelanjangan (Lexicon Lane), di sini dipergunakan dalam artian “aurat” atau “kelemahan”, sebab tiada aurat (kemaluan) manusia yang tersembunyi daripadanya. Beberapa kelemahan Adam a.s. sungguh tersembunyi dari beliau dan beliau baru menyadari hal itu ketika musuh-musuh membujuk beliau keluar dari kedudukan beliau yang aman.

Tiap-tiap orang mempunyai beberapa kelemahan tertentu yang bahkan tersembunyi dari dirinya sendiri, tetapi menjadi terbuka pada saat genting dan tegang, atau bila ia digoda dan dicoba. Jadi ketika Adam a.s. tergoda dan terpedaya oleh syaitan barulah beliau menjadi sadar akan beberapa kelemahan fitrinya. Al-Quran tidak mengatakan bahwa kelemahan Adam a.s. dan istri beliau diketahui orang lain, melainkan mereka sendiri menjadi sadar akan kelemahan-kelemahan mereka itu.
Dengan demikian sungguh keliru pendapat atau tafsir yang mengatakan bahwa ketika Nabi Adam a.s. dan istrinya memakan “buah pohon terlarang” maka tiba-tiba saja keduanya menjadi telanjang bulat, na’udzubillah min dzaalik, karena pakaiannya terlepas seluruhnya, karena yang dimaksud dengan aurat oleh Allah Swt. berkenaan dengan Nabi Adam a.s. dan istrinya maksudnya adalah kelemahan-kelemahan yang umumnya dimiliki oleh semua manusia, dan yang hanya terbuka atau diketahui oleh yang bersangkutan ketika menghadapi suatu situasi tertentu. Jadi kata aurat berkenaan dengan Nabi Adam a.s. dan istrinya sama sekali tidak berarti kemaluan, karena tidak pernah ada kemaluan yang tersembunyi atau tidak diketahui oleh pemiliknya.
Satu hal yang dikemukakan syaitan kepada Adam a.s. dan istrinya untuk meyakinkan bahwa apa yang dikemukakannya kepada keduanya adalah suatu kebenaran, yaitu ia bersumpah di hadapan keduanya dengan mengatakan: "Sesungguhnya aku benar-benar termasuk orang-orang yang memberi nasihat [yang tulus] bagi kamu berdua." (QS.7:22). Dengan demikian jelaslah bahwa cara-cara penipuan yang dilakukan syaitan dan manusia-manusia syaitan dari zaman ke zaman sama, yakni menjanjikan hal-hal yang didambakan oleh hawa-nafsu dan bersumpah palsu, firman-Nya:

وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ الۡجِنِّ یُوۡحِیۡ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا ؕ وَ لَوۡ شَآءَ رَبُّکَ مَا فَعَلُوۡہُ فَذَرۡہُمۡ وَ مَا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿۱۱۳ وَ لِتَصۡغٰۤی اِلَیۡہِ اَفۡـِٕدَۃُ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ وَ لِیَرۡضَوۡہُ وَ لِیَقۡتَرِفُوۡا مَا ہُمۡ مُّقۡتَرِفُوۡنَ ﴿۱۱۴

Dan dengan cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi yaitu syaitan-syaitan di antara ins (manusia) dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya kata-kata indah untuk mengelabui, dan jika Tuhan engkau menghendaki mereka tidak akan mengerjakannya, maka biarkanlah mereka dengan apa-apa yang mereka ada-adakan, dan supaya hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka menyukainya dan supaya mereka mengusahakan apa yang sedang mereka usahakan. (Al-An’aam [6]:13-14).

Berikut firman Allah Swt. mengenai Suraqah bin Malik bin Jusyam ketika ia meyakinkan para pemuka kaum Quraisy -- bahwa dia dan kabilahnya tidak akan menyerang Mekkah waktu para pemimpin kafir Quraisy Mekkah berangkat luar kota Mekkah untuk menyerang Nabi Besar Muhammad saw. dan para pengikut beliau saw. dalam perang Badar -- firman-Nya:

وَ اِذۡ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ وَ قَالَ لَا غَالِبَ لَکُمُ الۡیَوۡمَ مِنَ النَّاسِ وَ اِنِّیۡ جَارٌ لَّکُمۡ ۚ فَلَمَّا تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ عَلٰی عَقِبَیۡہِ وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ اِنِّیۡۤ اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ اِنِّیۡۤ اَخَافُ اللّٰہَ ؕ وَ اللّٰہُ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿٪۴۹

Dan ingatlah ketika syaitan menampakkan indah kepada mereka amal-amal mereka dan berkata: ”Tidak seorang pun di antara manusia yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sesungguhnya aku pelindungmu.” Tetapi tatkala kedua pasukan itu berhadapan satu sama lain, ia berbalik atas tumitnya sambil berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri darimu, sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya aku takut kepada Allah dan siksaan Allah sangat keras.” (Al-Anfaal [8]:49). Lihat pula QS.6:44; QS.16:64; QS.22:53; QS.27:25; QS.29:39; QS.35:9.

Sumpah Palsu Saudara-saudara Nabi Yusuf a.s.

Nampak sudah merupakan sifat umumnya manusia yang ingin melaksanakan kedengkiannya terhadap orang atau pihak yang dibencinya yaitu ia akan menempuh segala cara -- termasuk bersumpah palsu --sebagaimana telah dilakukan juga oleh Saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. terhadap Nabi Yusuf a.s., agar ayah mereka, Nabi Ya'qub a.s., mengizinkan mereka untuk mengajak Nabi Yusuf a.s. untuk bermain-main di gurun bersama mereka, agar mereka dapat melaksanakan kedengkian dan kebencian mereka terhadap Nabi Yusuf a.s., karena ayah mereka lebih mencintainya daripada mencintai mereka, firman-Nya:

لَقَدۡ کَانَ فِیۡ یُوۡسُفَ وَ اِخۡوَتِہٖۤ اٰیٰتٌ لِّلسَّآئِلِیۡنَ ﴿۸ اِذۡ قَالُوۡا لَیُوۡسُفُ وَ اَخُوۡہُ اَحَبُّ اِلٰۤی اَبِیۡنَا مِنَّا وَ نَحۡنُ عُصۡبَۃٌ ؕ اِنَّ اَبَانَا لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنِۣ ۚ﴿ۖ۹ اقۡتُلُوۡا یُوۡسُفَ اَوِ اطۡرَحُوۡہُ اَرۡضًا یَّخۡلُ لَکُمۡ وَجۡہُ اَبِیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ قَوۡمًا صٰلِحِیۡنَ ﴿۱۰

Sungguh pada [peristiwa] Yusuf dan saudara-saudaranya benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang mencari [kebenaran]. Ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita, padahal kita satu golongan yang kuat, sesungguhnya ayah kita ada dalam kekeliruan yang nyata. [Karena itu] bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke negeri lain, supaya perhatian ayahmu kepada kamu saja, dan sesudah itu kamu [bertaubat dan] menjadi orang-orang yang shalih.” (Yusuf [12]:8-10).

Jadi, sebagaimana halnya Iblis telah “marah” kepada Allah Swt. karena telah memuliakan Adam a.s. yang diciptakan dari “tanah liat” daripada dirinya yang diciptakan dari “api” (QS.7:12-13), demikian pula saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. pun menjadi marah, karena mengapa bukan mereka -- yang menurut anggapan mereka lebih unggul daripada Nabi Yusuf a.s. dalam segala segi – tetapi malah Nabi Yusuf a.s. itulah yang telah menawan kasih ayah mereka dan telah menjadi pusat perhatiannya.

Begitu pulalah keadaan para pemimpin Quraisy yang mengatakan, bahwa kenabian dan Al-Quran seharusnya diturunkan kepada salah seorang dari antara orang-orang terkemuka dari Mekkah atau Thaif (QS.43:32). Mereka memandang Nabi Besar Muhammad saw. terlalu rendah untuk memperoleh kedudukan mulia sebagai nabi. Dan persis seperti saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. yang bersekongkol untuk membunuh beliau, orang-orang Quraisy pun berkomplot untuk membunuh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.8:31).

Dalam rangka memuluskan makar buruknya terhadap Nabi Yusuf a.s. mereka pun tidak segan-segan menipu ayah mereka, Nabi Yaqub a.s., dengan janji palsu, bahwa mereka benar-benar akan menjaga adik mereka, Nabi Yusuf a.s. agar tidak dimangsa oleh serigala gurun sebagaimana yang dikhawatirkan oleh ayah mereka, firman-Nya:

قَالُوۡا یٰۤاَبَانَا مَا لَکَ لَا تَاۡمَنَّا عَلٰی یُوۡسُفَ وَ اِنَّا لَہٗ لَنٰصِحُوۡنَ ﴿۱۲ اَرۡسِلۡہُ مَعَنَا غَدًا یَّرۡتَعۡ وَ یَلۡعَبۡ وَ اِنَّا لَہٗ لَحٰفِظُوۡنَ ﴿۱۳ قَالَ اِنِّیۡ لَیَحۡزُنُنِیۡۤ اَنۡ تَذۡہَبُوۡا بِہٖ وَ اَخَافُ اَنۡ یَّاۡکُلَہُ الذِّئۡبُ وَ اَنۡتُمۡ عَنۡہُ غٰفِلُوۡنَ ﴿۱۴ قَالُوۡا لَئِنۡ اَکَلَہُ الذِّئۡبُ وَ نَحۡنُ عُصۡبَۃٌ اِنَّاۤ اِذًا لَّخٰسِرُوۡنَ ﴿۱۵

Mereka berkata: “Wahai ayah kami, mengapa engkau tidak percaya kepada kami mengenai Yusuf, padahal sesungguhnya kami benar-benar berkemauan baik terhadapnya? Kirimlah dia esok hari beserta kami, supaya dia bersenang-senang dan bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti akan menjaganya.” Ia [Yaqub] berkata: “Sesungguhnya menyedihkanku kalau kamu membawanya, dan aku khawatir serigala akan memakannya sedangkan kamu lengah terhadapnya.” Mereka berkata: “Jika dia benar-benar dimakan serigala, padahal kami satu golongan yang kuat, sesungguhnya jika demikian kami benar-benar orang-orang yang rugi.” (Yusuf [12]:12-15).

Dari ayat 14 nampak bahwa Nabi Ya’qub a.s. agaknya telah diberitahu oleh Allah Swt. secara sambil lalu tentang maksud-maksud jahat saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. untuk membunuh beliau. Itulah sebabnya Nabi Ya’qub a.s. memakai kata-kata sama seperti yang mereka pergunakan kemudian, sebagai alasan untuk meringankan kejahatan mereka yang mengerikan itu. Selanjutnya Allah berfirman:

فَلَمَّا ذَہَبُوۡا بِہٖ وَ اَجۡمَعُوۡۤا اَنۡ یَّجۡعَلُوۡہُ فِیۡ غَیٰبَتِ الۡجُبِّ ۚ وَ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡہِ لَتُنَبِّئَنَّہُمۡ بِاَمۡرِہِمۡ ہٰذَا وَ ہُمۡ لَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿۱۵ وَ جَآءُوۡۤ اَبَاہُمۡ عِشَآءً یَّبۡکُوۡنَ ؕ﴿۱۶ قَالُوۡا یٰۤاَبَانَاۤ اِنَّا ذَہَبۡنَا نَسۡتَبِقُ وَ تَرَکۡنَا یُوۡسُفَ عِنۡدَ مَتَاعِنَا فَاَکَلَہُ الذِّئۡبُ ۚ وَ مَاۤ اَنۡتَ بِمُؤۡمِنٍ لَّنَا وَ لَوۡ کُنَّا صٰدِقِیۡنَ ﴿۱۷ وَ جَآءُوۡ عَلٰی قَمِیۡصِہٖ بِدَمٍ کَذِبٍ ؕ قَالَ بَلۡ سَوَّلَتۡ لَکُمۡ اَنۡفُسُکُمۡ اَمۡرًا ؕ فَصَبۡرٌ جَمِیۡلٌ ؕ وَ اللّٰہُ لۡمُسۡتَعَانُ عَلٰی مَا تَصِفُوۡنَ ﴿۱۸ وَ جَآءَتۡ سَیَّارَۃٌ فَاَرۡسَلُوۡا وَارِدَہُمۡ فَاَدۡلٰی دَلۡوَہٗ ؕ قَالَ یٰبُشۡرٰی ہٰذَا غُلٰمٌ ؕ وَ اَسَرُّوۡہُ بِضَاعَۃً ؕ وَ اللّٰہُ عَلِیۡمٌۢ بِمَا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿۱۹

Maka tatkala mereka membawa dia (Yusuf) pergi dan telah sepakat untuk memasukkannya ke dasar sumur yang dalam, dan Kami mewahyukan kepadanya: “Niscaya engkau akan memberitahukan kepada mereka tentang perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tidak menyadari.” Dan mereka datang kepada ayah mereka di waktu Isya sambil [pura-pura] menangis. Mereka berkata: “Hai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba, dan kami meninggalkan Yusuf bersama barang-barang kami lalu ia dimakan serigala, tetapi engkau sama sekali tidak akan mempercayai kami walaupun kami benar.” Dan mereka datang dengan darah palsu pada kemejanya. Ia (Ya’qub) berkata: [Tidak demikian] bahkan nafsu kamu telah membuat perkara itu nampak baik, maka bersabar adalah yang terbaik [bagiku], dan hanya Allah-lah yang dapat dimohon pertolongan-Nya mengenai apa yang kamu ceriterakan itu.” (Yusuf [12]:16-20).

Kata-kata “... tetapi engkau sama sekali tidak akan mempercayai kami walaupun kami benar” mencerminkan kegugupan mereka dan membukakan kedok kelancangan dan kedustaan mereka.

Hubungan tipu-daya Syaitan dengan Surah Al-Naas

Kembali kepada masalah sumpah palsu syaitan dalam upaya meyakinkan Adam a.s. dan istrinya mengenai pendapatnya yang berisi tipu-daya, bahwa ada 2 hal yang dikemukakan syaitan dalam melakukan tipu-dayanya, yang sangat erat hubungannya dengan doa dalam Surah Al-Naas, yakni (1) "supaya kamu jangan menjadi malaikat", hal ini berhubungan dengan masalah keruhanian, dan (2) "supaya jangan menjadi orang-orang yang hidup kekal", hal ini erat kaitannya dengan masalah kehidupan duniawi. Berikut adalah firman Allah Swt. dalam Surah Al-Naas:

قُلۡ اَعُوۡذُ بِرَبِّ النَّاسِ ۙ﴿۲ مَلِکِ النَّاسِ ۙ﴿۳ اِلٰہِ النَّاسِ ۙ﴿۴ مِنۡ شَرِّ الۡوَسۡوَاسِ ۬ۙ الۡخَنَّاسِ ۪ۙ﴿۵ الَّذِیۡ یُوَسۡوِسُ فِیۡ صُدُوۡرِ النَّاسِ ۙ﴿۶ مِنَ الۡجِنَّۃِ وَ النَّاسِ ٪﴿۷

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb (Tuhan) manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari keburukan bisikan-bisikan syaitan yang tersembunyi, yang membisikkan ke dalam hati manusia, dari jin dan manusia.” (Al-Naas [114]:2-7).

Dalam Surah ini tiga sifat Ilahi – Rabb (Tuhan manusia), Malik (Raja manusia), dan Ilaah (Sembahan manusia), telah diseru sebagai penanding satu sifat, yakni Rabb al-Falaq (Tuhan Yang Memiliki fajar) dalam Surah sebelumnya yakni Al-Falaq -- sehubungan dengan kejahatan pendengki ketika melaksanakan kedengkiannya -- sebab sifat Rabb al-Falaq yang satu ini meliputi ketiga sifat Allah Swt. tersebut di atas.

Sementara satu sifat Ilahi “Tuhan Yang Memiliki fajar” (Rabb al-Falaq) telah diseru menandingi 4 macam kejahatan dalam Surah sebelumnya, maka dalam Surah ini 3 sifat Ilahi telah diseru menandingi satu kejahatan saja, yaitu bisikan si Jahat. Hal itu disebabkan ajakan-ajakan atau bisikan-bisikan syaitan meliputi segala kejahatan.

Ketiga-tiga sifat Ilahi itu mempunyai perhubungan yang halus sekali (latif) dengan keadaan tabiat alami, akhlak, dan ruhani manusia. Perkembangan jasmani dan akhlak manusia terjadi di bawah sifat rabb; pikiran, perkataan, serta perbuatan disiksa atau diganjar oleh sifat Malik; dan sifat Ilaah berarti Tuhan (Allah Swt.) adalah obyek cinta dan pujaannya; Dia adalah tujuan dan cita-citanya.

Sebutan ketiga sifat Ilahi dalam Surah Al-Naas ini mengandung arti, bahwa semua dosa bersumber pada 3 sebab, yaitu (1) jika seseorang memandang orang lain sebagai majikannya, rajanya, atau tuhan-nya, yakni bila ia menganggap dia penopang dan pendukung utama hidupnya, atau menghambakan diri kepada kekuasaan yang bukan haknya atau menjadikan dia tujuan cinta dan pujaannya.

Orang beriman diperintahkan di sini agar hanya menghadapkan muka kepada Rabb (Tuhan) semata-mata -- yakni Allah Swt. -- sebagai Penjamin hidupnya yang hakiki, agar hanya kepada-Nya belaka memperlihatkan ketaatan sejati dan tanpa bersyarat dan agar hanya Dia-lah Yang dijadikan tujuan sebenarnya bagi cinta dan pemujaannya.

(2) ia diperintahkan dalam ayat ini supaya senantiasa memohon perlindungan Allah Swt. terhadap tindak perampasan hak oleh kaum kapitalis, penguasa-penguasa zalim dan golongan pemimpin agama yang licik -- yang dalam Al-Quran di zaman Nabi Musa a.s. masing-masing golongan tersebut diwakili oleh Qarun, Fir'aun, dan Haman -- yang sambil mengambil keuntungan secara tidak wajar dari rakyat jelata yang polos dan berpikiran sederhana dengan memeras mereka tanpa belas kasihan.

(3) Si Jahat membisikkan pikiran-pikiran jahat ke dalam hati golongan jin (orang-orang besar) maupun golongan naas (orang-orang awam), tanpa seorang pun terkecuali. Atau, ayat ini dapat juga berarti bahwa si pembisik pikiran jahat itu terdapat di antara golongan jin (orang-orang besar) dan ins/naas ( orang-orang awam.


(Bersambung)


Rujukan:
The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar