Selasa, 18 Oktober 2011

"Janah-jannah" lainnya di Dunia: Mekkah (2) & Nabi Ibrahim a.s. Membangun Kembali Baitullah (Ka'bah)


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XXI


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Mekkah (2) &

Nabi Ibrahim a.s. Membangun Kembali Baitullah (Ka'bah)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


وَ اِذۡ جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ وَ اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿۱۲۶ وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿۱۲۷

Dan ingatlah ketika Kami jadikan Rumah (Ka’bah) itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah maqaam Ibrahim sebagai tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Isma'il: “Sucikanlah rumah-Ku itu untuk orang-orang yang tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.” Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), jadikanlah tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepada-nya kemudian akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:126-127).


Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai pembangunan Ka’bah, rumah ibadah pertama, yang dibangun Nabi Adam a.s. di lembah Bakkah atau Mekkah. Tidak diketahui apakah pembangunan Ka’bah tersebut pada saat Nabi Adam a.s. dan para pengikutnya hijrah dari “jannah” (QS.2:36; QS.7:20-23; QS.20:117-118), ataukah setelah beliau kembali tinggal di “jannah” (QS.2:37; QS.7:25-26; QS.20:56; QS.77:26-27), firman-Nya:

اِنَّ اَوَّلَ بَیۡتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِیۡ بِبَکَّۃَ مُبٰرَکًا وَّ ہُدًی لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿ۚ۹۷ فِیۡہِ اٰیٰتٌۢ بَیِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبۡرٰہِیۡمَ ۬ۚ وَ مَنۡ دَخَلَہٗ کَانَ اٰمِنًا ؕ وَ لِلّٰہِ عَلَی النَّاسِ حِجُّ الۡبَیۡتِ مَنِ اسۡتَطَاعَ اِلَیۡہِ سَبِیۡلًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاِنَّ اللّٰہَ غَنِیٌّ عَنِ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿۹۸

Sesungguhnya letak Rumah ibadah pertama yang didirikan untuk seluruh manusia adalah benar-benar yang di Bakkah yang penuh dengan berkat dan petunjuk bagi seluruh alam. Di dalamnya ada Tanda-tanda yang jelas yaitu maqam Ibrahim, dan barangsiapa memasukinya ia menjadi aman. Dan semata-mata karena Allah wajib atas manusia melakukan ibadah haji ke Rumah itu bagi orang-orang yang sanggup menempuh jalan ke sana, tetapi barangsiapa kafir maka sesungguhnya Allah Maha-kaya yakni tidak memerlukan apa pun dari seluruh alam. (Aali ‘Imran [3]:97-98).

Firman-Nya lagi:

وَ اِذۡ بَوَّاۡنَا لِاِبۡرٰہِیۡمَ مَکَانَ الۡبَیۡتِ اَنۡ لَّا تُشۡرِکۡ بِیۡ شَیۡئًا وَّ طَہِّرۡ بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡقَآئِمِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿۲۷ وَ اَذِّنۡ فِی النَّاسِ بِالۡحَجِّ یَاۡتُوۡکَ رِجَالًا وَّ عَلٰی کُلِّ ضَامِرٍ یَّاۡتِیۡنَ مِنۡ کُلِّ فَجٍّ عَمِیۡقٍ ﴿ۙ۲۸ لِّیَشۡہَدُوۡا مَنَافِعَ لَہُمۡ وَ یَذۡکُرُوا اسۡمَ اللّٰہِ فِیۡۤ اَیَّامٍ مَّعۡلُوۡمٰتٍ عَلٰی مَا رَزَقَہُمۡ مِّنۡۢ بَہِیۡمَۃِ الۡاَنۡعَامِ ۚ فَکُلُوۡا مِنۡہَا وَ اَطۡعِمُوا الۡبَآئِسَ الۡفَقِیۡرَ ﴿۫۲۹ ثُمَّ لۡیَقۡضُوۡا تَفَثَہُمۡ وَ لۡیُوۡفُوۡا نُذُوۡرَہُمۡ وَ لۡیَطَّوَّفُوۡا بِالۡبَیۡتِ الۡعَتِیۡقِ ﴿۳۰

Dan ingatlah ketika Kami menempatkan Ibrahim di tempat rumah Allah dan berfirman: “Janganlah mempersekutukan Aku dengan sesuatu, dan bersihkanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang thawaf, yang berdiri tegak dan orang-orang yang rukuk serta sujud. Dan umumkanlah kepada manusia untuk ibadah haji, mereka akan datang kepada engkau berjalan kaki dan menunggang unta yang kurus, datang dari segenap penjuru yang jauh-jauh. Supaya mereka dapat menyaksikan manfaat-manfaatnya bagi mereka, dan dapat mengingat nama Allah selama hari-hari yang ditetapkan atas apa yang telah Dia rezekikan kepada mereka dari binatang ternak berkaki empat. Maka makanlah darinya dan berilah makan orang-orang sengsara, dan fakir. Kemudian hendaklah mereka membersihkan kekotoran mereka, memenuhi nazar-nazar mereka, dan berthawaf di sekeliling Rumah Kuno itu.” (Al-Hajj [22]:27-30).

Kemudian mengenai jaminan yang ditetapkan Allah Swt. atas tempat dimana Ka’bah (Baitullah) tersebut ada Dia berfirman:

وَ اِذۡ جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ وَ اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿۱۲۶ وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿۱۲۷

Dan ingatlah ketika Kami jadikan Rumah (Ka’bah) itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah maqaam Ibrahim sebagai tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Isma'il: “Sucikanlah rumah-Ku itu untuk orang-orang yang tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.” Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), jadikanlah tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepada-nya kemudian akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:126-127).

Membangun Kembali Ka’bah

Penjelasan mengenai firman Allah Swt. tersebut telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

وَ اِذۡ یَرۡفَعُ اِبۡرٰہٖمُ الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَیۡتِ وَ اِسۡمٰعِیۡلُ ؕ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿۱۲۸

Dan ingatlah ketika Ibrahim dan Isma’il meninggikan dasar-dasar yakni pondasi Rumah itu sambil mendoa: “Ya Tuhan kami, terimalah amal ini dari kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah [2]:128).

Apakah Nabi Ibrahim a.s. sebagai pendiri atau hanya pembangun kembali Ka’bah, merupakan satu masalah yang telah menimbulkan banyak perbantahan. Sementara orang berpendapat bahwa Nabi Ibrahim a.s. itulah pendiri pertama tempat itu, sedang yang lainnya melacak asal-usulnya sampai Nabi Adam a.s.. Al-Quran (QS.3:97) dan hadits-hadits shahih membenarkan pendapat bahwa bahkan sebelum bangunan tersebut didirikan oleh Nabi Ibrahim a.s., pada tempat itu telah ada semacam bangunan tetapi telah menjadi puing-puing dan hanya tinggal bekasnya belaka.

Kata al-qawaa’id dalam ayat ini menunjukkan bahwa pondasi Baitullaah telah ada dan kemudian Nabi Ibrahim a.s. serta Nabi Isma'il a.s. membangunnya atas pondasi itu. Tambahan pula doa Nabi Ibrahim a.s. pada saat berpisah atau meninggalkan putranya, Isma'il a.s. dan ibunya di Mekkah, yaitu: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tandus dekat Rumah Engkau yang suci” (QS.14:38), menunjukkan bahwa Ka’bah telah ada bahkan sebelum Nabi Ibrahim a.s. menempatkan (meninggalkan) istri dan anak beliau di lembah Mekkah. Hadits pun mendukung pandangan itu (Bukhari), demikian pula catatan-catatan sejarah pun memberikan dukungan kepada pendapat bahwa Ka’bah itu sangat tua sekali asal-usulnya.

Para ahli sejarah terkenal dan bahkan sebagian ahli-ahli kritik Islam yang tak bersahabat telah mengakui bahwa Ka’bah itu tempat yang sangat tua dan telah dipandang suci semenjak waktu yang tak dapat diingat. Diodorus Siculus Sicily (60 sebelum Masehi) dalam menyinggung mengenai daerah yang sekarang dikenal sebagai Hijaz mengatakan bahwa tempat itu sangat dimuliakan oleh bangsa pribumi dan menambahkan, sebuah tempat pemujaan yang sangat tua didirikan di situ dari batu keras ...... yang ke tempat itu datang berbondong-bondong kaum-kaum dari daerah tetangga dari segala penjuru” (Terjemahan ke dalam Bahasa Inggeris oleh C.M. Oldfather, London, 1935, Kitab III, Bab 42 jilid ii, halaman 211-213).

Kata-kata itu tentu mengisyaratkan rumah suci di Mekkah, sebab kita tidak mengenal tempat lain, yang pernah mendapat penghormatan yang meliputi seluruh tanah Arab ........ Tarikh melukiskan Ka’bah sebagai tempat ziarah dari semua bagian tanah Arab semenjak waktu kuno” (William Muir, halaman ciii).

Doa Nabi Ibrahim a.s. mengenai Nabi Besar Muhammad saw.

Dalam firman Allah Swt. selanjutnya dikemukakan doa Nabi Ibrahim a.s. mengenai manasik hajji dan kelahiran Nabi Besar Muhammad saw.:

رَبَّنَا وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ ۪ وَ اَرِنَا مَنَاسِکَنَا وَ تُبۡ عَلَیۡنَا ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ ﴿۱۲۹ رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۱۳۰﴾٪

“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada Engkau, dan juga dari antara keturunan kami jadikanlah satu umat yang berserah diri kepada Engkau, perlihatkanlah kepada kami cara-cara ibadah kami dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, bangkitkanlah seorang rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang mengajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:129-130).

Ayat 130 merupakan ikhtisar dari masalah pokok seluruh Surah yang bukan hanya berisikan pemekarannya saja melainkan pula membahas berbagai pokok dalam urutan yang sama seperti disebut dalam ayat ini, yaitu mula-mula Tanda-tanda, kemudian Kitab, lalu hikmah syariat, dan yang terakhir ialah sarana-sarana untuk kemajuan nasional.

Menarik sekali kiranya untuk diperhatikan di sini bahwa Al-Quran membicarakan dua doa Nabi Ibrahim a.s. secara terpisah. Pertama tentang keturunan Nabi Ishaq a.s. dan yang kedua mengenai anak-cucu Nabi Isma’il a.s.. Doa pertama tercantum dalam QS.2:125 dan yang kedua dalam ayat ini. Dalam doanya mengenai keturunan Ishaq a.s.. Nabi Ibrahim a.s. memohon supaya imam-iman atau para mushlih (pembaharu) dibangkitkan dari antara mereka, tetapi beliau tidak menyebut tugas atau kedudukan istimewa mereka — mereka itu Mushlih-muslih rabbani (Pembaharu-pembaharu) biasa yang akan datang berturut-turut untuk memperbaiki Bani Israil, firman-Nya:

وَ اِذِ ابۡتَلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ رَبُّہٗ بِکَلِمٰتٍ فَاَتَمَّہُنَّ ؕ قَالَ اِنِّیۡ جَاعِلُکَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ؕ قَالَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ؕ قَالَ لَا یَنَالُ عَہۡدِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿۱۲۵

Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan-nya dengan beberapa perintah lalu dilaksanakannya sepenuhnya. Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau imam bagi manusia.” Ia, Ibrahim, berkata: “Dan jadikanlah juga imam dari keturunanku. Dia berfirman: “Janji-Ku tidak mencapai yakni tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (Al-Baqarah [2]:125)

Tetapi dalam doanya pada ayat ini beliau memohon kepada Allah Swt. agar membangkitkan di antara keturunannya seorang Nabi Besar dengan tugas khusus. Perbedaan ini sungguh merupakan gambaran yang sejati lagi indah sekali tentang kedua cabang keturunan Nabi Ibrahim a.s..

Dengan menyebut kedua doa Nabi Ibrahim a.s. dalam ayat 125 dan 130, Surah ini mengemukakan secara sepintas lalu kenyataan bahwa Nabi Ibrahim a.s. bukan hanya mendoa untuk kesejahteraan Bani Ishaq saja, melainkan juga untuk keturunan Bani Isma'il a.s. putra sulungnya. Keturunan Nabi Ishaq a.s. kehilangan karunia kenabian karena perbuatan-perbuatan jahat mereka, maka Nabi yang dijanjikan dan diminta dalam ayat ini harus termasuk keturunan Nabi Ibrahim a.s. yang lain yaitu anak-cucu Nabi Isma'il a.s..

Untuk menegaskan bahwa Nabi yang diharapkan dan dijanjikan itu harus seorang dari Bani Isma'il, Al-Quran dengan sangat tepat menuturkan pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma'il a.s., dan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim a.s. untuk keturunan putra sulungnya.

Jawaban Dua Kecaman

Terhadap kesimpulan wajar ini para pengecam Kristen pada umumnya mengemukakan dua kecaman: (1) Bahwa Bible tidak menyebut janji Allah apa pun kepada Nabi Ibrahim a.s. mengenai Nabi Isma'il a.s., dan (2) bahwa andaikata diakui bahwa Allah Swt. sungguh-sungguh telah memberikan suatu janji demikian, maka tidak ada bukti terhadap kenyataan bahwa Rasul agama Islam adalah keturunan Nabi Isma'il a.s..

Adapun tentang keberatan pertama, andaikata pun diperhatikan bahwa Bible tak mengandung nubuatan-nubuatan apa pun mengenai Nabi Isma'il a.s. maka hal itu tidaklah berarti bahwa nubuatan (kabar gaib) demikian tidak pernah ada. Tambahan pula bila kesaksian Bible dapat dianggap membenarkan adanya sesuatu janji mengenai Nabi Ishaq a.s. dan putra-putranya, mengapa kesaksian Al-Quran berkenaan dengan anak cucu Nabi Isma'il a.s. tidak dapat diterima sebagai bukti bahwa janji-janji telah diberikan pula oleh Allah Swt. kepada Nabi Isma'il a.s. dan anak-anaknya? Tetapi Bible sendiri mengandung penunjukan mengenai kesejahteraan hari depan putra-putra Nabi Isma'il a.s. seperti dikandungnya mengenai kesejahteraan putra-putra Nabi Ishaq a.s. (Kejadian 16:10-12; 17:6-10; 17:18-20).

Sebagai jawaban kepada keberatan kedua bahwa seandainya pun perjanjian itu dianggap meliputi keturunan Nabi Isma'il a.s., masih harus pula dibuktikan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. termasuk Bani Isma'il. Butir-butir berikut ini dapat diperhatikan:

(1) Kaum Quraisy kabilah Nabi Besar Muhammad saw. berasal, senantiasa percaya dan menyatakan diri sebagai keturunan Nabi Isma'il a.s. dan pengakuan itu diakui oleh semua bangsa Arab.

(2) Jika pengakuan kaum Quraisy dan juga pengakuan suku-suku Bani Isma'il lainnya dari tanah Arab sebagai keturunan Nabi Isma'il a.s. itu tidak benar, maka keturunan Nabi Isma'il a.s. yang sebenarnya tentu akan membantah pengakuan palsu demikian itu, tetapi setahu orang, keberatan demikian tidak pernah diajukan.

(3). Dalam Kejadian 17:20 Tuhan telah berjanji akan memberkati Nabi Isma'il a.s. melipatgandakan keturunannya, menjadikannya bangsa besar dan ayah 12 pangeran. Jika bangsa Arab bukan keturunannya, lalu mana bangsa yang dijanjikan itu? Suku-suku Bani Isma'il di tanah Arab sungguh-sungguh merupakan satu-satunya yang mengaku berasal dari Nabi Isma'il a.s..

(4) Menurut Kejadian 21:8-14, Siti Hajar terpaksa meninggalkan rumahnya untuk memuaskan rasa angkuh Sarah. Jika beliau tidak dibawa ke Hijaz, di manakah sekarang keturunannya dapat ditemukan dan di manakah tempat pembuangannya?

(5) Ahli-ahli ilmu bumi bangsa Arab semuanya sepakat bahwa Faran itu adalah nama yang diberikan kepada bukit-bukit Hijaz (Mu’jam al-Buldan).

(6). Menurut Bible, keturunan Nabi Nabi Isma'il a.s. menghuni wilayah “dari negeri Hawilah sampai ke Syur” (Kejadian 25:18), dan kata-kata “dari Hawilah sampai ke Syur” menunjukkan ujung-ujung bertentangan negeri Arab (Biblical Cyclopaedia. by J. Eadie, London 1862).

(7). Bible menyebut Ismail “seorang bagai hutan lakunya” (Kejadian 16:12) dan kata A’rabi (“Penghuni padang pasir”) mengandung arti hampir sama pula.

(8). Bahkan Paulus mengakui adanya hubungan antara Siti Hajar dengan tanah Arab (Galatia 4:25).

(9). Kedar itu seorang putra Nabi Isma’il a.s. dan telah diakui bahwa keturunannya menduduki wilayah selatan tanah Arab (Biblical Cyclopaedia, London 1862).

(10). Prof. C.C. Torrey mengatakan: “Orang-orang Arab itu Bani Isma’il menurut riwayat bangsa Ibrani .... Dua belas orang raja" (Kejadian 17:20), yang kemudian disebut dalam Kejadian 25:13-15, menggambarkan suku-suku Arab atau daerah-daerah di negeri Arab, perhatikanlah terutama Kedar, Duma (Dumatul Jandal), Teima. Bangsa besar itu ialah penduduk Arab” (Jewish Foundation of Islam, halaman 83). “Orang-orang Arab menurut ciri-ciri jasmani, bahasa, adat kebiasaan asli .... dan dari persaksian Bible umumnya dan pada dasarnya adalah Bani Isma’il” (Cyclopaedia of Biblical Literature, New York, halaman 685).

(11). “Marilah kita senantiasa mencela kecenderungan kotor anak-anak Hajar karena terutama kaum (suku) Quraisy, mereka itu serupa dengan binatang” (Leaves from Three Ancient Qur’an, edited by the Rev. Mingana, D.D. Intro. xiii).

Doa Nabi Ibrahim a.s. Mengenai Keamanan dan Kesejahteraan Penduduk Mekkah

Sehubungan dengan bukti-bukti tersebut mengenai keabsahan Nabi Besar Muhammad sa w. adalah dari keturunan Nabi Isma’il a.s., Allah Swt. berfirman:

وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہِیۡمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا الۡبَلَدَ اٰمِنًا وَّ اجۡنُبۡنِیۡ وَ بَنِیَّ اَنۡ نَّعۡبُدَ الۡاَصۡنَامَ ﴿ؕ۳۶ رَبِّ اِنَّہُنَّ اَضۡلَلۡنَ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ ۚ فَمَنۡ تَبِعَنِیۡ فَاِنَّہٗ مِنِّیۡ ۚ وَ مَنۡ عَصَانِیۡ فَاِنَّکَ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿۳۷

Dan ingatlah cketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, jadikanlah kota ini tempat yang aman, dan lindungilah aku dan anak-anakku dari menyembah berhala-berhala. “Ya Tuhan-ku sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari antara manusia, lalu barangsiapa mengikutiku maka sesungguhnya ia dariku, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengam-pun, Maha Penyayang. (Ibrahim [14]:36-37).

Doa Nabi Ibrahim a.s yang disinggung dalam ayat ini menunjukkan, bahwa beliau mengetahui bahwa kemusyrikan pada suatu hari akan merajalela di Mekkah dan di negeri sekitarnya. Jadi doa itu merupakan cetusan hasrat beliau untuk memelihara keturunan beliau dari kemusyrikan, dan doa itu dipanjatkan beratus-ratus tahun yang silam. Doa Nabi Ibrahim a.s. selanjtnya:

رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ ذِیۡ زَرۡعٍ عِنۡدَ بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِیُـقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ ﴿۳۸ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ تَعۡلَمُ مَا نُخۡفِیۡ وَ مَا نُعۡلِنُ ؕ وَ مَا یَخۡفٰی عَلَی اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا فِی السَّمَآءِ ﴿۳۹

”Ya Tuhan kami, sesungguh-nya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah Engkau yang suci. Ya Tuhan kami, supaya me-reka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan supaya mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah sesuatu pun di bumi dan tidak pula di langit, (Ibrahim [14]:38-39).

Yang diisyaratkan ialah penempatan putra Nabi Ibrahim a.s. , yakni Nabi Isma’il a.s. dan istri Ibrahim a.s. , yaitu Siti Hajar, di belantara Arabia. Nabi Ismail a.s. masih kecil pada waktu Nabi Ibrahim a.s. — yang oleh karena patuhnya kepada perintah Ilahi dan untuk memenuhi rencana Ilahi (QS.37:100-112) — membawa beliau dan ibunda beliau, Siti Hajar, ke daerah yang kering dan gersang, tempat sekarang terletak kota Mekkah.

Pada masa itu tiada satu pun tanda adanya kehidupan dan tidak ada syarat untuk dapat hidup di tempat itu (Bukhari). Tetapi Allah Swt. telah merencanakan sedemikian rupa sehingga tempat itu menjadi medan kegiatan bagi amanat terakhir dari Allah Swt. untuk umat manusia. Nabi Isma’il a.s. telah terpilih sebagai sarana untuk melaksanakan rencana Ilahi itu.

Doa Nabi Ibrahim a.s. -- Ya Tuhan kami, supaya mereka mendirikan shalat maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka“ -- telah memperoleh perwujudan yang sempurna dalam diri Nabi Besar Muhammad saw., sebab sebelum beliau hanya orang-orang Arab sajalah yang berkunjung ke Mekkah untuk mempersembahkan kurban-kurban mereka, tetapi sesudah kedatangan beliau saw., bangsa-bangsa dari seluruh dunia mulai berkunjung ke kota itu, firman-Nya:

وَ اِذۡ بَوَّاۡنَا لِاِبۡرٰہِیۡمَ مَکَانَ الۡبَیۡتِ اَنۡ لَّا تُشۡرِکۡ بِیۡ شَیۡئًا وَّ طَہِّرۡ بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡقَآئِمِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿۲۷ وَ اَذِّنۡ فِی النَّاسِ بِالۡحَجِّ یَاۡتُوۡکَ رِجَالًا وَّ عَلٰی کُلِّ ضَامِرٍ یَّاۡتِیۡنَ مِنۡ کُلِّ فَجٍّ عَمِیۡقٍ ﴿ۙ۲۸ لِّیَشۡہَدُوۡا مَنَافِعَ لَہُمۡ وَ یَذۡکُرُوا اسۡمَ اللّٰہِ فِیۡۤ اَیَّامٍ مَّعۡلُوۡمٰتٍ عَلٰی مَا رَزَقَہُمۡ مِّنۡۢ بَہِیۡمَۃِ الۡاَنۡعَامِ ۚ فَکُلُوۡا مِنۡہَا وَ اَطۡعِمُوا الۡبَآئِسَ الۡفَقِیۡرَ ﴿۫۲۹ ثُمَّ لۡیَقۡضُوۡا تَفَثَہُمۡ وَ لۡیُوۡفُوۡا نُذُوۡرَہُمۡ وَ لۡیَطَّوَّفُوۡا بِالۡبَیۡتِ الۡعَتِیۡقِ ﴿۳۰

Dan ingatlah ketika Kami menempatkan Ibrahim di tempat rumah Allah dan berfirman: “Janganlah mempersekutukan Aku dengan sesuatu, dan bersihkanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang thawaf, yang berdiri tegak dan orang-orang yang rukuk serta sujud. Dan umumkanlah kepada manusia untuk ibadah haji, mereka akan datang kepada engkau berjalan kaki dan menunggang unta yang kurus, datang dari segenap penjuru yang jauh-jauh. Supaya mereka dapat menyaksikan manfaat-manfaatnya bagi mereka, dan dapat mengingat nama Allah selama hari-hari yang ditetapkan atas apa yang telah Dia rezekikan kepada mereka dari binatang ternak berkaki empat. Maka makanlah darinya dan berilah makan orang-orang sengsara, dan fakir. Kemudian hendaklah mereka membersihkan kekotoran mereka, memenuhi nazar-nazar mereka, dan bertawaf di sekeliling Rumah Kuno itu.” (Al-Hajj [22]:27-30).

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid


Tidak ada komentar:

Posting Komentar