Senin, 17 Oktober 2011

Lemahnya "Naungan Duniawi" Para penentang Rasul Allah


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XIX


Tentang

Lemahnya "Naungan Duniawi" para Penentang Rasul Allah

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


فَکَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ بِئۡرٍ مُّعَطَّلَۃٍ وَّ قَصۡرٍ مَّشِیۡدٍ ﴿۴۶ اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ وَ لٰکِنۡ تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ ﴿۴۷

Dan berapa banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya sedang berbuat zalim lalu [dinding-dindingnya] jatuh atas atapnya, dan sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang menjulang tinggi. Maka apakah mereka tidak berpesiar di bumi, lalu dengannya menjadikan hati mereka memahami atau dengannya menjadikan telinga mereka mendengar? Maka sesungguhnya bukan mata yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada. (Al Hajj [22]:46-47).

Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai keadaan duniawi para Rasul Allah dan para penentangnya yang sangat bertolak-belakang, yakni bagaikan keadaan “jannah” (kebun) dan “sarang laba-laba” – baik dari segi kekuasaan duniawi, kekayaan duniawi mau pun jumlah pengikut mereka. Tetapi pada akhirnya keadaan tersebut menjadi terbalik, yakni para Rasul Allah dan para pengikutnya – yang sejak awal pun hanya bertawakkal kepada Allah Swt. -- benar-benar mendapat perlindungan Allah Swt. bagaikan berada dalam “jannah”, sedangkan para penentang mereka, yang sangat bangga akan keadaan duniawi mereka, terbukti semuanya itu bagaikan keadaan “sarang laba-laba” yang sama sekali tidak mampu memberikan perlindungan sedikitkan ketika azab Allah Swt. yang dijanjikan oleh para Rasul Allah benar-benar menimpa dan menghancur-luluhkan kaum-kaum yang durhaka tersebut, firman-Nya:

مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿۴۲ اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۴۴ وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ اِلَّا الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿۴۴

Perumpamaan orang-orang yang mengambil penolong-penolong selain Allah adalah seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui. Sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu apa pun yang mereka seru selain-Nya, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dan itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami kemukakan bagi manusia, dan sekali-kali tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-Ankabut [29]:42-44).

Masalah keesaan Tuhan (Allah Swt,) yang menjadi pembahasan terutama Surah Al-Ankabuut diakhiri oleh ayat di atas, dengan sebuah tamsil (perumpamaan) yang indah sekali, dan menjelaskan kepada kaum musyrik ketololan, kesia-siaan, dan kepalsuan kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan syirik mereka. Mereka itu rapuh bagaikan sarang laba-laba dan tidak dapat bertahan terhadap kecaman akal sehat.

Keadaan Akhir Terjadi Sebaliknya

Ada pun yang menarik adalah bahwa sebelum mengemukakan ayat tentang perumpamaan lemahnya sarang laba-laba” tersebut Allah Swt. telah mengemukakan kehancuran kaum-kaum purbakala yang mendustakan serta menentang para Rasul Allah yang diutus dari kalangan kaumnya sendiri dengan berbagai bentuk azab Ilahi, firman-Nya, kenyataan tersebut membuktikan “tuhan-tuhan palsu” yang mereka sembah selain Allah Swt. terbukti tidak memiliki kekuasaan apa pun untuk melindungi mereka dari berbagai azab Allah Swt., firman-Nya:

فَکُلًّا اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَظۡلِمَہُمۡ وَ لٰکِنۡ کَانُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿۴۱

Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya, di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di antara mereka ada yang disambar oleh petir, di antara mereka ada yang Kami benamkan di bumi, di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak berbuat zalim terhadap mereka, tetapi mereka menzalimi diri mereka sendiri. (Al-Ankabuut [29]:41)

Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman yang ditimpakan lawan-lawan berbagai nabi Allah pada zamannya masing-masing Azab yang melanda kaum ‘Aad digambarkan sebagai badai pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan ledakan dahsyat (QS.69:6); azab yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s. sebagai batu-batu tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab yang menimpa Midian, kaum Nabi Syu’aib a.s. sebagai gempa bumi (QS.7:92; QS.29:38); ledakan (QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang (QS.26:190). Terakhir dari semua itu ialah azab Ilahi yang menimpa Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun (Qorah), dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan dengan ungkapan, “Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51; QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).

Berikut firman Allah Swt. mengenai kesia-siakan berbagai bentuk "naungan duniawi" yang mereka bangga-banggakan dalam menentang para Rasul Allah:

قَدۡ مَکَرَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَاَتَی اللّٰہُ بُنۡیَانَہُمۡ مِّنَ الۡقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَیۡہِمُ السَّقۡفُ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ وَ اَتٰىہُمُ الۡعَذَابُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿۲۷ ثُمَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ یُخۡزِیۡہِمۡ وَ یَقُوۡلُ اَیۡنَ شُرَکَآءِیَ الَّذِیۡنَ کُنۡتُمۡ تُشَآقُّوۡنَ فِیۡہِمۡ ؕ قَالَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ اِنَّ الۡخِزۡیَ الۡیَوۡمَ وَ السُّوۡٓءَ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿ۙ۲۸

Sungguh orang-orang yang sebelum mereka telah membuat makar lalu Allah mendatangi landasan-landasan bangunannya maka atap dari atas mereka runtuh menimpa mereka, dan kepada mereka datang azab dari arah yang tidak mereka ketahui. Kemudian pada Hari Kiamat Dia akan menghinakan mereka dan Dia akan berfirman: Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu yang senantiasa kamu gunakan untuk menentang [rasul-rasul-Ku]?” Orang-orang yang telah diberi ilmu akan berkata: “Sesungguhnya ini hari kehinaan dan musibah atas orang-orang kafir.” (Al-Nahl [16]:27-28).

Bukanlah kehancuran biasa yang melanda musuh-musuh para nabi yang terdahulu itu. Mereka dibinasakan dari dahan sampai ke akar-akarnya. Landasan gedung-gedung yang telah mereka bangun itu sendiri, dan tembok-tembok serta atap-atapnya runtuh menimpa mereka, dengan perkataan lain, baik pemimpin-pemimpinnya maupun pengikut-pengikut mereka tidak ada yang selamat.

Seperti "Binatang ternak"

Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. berikut ini mengenai kehancuran hebat yang menimpa kaum-kaum purbakala akibat mendustakan dan menentang para Rasul Allah:

فَکَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ بِئۡرٍ مُّعَطَّلَۃٍ وَّ قَصۡرٍ مَّشِیۡدٍ ﴿۴۶ اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ فَاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ وَ لٰکِنۡ تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ ﴿۴۷

Dan berapa banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya sedang berbuat zalim lalu [dinding-dindingnya] jatuh atas atapnya, dan sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang menjulang tinggi. Maka apakah mereka tidak berpesiar di bumi, lalu dengannya menjadikan hati mereka memahami atau dengannya menjadikan telinga mereka mendengar? Maka sesungguhnya bukan mata yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada. (Al Hajj [22]:46-47).

Dari ayat ini jelas bahwa orang-orang mati, orang-orang buta, dan orang-orang tuli, yang dibicarakan di sini atau di tempat lain dalam Al-Quran ialah, orang-orang yang ditilik dari segi ruhani telah mati, buta, dan tuli, sebagaimana yang dikemukakan firman Allah Swt. berikut ini:

وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ فَاِنَّ لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ اَعۡمٰی ﴿۱۲۵

Dan barangsiapa ber­paling dari mengingat Aku maka sesungguhnya baginya ada kehidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. (Thaa Haa [20]:125).

Firman-Nya lagi:

وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ سَبِیۡلًا ﴿۷۳

Dan barangsiapa buta di [dunia] ini maka di akhirat pun ia akan buta juga dan bahkan lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:72-73).

Mereka yang tidak mempergunakan mata ruhani mereka dengan cara yang wajar di dunia ini akan tetap luput dari penglihatan ruhani di alam akhirat. Al-Quran menyebut mereka yang tidak merenungkan Tanda-tanda Allah serta tidak memperoleh manfaat darinya “buta”. Orang-orang seperti itu di alam akhirat pun akan tetap dalam keadaan buta.

Menurut Allah Swt. orang-orang yang seperti itu lebih buruk daripada “binatang ternak”, karena kadang-kadang binatang ternak walau pun tidak mengerti apa yang dikatakan para penggembala, akan tetapi binatang-binatang ternak tersebut mampu merespon apa yang dikehendaki oleh para penggembala tersebut dengan teriakan atau kata-kata atau pun gerakan-gerakan yang dilakukan penggembalanya, firman-Nya:

وَ لَقَدۡ ذَرَاۡنَا لِجَہَنَّمَ کَثِیۡرًا مِّنَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ ۫ۖ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ لَّا یَفۡقَہُوۡنَ بِہَا ۫ وَ لَہُمۡ اَعۡیُنٌ لَّا یُبۡصِرُوۡنَ بِہَا ۫ وَ لَہُمۡ اٰذَانٌ لَّا یَسۡمَعُوۡنَ بِہَا ؕ اُولٰٓئِکَ کَالۡاَنۡعَامِ بَلۡ ہُمۡ اَضَلُّ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡغٰفِلُوۡنَ ﴿۱۷۹

Dan sungguh Kami benar-benar telah menjadikan untuk penghuni Jahannam banyak di antara jin dan ins (manusia), mereka memiliki hati tetapi mereka tidak mengerti dengannya, mereka memiliki mata tetapi mereka tidak melihat dengannya, mereka memiliki telinga tetapi mereka tidak mendengar dengannya, mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-‘Araaf [7]:180).

Huruf lam (laa) di sini lam ‘aqibat yang menyatakan kesudahan atau akibat. Dengan demikian ayat ini tidak ada hubungannya dengan tujuan kejadian manusia melainkan hanya menyebutkan kesudahan yang patut disesalkan mengenai kehidupan kebanyakan ins (manusia) dan jin. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kata jin itu juga mempunyai arti golongan manusia yang istimewa, yakni penguasa-penguasa atau pemuka-pemuka atau orang-orang besar. Dari cara mereka menjalani hidup mereka dalam berbuat dosa dan kedurhakaan nampak seolah-olah mereka telah diciptakan untuk masuk neraka. Allah Swt. berfirman mengenai orang-orang yang indera-indera ruhaninya tidak berfungsi seperti itu:

وَ مَثَلُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا کَمَثَلِ الَّذِیۡ یَنۡعِقُ بِمَا لَا یَسۡمَعُ اِلَّا دُعَآءً وَّ نِدَآءً ؕ صُمٌّۢ بُکۡمٌ عُمۡیٌ فَہُمۡ لَا یَعۡقِلُوۡنَ ﴿۱۷۲

Dan perumpamaan keadaan orang-orang kafir itu seperti seseorang yang berteriak kepada sesuatu yang tidak dapat mendengar kecuali hanya panggilan dan seruan belaka. Mereka tuli, bisu, dan buta, karena itu mereka tidak mengerti. (Al-Baqarah [2]:172).

Nabi Besar Muhammad saw. – dan juga para Rasul Allah -- menyampaikan Amanat Allah Swt. kepada orang-orang kafir. Beliau itu penyeru dan mereka mendengar suara beliau, tetapi tidak berusaha menangkap maknanya. Kata-kata (seruan) beliau seolah-olah sampai kepada telinga orang tuli dengan berakibat bahwa kemampuan ruhani mereka menjadi sama sekali rusak dan martabat mereka jatuh sampai ke taraf keadaan hewan dan binatang ternak(QS.7:180; QS.25:45) yang hanya mendengar teriakan si pengembala, tetapi tak mengerti apa yang dikatakannya, firman-Nya:

اَمۡ تَحۡسَبُ اَنَّ اَکۡثَرَہُمۡ یَسۡمَعُوۡنَ اَوۡ یَعۡقِلُوۡنَ ؕ اِنۡ ہُمۡ اِلَّا کَالۡاَنۡعَامِ بَلۡ ہُمۡ اَضَلُّ سَبِیۡلًا ﴿۴۴

Ataukah engkau menyangka bahwa sesungguhnya kebanyakan dari mereka mendengar atau mengerti? Mereka tidak lain melainkan seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat dari jalannya. (Al-Furqaan [25]:45).

Keinginan-keinginan, lamunan-lamunan, dan khayalan-khayalannya sendiri itulah yang pada umumnya orang puja (sembah) lebih dari apa pun, dan inilah yang menjadi batu penghalang baginya untuk menerima kebenaran. Dalam intelek atau akal, manusia boleh jadi telah jauh maju, sehingga ia tidak membungkukkan diri di hadapan batu-batu dan bintang-bintang, akan tetapi ia belum mengatasi pemujaannya terhadap cita-cita, prasangka-prasangka, dan khayalan-khayalannya yang palsu.

Pemujaan berhala-berhala yang bersemayam dalam hatinya itulah yang dicela di sini. Daripada ia memanfaatkan kemampuan-kemampuannya yang dianugerahkan Allah Swt. untuk berpikir dan mendengar, dan yang seharusnya membantu manusia mengenal dan menyadari kebenaran, malah ia meraba-raba dalam kegelapan. Pada saat itu jatuhlah ia ke taraf hidup bagaikan binatang ternak, bahkan lebih rendah dari itu, sebab binatang ternak tidak diberi kemampuan memilih dan membedakan, sedang manusia diberi daya itu.

Sikap buruk tidak memanfaatkan kemampuan-kemampuan indera-indera ruhani seperti itulah yang akan disesali oleh diri mereka ketika mereka harus menjadi penghuni neraka jahannam, firman-Nya:

تَکَادُ تَمَیَّزُ مِنَ الۡغَیۡظِ ؕ کُلَّمَاۤ اُلۡقِیَ فِیۡہَا فَوۡجٌ سَاَلَہُمۡ خَزَنَتُہَاۤ اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ نَذِیۡرٌ ﴿۹ قَالُوۡا بَلٰی قَدۡ جَآءَنَا نَذِیۡرٌ ۬ۙ فَکَذَّبۡنَا وَ قُلۡنَا مَا نَزَّلَ اللّٰہُ مِنۡ شَیۡءٍ ۚۖ اِنۡ اَنۡتُمۡ اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ کَبِیۡرٍ ﴿۱۰ وَ قَالُوۡا لَوۡ کُنَّا نَسۡمَعُ اَوۡ نَعۡقِلُ مَا کُنَّا فِیۡۤ اَصۡحٰبِ السَّعِیۡرِ ﴿۱۱ فَاعۡتَرَفُوۡا بِذَنۡۢبِہِمۡ ۚ فَسُحۡقًا لِّاَصۡحٰبِ السَّعِیۡرِ ﴿۱۲

Hampir-hampir neraka itu pecah karena marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekelompok orang kafir, penjaga-penjaganya akan bertanya kepada mereka: “Apakah tidak pernah datang kepada kamu seorang Pemberi peringatan?” Mereka berkata: “Benar, sungguh telah datang kepada kami seorang Pemberi peringatan tetapi kami mendustakannya dan kami berkata: “Allah sekali-kali tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain melainkan di dalam kesesatan yang besar.” Dan mereka berkata: “Seandainya kami mendengarkan atau mempergunakan akal, tentu kami tidak akan termasuk penghuni Api yang menyala-nyala.” Maka mereka mengakui dosa-dosa mereka, maka kebinasaanlah bagi para penghuni Api yang menyala-nyala. (Al-Mulk [67]:9-12).

Saling Menyalahkan

Kenyataan tersebut membuat para penyembah "tuhan-tuhan palsu" dari kalangan ins (manusia awam) akan menyalahkan jin-jin (para pembesar kaum) serta meminta pertanggungjawaban janji-janji mereka, firman-Nya:

وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ بِہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ وَ لَا بِالَّذِیۡ بَیۡنَ یَدَیۡہِ ؕ وَ لَوۡ تَرٰۤی اِذِ الظّٰلِمُوۡنَ مَوۡقُوۡفُوۡنَ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ ۚۖ یَرۡجِعُ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضِۣ الۡقَوۡلَ ۚ یَقُوۡلُ الَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا لَوۡ لَاۤ اَنۡتُمۡ لَکُنَّا مُؤۡمِنِیۡنَ ﴿۳۲ قَالَ الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا لِلَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡۤا اَنَحۡنُ صَدَدۡنٰکُمۡ عَنِ الۡہُدٰی بَعۡدَ اِذۡ جَآءَکُمۡ بَلۡ کُنۡتُمۡ مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿۳۳ وَ قَالَ الَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا بَلۡ مَکۡرُ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ اِذۡ تَاۡمُرُوۡنَنَاۤ اَنۡ نَّکۡفُرَ بِاللّٰہِ وَ نَجۡعَلَ لَہٗۤ اَنۡدَادًا ؕ وَ اَسَرُّوا النَّدَامَۃَ لَمَّا رَاَوُا الۡعَذَابَ ؕ وَ جَعَلۡنَا الۡاَغۡلٰلَ فِیۡۤ اَعۡنَاقِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ ہَلۡ یُجۡزَوۡنَ اِلَّا مَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿۳۴ وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنَا فِیۡ قَرۡیَۃٍ مِّنۡ نَّذِیۡرٍ اِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوۡہَاۤ ۙ اِنَّا بِمَاۤ اُرۡسِلۡتُمۡ بِہٖ کٰفِرُوۡنَ ﴿۳۵ وَ قَالُوۡا نَحۡنُ اَکۡثَرُ اَمۡوَالًا وَّ اَوۡلَادًا ۙ وَّ مَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِیۡنَ ﴿۳۶ قُلۡ اِنَّ رَبِّیۡ یَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ یَّشَآءُ وَ یَقۡدِرُ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٪۳۷

Dan orang-orang kafir berkata: “Kami tidak akan pernah percaya kepada Al-Quran ini, dan tidak pula kepada [Kitab-kitab] yang sebelumnya.” Dan seandainya engkau dapat melihat ketika orang-orang zalim itu akan disuruh berdiri di hadapan Rabb (Tuhan) mereka, seraya mereka melemparkan tuduhan kepada satu sama lain, berkata orang-orang yang dianggap lemah kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Seandainya tidak karena kamu, kami pasti telah menjadi orang-orang yang beriman.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: “Apakah kami telah menghalangi kamu dari petunjuk, setelah petunjuk itu datang kepada kamu? Tidak, bahkan kamu sendirilah orang-orang yang berdosa.” Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Tidak, bahkan itu adalah makar buruk kamu malam dan siang, ketika kamu menyuruh kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan tuhan-tuhan tandingan bagi-Nya.” Dan mereka akan menyembunyikan penyesalan ketika mereka menyaksikan azab itu, dan Kami akan mengenakan belenggu pada leher orang-orang kafir itu. Mereka tidak akan dibalas melainkan untuk apa yang telah mereka kerjakan. Dan Kami sekali-kali tidak mengirimkan seorang pemberi peringatan (Rasul) ke suatu negeri, melainkan orang-orang kaya negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami tidak percaya terhadap apa yang kamu diutus.” Dan mereka berkata: “Kami memiliki lebih banyak harta kekayaan dan anak-anak, dan kami sekali-kali tidak akan diazab.” Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhan-ku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al-Saba’ [34]:32-37).

Mengenai penyesalan para penentang Rasul Allah tersebut dalam Surah Al- Furqaan Allah Swt. berfirman:

اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿۲۶﴾وَ یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿۲۷﴾یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًالَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ بَعۡدَ اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿۳۰﴾وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿۳۱

Kerajaan yang haq pada hari itu milik [Tuhan] Yang Maha Pemurah, dan azab pada hari itu atas orang-orang kafir sangat keras. Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata: Wahai alangkah baik-nya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul itu. Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak menjadikan si fulan itu sahabat. Sungguh ia benar-benar telah melalaikanku dari pemberi peringatan sesudah ia datang kepadaku.” Dan syaitan selalu menelantarkan manusia. Dan Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.” Dan demikianlah Kami telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Tuhan engkau sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong. (Al-Furqaan [25]:27-32).

Ayat 30 dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang. Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini. Ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw. yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa sekarang inilah saat yang dimaksudkan itu.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid



Tidak ada komentar:

Posting Komentar