Kamis, 06 Oktober 2011

Hakikat Terpedayanya Nabi Adam a.s. dan Istrinya Oleh Tipudaya Syaitan


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XII


Tentang

Hakikat Terpedayanya Nabi Adam a.s. dan Istrinya Oleh Tipudaya Syaitan

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


وَ قُلۡنَا یٰۤاٰدَمُ اسۡکُنۡ اَنۡتَ وَ زَوۡجُکَ الۡجَنَّۃَ وَ کُلَا مِنۡہَا رَغَدًا حَیۡثُ شِئۡتُمَا ۪ وَ لَا تَقۡرَبَا ہٰذِہِ الشَّجَرَۃَ فَتَکُوۡنَا مِنَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿۳۶ فَاَزَلَّہُمَا الشَّیۡطٰنُ عَنۡہَا فَاَخۡرَجَہُمَا مِمَّا کَانَا فِیۡہِ ۪ وَ قُلۡنَا اہۡبِطُوۡا بَعۡضُکُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ ۚ وَ لَکُمۡ فِی الۡاَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ وَّ مَتَاعٌ اِلٰی حِیۡنٍ ﴿۳۷

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, tinggallah engkau dan isteri engkau dalam jannah (kebun) ini, dan makanlah darinya sesuka hati di mana pun kamu berdua kehendaki, tetapi janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, maka [jika tidak mentaati] kamu berdua akan menjadi orang-orang zalim.” Tetapi syaitan telah menggelincirkan keduanya darinya dan ia mengeluarkan keduanya dari keadaan mereka semua. Dan Kami berfirman: “Pergilah kamu kamu [semua dari sini], sebagian dari kamu adalah musuh bagi yang lain, dan bagimu di bumi ini tempat kediaman dan bekal hidup sampai masa tertentu (Al-Baqarah [2]:36-37).

Kalimat pertama dalam ayat ini berarti bahwa, suatu wujud atau orang yang bersifat syaitan membujuk Adam a.s. dan istrinya keluar dari keadaan mereka itu ditempatkan di suatu wilayah yang disebut jannah (kebun) -- yang karena kesuburannya maka orang-orang yang tinggal di dalamnya digambarkan dalam Al-Quran “engkau tidak akan disengat panas matahari” (QS.20:117-120) -- sehingga dengan terpedayanya Adam a.s. dan istrinya menjauhkan mereka dari kesenangan atau kemudahan hidup yang dinikmati mereka.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab-bab sebelumnya bahwa makhluk yang menipu dan menjerumuskan Adam a.s. ke dalam kesusahan itu adalah syaitan atau manusia syaitan, dan bukan iblis yang dituturkan menolak mengkhidmati Adam a.s.. Jadi syaitan dalam ayat diawal Bab ini tidak menunjuk kepada iblis, melainkan kepada seseorang lain dari kaum di zaman Adam a.s. yang adalah musuhnya. Kesimpulan ini selanjutnya didukung oleh QS.17:66 yang menurut ayat itu iblis tidak mempunyai daya apa-apa terhadap Adam a.s..

Kata syaitan mempunyai arti lebih luas daripada iblis, sebab iblis adalah nama yang diberikan kepada ruh jahat yang tergolong kepada jin (QS.18:51) dan yang menolak mengkhidmati Adam a.s. dan yang kemudian menjadi pemimpin dan wakil kekuatan-kekuatan jahat di alam semesta. Syaitan adalah tiap-tiap wujud atau sesuatu yang jahat dan berbahaya maupun berupa ruh atau manusia atau binatang atau penyakit atau tiap sesuatu yang lain.

Jadi iblis itu syaitan, kawan-kawan pun dan sekutu-sekutu iblis pun syaitan pula; musuh-musuh kebenaran pun syaitan, orang-orang jahat juga syaitan, binatang-binatang yang memudaratkan dan penyakit-penyakit berbahaya pun syaitan pula. Al-Quran, hadits, dan pustaka Arab penuh dengan contoh-contoh dimana kata syaitan dengan bebas dipergunakan mengenai sesuatu atau segala sesuatu itu.

Perlu juga diketahui bahwa sebagaimana digambarkan dalam Bible (Kejadian 3:1-24) bahwa syaitan itu tidak langsung menipu Adam a.s., melainkan dengan perantaraan "istrinya", yang dalam bahasa kiasan yang dimaksud istri nabi (rasul) Allah adalah kaumnya. Contohnya kaum-kaum Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. yang mendustakan serta menentang kedua Rasul Allah tersebut dimisalkan sebagai istri-istri durhaka dari Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s., firman-Nya:

ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿۱۱

Allah mengemukakan istri Nuh dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (Al-Tahrim [66]:11).

Orang-orang kafir diumpamakan seperti istri Nabi Nuh a.s. dan istri Nabi Luth a.s. yang tidak mempercayai kenabian kedua suami mereka itu, untuk menunjukkan bahwa persahabatan atau pergaulan dengan orang bertakwa -- malahan nabi Allah sekalipun -- tidak berfaedah bagi orang yang mempunyai kecenderungan buruk menolak kebenaran. Demikian pula yang dimaksud dengan “istri Adam” pun pada hakikatnya bukan merujuk kepada istri hakiki beliau melainkan kepada kaum beliau, yang melalui kaum Nabi Adam a.s. itulah “manusia syaitan” melancarkan tipu-dayanya untuk menghancurkan jemaat (jama’ah) atau para pengikut Nabi Adam a.s., sehingga timbul pertentangan dan perpecahan di kalangan para pengikut Nabi Adam a.s..

Sebagai akibat penolakan Nabi Adam a.s. terhadap ajakan-ajakan syaitan terjadilah perpecahan di antara kaum beliau, sehingga menyebabkan beliau sangat sedih dan cemas hati. Nabi Adam a.s. dan istrinya menyadari bahwa dengan mengikuti ajakan buruk syaitan itu mereka telah membuat kesalahan besar dan telah menjerumuskan diri mereka ke dalam keadaan yang amat sulit.

Dengan demikian jelaslah bahwa firman Allah yang menyatakan bahwa akibat tipu-daya syaitan maka “aurat” keduanya menjadi terbuka (QS.7:23), tidak berarti bahwa kelemahan mereka telah dimaklumi (diketahui) orang lain, tetapi yang dimaksudkan hanyalah bahwa Adam a.s. dan istrinya menjadi sadar akan kelemahan mereka itu, firman-Nya:

فَدَلّٰىہُمَا بِغُرُوۡرٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَۃَ بَدَتۡ لَہُمَا سَوۡاٰتُہُمَا وَ طَفِقَا یَخۡصِفٰنِ عَلَیۡہِمَا مِنۡ وَّرَقِ الۡجَنَّۃِ ؕ وَ نَادٰىہُمَا رَبُّہُمَاۤ اَلَمۡ اَنۡہَکُمَا عَنۡ تِلۡکُمَا الشَّجَرَۃِ وَ اَقُلۡ لَّکُمَاۤ اِنَّ الشَّیۡطٰنَ لَکُمَا عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ ﴿۲۳


Lalu ia (syaitan), membujuk kedua mereka itu dengan tipu-daya, maka tatkala keduanya merasai buah pohon itu tampaklah kepada keduanya aurat mereka berdua dan mulailah keduanya menutupi diri mereka dengan daun-daun jannah (kebun) itu. Dan keduanya diseru oleh Tuhan mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari [mendekati] pohon itu dan Aku telah katakan kepada kamu berdua bahwa sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (Al-‘Araaf [7]:23).


Hanya Kesalahan Pertimbangan, Bukan Kedurhakaan

Dengan demikian jelaslah bahwa kesalahan yang dilakukan Adam a.s. dan istrinya bukan dalam bentuk melakukan kedurhakaan secara sengaja terhadap larangan atau peringatan Allah Swt., melainkan hanya semata-mata karena kelemahan dalam mempertimbangkan bujuk-rayu syaitan yang sangat meyakinkan, sebagaiman ayang dikemukakan dalam ayat sebelumnya (QS7:21-22).

Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman Allah Swt. berikut ini sehubungan nasihat Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai pentingnya memohon tambahan ilmu pengetahuan kepada Allah Swt. :

وَ کَذٰلِکَ اَنۡزَلۡنٰہُ قُرۡاٰنًا عَرَبِیًّا وَّ صَرَّفۡنَا فِیۡہِ مِنَ الۡوَعِیۡدِ لَعَلَّہُمۡ یَتَّقُوۡنَ اَوۡ یُحۡدِثُ لَہُمۡ ذِکۡرًا ﴿۱۱۳ فَتَعٰلَی اللّٰہُ الۡمَلِکُ الۡحَقُّ ۚ وَ لَا تَعۡجَلۡ بِالۡقُرۡاٰنِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یُّقۡضٰۤی اِلَیۡکَ وَحۡیُہٗ ۫ وَ قُلۡ رَّبِّ زِدۡنِیۡ عِلۡمًا ﴿۱۱۴ وَ لَقَدۡ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اٰدَمَ مِنۡ قَبۡلُ فَنَسِیَ وَ لَمۡ نَجِدۡ لَہٗ عَزۡمًا ﴿۱۱۵﴾٪

Dan demikianlah Kami telah menurunkannya Al-Quran dalam bahasa Arab dan Kami telah menerangkan berulang-ulang di dalamnya berbagai macam ancaman supaya mereka bertakwa atau [supaya] perkataan ini mengingatkan mereka. Maka Mahatinggi Allah, Raja Yang Haq. Dan janganlah engkau tergesa-gesa membaca Al-Quran sebelum pewahyuannya dilengkapkan kepada engkau, dan katakanlah: "Ya Tuhan‑ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan? Dan sungguh Kami benar-benar telah membuat perjanjian dengan Adam sebelum ini tetapi ia telah lupa dan Kami tidak mendapatkan padanya tekad untuk berbuat dosa. (Thaa Haa [20]:114-116).

Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah bersabda: "Carilah ilmu pengetahuan sekalipun mungkin ditemukannya jauh di rantau Cina" (Shagir, jilid I). Di tempat lain dalam Al-Quran telah dilukiskan sebagai "karunia Allah yang sangat besar" (2:270 & 4:114). Ilmu itu ada dua macam: (a) ilmu yang dianugerahkan kepada manusia dengan perantaraan wahyu dan yang telah mencapai kesempurnaan dalam wujud Al-Quran. (b) ilmu yang didapatkan oleh manusia dengan usaha dan jerih-payahnya sendiri.

Ayat 166 menunjukkan bahwa kealpaan Nabi Adam a.s. hanyalah disebabkan oleh kekeliruan dalam pertimbangan. Kekeliruan itu tanpa disengaja dan sama sekali tidak dengan suatu niat atau kehendak. Manusia tidak luput dari kesalahan atau pun salah pertimbangan.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar