Sabtu, 08 Oktober 2011


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XIV


Tentang

Hakikat "Kalimat" yang Diajarkan Allah Swt. Kepada Adam a.s. Setelah Hijrah dari Jannah

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَاۤ اَنۡفُسَنَا ٜ وَ اِنۡ لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَ تَرۡحَمۡنَا لَنَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿۲۴ قَالَ اہۡبِطُوۡا بَعۡضُکُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ ۚ وَ لَکُمۡ فِی الۡاَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ وَّ مَتَاعٌ اِلٰی حِیۡنٍ ﴿۲۵ قَالَ فِیۡہَا تَحۡیَوۡنَ وَ فِیۡہَا تَمُوۡتُوۡنَ وَ مِنۡہَا تُخۡرَجُوۡنَ ﴿٪۲۶


Keduanya berkata: ”Wahai Tuhan kami, kami telah berlaku zalim terhadap diri kami, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan mengasihi kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang rugi.” Dia berfirman:”Pergilah kamu [semua dari sini], sebagian kamu adalah musuh bagi sebagian lain, dan bagimu di bumi ini tempat tinggal dan bekal hidup sampai masa tertentu.” Dia berfirman: ”Di dalamnya kamu akan hidup dan di dalamnya kamu akan mati, dan darinya kamu akan dikeluarkan.” (Al-‘Araaf [7]:24-26).

Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa pelanggaran yang dilakukan Adm a.s. dan istrinya secara tidak disengaja melainkan semata-mata akibat salah pertimbangan terhadap bujuk-rayu atau tipu-daya syaitan yang sangat meyakinkan, karena itu setelah Adam dan istrinya diperintahkan hijrah dari jannah (kebun) ke sebuah wilayah di sebelah timur jannah atau "taman Eden" lalu Allah Swt. mengajarkan sebuah kalimat yang melalui kalimat permohonan ampun tersebut Allah Swt. menerima permintaan ampun dari Adam a.s. dan istrinya dan memberinya karunia, yakni menganugerahkan martabat kenabian kepada beliau, firman-Nya:

فَتَلَقّٰۤی اٰدَمُ مِنۡ رَّبِّہٖ کَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَیۡہِ ؕ اِنَّہٗ ہُوَ التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ ﴿۳۹

Lalu Adam mempelajari beberapa kalimat [doa] dari Tuhan-nya, maka Dia menerima taubatnya, sesungguhnya Dia benar-benar Maha Penerima taubat, Maha Penyayang. (Al-‘Araf [7]:24).

Firman berikut ini lebih menjelaskan yang dimaksud “kalimat” yang dipelajari oleh Adam a.s. dari Allah Swt., yakni doa mohon pengampunan:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَاۤ اَنۡفُسَنَا ٜ وَ اِنۡ لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَ تَرۡحَمۡنَا لَنَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿۲۴

Keduanya berkata: ”Wahai Tuhan kami, kami telah berlaku zalim terhadap diri kami, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan mengasihi kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang rugi.” (Al-‘Araaf [7]:24).

Kemudian Allah Swt. memerintahkan Adam dan istrinya atau para pengikutnya untuk hijrah sementara dari jannah -- yang disalahtafsirkan oleh banyak ahti tafsir Al-Quran dan Bible sebagai diusir dari surga -- Dia berfirman:

قَالَ اہۡبِطُوۡا بَعۡضُکُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ ۚ وَ لَکُمۡ فِی الۡاَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ وَّ مَتَاعٌ اِلٰی حِیۡنٍ ﴿۲۵ قَالَ فِیۡہَا تَحۡیَوۡنَ وَ فِیۡہَا تَمُوۡتُوۡنَ وَ مِنۡہَا تُخۡرَجُوۡنَ ﴿٪۲۶

Dia berfirman:”Pergilah kamu [semua dari sini], sebagian kamu adalah musuh bagi sebagian lain, dan bagimu di bumi ini tempat tinggal dan bekal hidup sampai masa tertentu.” Dia berfirman: ”Di dalamnya kamu akan hidup dan di dalamnya kamu akan mati, dan darinya kamu akan dikeluarkan.” (Al-‘Araaf [7]:25-26).

Adam a.s. segera menyadari kekeliruan beliau lalu cepat-cepat kembali rujuk kepada Allah Swt. bertaubat. Sesungguhnya kesalahan Adam a.s. terletak pada anggapan beliau bahwa "manusia syaitan" itu bermaksud baik, sungguhpun Allah Swt. telah memperingatkan beliau agar jangan berurusan dengan orang itu.

Tidak Ada Manusia Bumi yang Hidup di Langit

Ungkapan kalimat “pergilah kamu [semua]” menunjukkan bahwa Adam a.s. diperintahkan supaya berhijrah dari tanah tumpah darah (tanah air) beliau, sebab suasana permusuhan dan benci-membenci telah tumbuh di tengah berbagai anggota jemaat beliau. Hal itu merupakan bukti lebih lanjut tentang kenyataan bahwa “kebun” yang daripadanya Adam a.s. keluar itu, bukanlah surga.

Rupa-rupanya Adam a.s. berhijrah dari Mesopotamia, tanah kelahiran beliau, ke negeri yang berdekatan, yang menurut Bible letaknya sebelah timur “Taman Eden” atau “jannah” (Kejadian 3:23-24). Hijrah tersebut barangkali bersifat sementara dan beliau agaknya telah kembali lagi ke negeri tempat asal, tidak lama sesudah itu.

Sungguh, kata-kata bekal hidup sampai suatu masa tertentu mengandung isyarat halus tentang hijrah yang bersifat sementara itu. Adam a.s. diperingatkan dalam ayat ini agar berhati-hati di masa depan, sebab adalah di tanah air sendirilah beliau harus tinggal untuk selama-lamanya.

Jika diartikan secara umum ayat ini mengisyaratkan bahwa tidak ada manusia dapat naik ke langit dengan tubuh kasarnya. Manusia harus hidup dan mati di bumi ini juga. Penjelasan lebih lanjut mengenai masalah ini Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran:

اَلَمۡ نَجۡعَلِ الۡاَرۡضَ کِفَاتًا ﴿ۙ۲۶ اَحۡیَآءً وَّ اَمۡوَاتًا ﴿ۙ۲۷

Tidakkah Kami menjadikan bumi cukup menampung bagi yang hidup dan yang mati? (Al-Mursalaat [77]:26-27).

Segala makhluk hidup di bumi apabila makhluk-makhluk itu mati maka sisa-sisa jasad kasar mereka tetap tinggal di bumi dalam suatu bentuk atau lain. Ayat ini dapat juga mengisyaratkan kepada hukum gravitasi (gaya tarik bumi) atau kepada gerak putar bumi pada sumbunya atau peredarannya mengelilingi matahari. Kata kifaat dapat pula berarti bahwa segala keperluan jasmani manusia telah terpenuhi di bumi.

Oleh karena Bani Israil hingga kini tetap tinggal di permukaan bumi ini maka kepercayaan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diangkat hidup-hidup dengan jasad kasarnya ke langit -- padahal beliau diutus hanya untuk Bani Israil (QS.3:50; QS.43:60; QS.61:7) dan hingga sekarang beliau lebih 2000 tahun dipercayai masih ada di langit -- adalah semata-mata kesalahan penafsiran dan merupakan kepercayaan jahiliyah kaum purbakala yang kembali dihidupkan (QS.9:30-33).

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab sebelumnya bahwa tidak ada peristiwa pengusiran Adam a.s. dan istrinya dari surga atau jannah , yang benar adalah perintah hijrah karena situasi di dalam jannah sudah tidak kondusif lagi bagi Adam a.s. untuk membina jemaatnya, yang akibat dari tipu-daya syaitan telah timbul perpecahan di kalangan mereka, firman-Nya:

فَوَسۡوَسَ اِلَیۡہِ الشَّیۡطٰنُ قَالَ یٰۤـاٰدَمُ ہَلۡ اَدُلُّکَ عَلٰی شَجَرَۃِ الۡخُلۡدِ وَ مُلۡکٍ لَّا یَبۡلٰی ﴿۱۲۱

Maka syaitan membisik­kan kewaswasan kepadanya. Ia ber­kata: "Hai Adam, maukah aku tunjukkan kepada engkau pohon kekekalan dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (Thaa Haa [20]:121).

Dalam QS.7:21 tipu-daya yang dikemukakan oleh syaitan tentang larangan Allah Swt. agar Adam a.s. dan istrinya tidak mendekati “pohon terlarang” adalah “supaya tidak menjadi malaikat atau menjadi orang yang hidup kekal”, sedangkan dalam ayat di atas tipu-daya syaitan “pohon kekekalan dan kerajaan yang tidak akan binasa”.

Di dunia ini tidak terdapat pohon yang disebut pohon khuld (kekekal­an). "Pohon" seperti yang disebut di sini dan di tempat-tempat lain dalam Al-Quran adalah keluarga atau suku tertentu, dan Nabi Adam a.s. dinasihati agar menjauhkan diri darinya karena anggota-anggota keluarga atau warga suku itu adalah musuh beliau. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

فَاَکَلَا مِنۡہَا فَبَدَتۡ لَہُمَا سَوۡاٰتُہُمَا وَ طَفِقَا یَخۡصِفٰنِ عَلَیۡہِمَا مِنۡ وَّرَقِ الۡجَنَّۃِ ۫ وَ عَصٰۤی اٰدَمُ رَبَّہٗ فَغَوٰی ﴿۱۲۲﴾۪ۖ

Maka keduanya makan darinya, lalu tampak­lah bagi mereka berdua kelemahan-­kelemahan mereka, dan ke­duanya menutupi badan mereka dengan waraq (daun-daun surge), dan Adam telah mendurhakai Tuhan-nya maka ia menderita. (Thaa Haa [20]:122).

Sebagai akibat penolakan Nabi Adam a.s. terhadap ajakan-ajakan syaitan terjadilah perpecahan di antara kaum beliau, sehingga menyebabkan beliau sangat sedih dan cemas hati. Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa menyadari bahwa dengan mengikuti ajakan buruk syaitan itu mereka telah membuat kesalahan besar dan telah menjerumuskan diri mereka ke dalam keadaan yang amat sulit. Ayat ini tidak berarti bahwa kelemahan mereka telah dimaklumi (diketahui) orang lain, tetapi yang dimaksudkan hanyalah bahwa Adam a.s. dan Siti Hawa sendiri menjadi sadar akan kelemahan mereka itu.

Membina Kembali Keutuhan Jemaat

Karena waraq berarti pula tunas-tunas muda suatu jemaat (Lexicon Lane), maka ayat ini bermaksud mengemukakan bahwa karena syaitan telah berhasil mendatangkan perpecahan di tengah-tengah Jemaat Nabi Adam a.s. , dan beberapa anggota yang lemah wataknya telah keluar (murtad) dari lingkungannya, maka Nabi Adam a.s. menghimpun para pemuda dan anggota-anggota jemaat beliau lainnya yang baik dan shalih. dan dengan bantuan mereka beliau menertibkan lagi kaumnya. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

ثُمَّ اجۡتَبٰہُ رَبُّہٗ فَتَابَ عَلَیۡہِ وَ ہَدٰی ﴿۱۲۳

Kemudian Tuhan-nya memilihnya maka Dia menerima taubat-nya dan memberi petunjuk. (Tha Haa [20]:123).

Ayat ini menunjukkan bahwa perbuatan melanggar perintah dari pihak Adam a.s. itu tidak disengaja dan telah terjadi secara kebetulan, sebab pelanggaran yang disengaja tidak mungkin mengakibatkan beliau malah memperoleh kehormatan besar dengan dipilih Allah Swt. untuk menerima karunia­-Nya yang istimewa. Dia berfirman lagi:

قَالَ اہۡبِطَا مِنۡہَا جَمِیۡعًۢا بَعۡضُکُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ ۚ فَاِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ مِّنِّیۡ ہُدًی ۬ۙ فَمَنِ اتَّبَعَ ہُدَایَ فَلَا یَضِلُّ وَ لَا یَشۡقٰی ﴿۱۲۴

Dia berfirman: “Pergilah kamu berdua semuanya dari sini, sebagian kamu musuh bagi sebagian yang lain. Maka apabila datang kepada kamu petunjuk dari­-Ku, lalu barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat, dan ia tidak akan menderita kesusahan. (Thaa Haa [20]:124).

Perkataan "kamu berdua" maksudnya ialah dua golongan manusia, yaitu para pengikut Nabi Adam a.s. dan murid-murid syaitan. Kata kum (kamu) dan jami’ (semua) juga menunjukkan bahwa saat itu tidak ditujukan kepada dua orang melainkan kepada dua golongan manusia atau dua partai. Hal itu jelas pula dari QS.7:25, di tempat itu telah dipakai kata jamak ihbithaa (pergilah kamu semua) dan bukan ihbitha (pergilah kamu berdua). Ringkasnya, Nabi Adam a.s. berhijrah dari Irak, tanah air beliau, ke suatu negeri tetangga. Rupanya hijrah itu hanya untuk sementara waktu saja dan besar kemungkinan tidak lama kemudian beliau kembali ke tanah air beliau yang disebut jannah. Kata-kata “dan bekal hidup sampai suatu masa tertentu” (QS.7:25) mengandung isyarat bahwa hijrah beliau itu dimaksudkan hanya untuk sementara waktu.

Makna Kedatangan Petunjuk & Kedatangan Rasul-rasul dari Kalangan Bani Adam

Ada pun maksud kalimat selanjutnya: “Maka apabila datang kepada kamu petunjuk dari­-Ku, lalu barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat, dan ia tidak akan menderita kesusahan adalah mengisyaratkan kepada firman Allah Swt. mengenai kesinambungan kedatangan para Rasul Allah dari kalangan Bani Adam, sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab-bab awal uraian ini, firman-Nya:

وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿۳۵ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿۳۶ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿۳۷

Dan bagi tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktu mereka, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya. Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antaramu yang menceritakan Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Dan aorang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-‘Araf [7]:35-37).

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar