Rabu, 26 Oktober 2011

"Jannah-jannah Lainnya di Dunia: Mekkah (6) & Pengulangan Tipu-daya Syaitan Terhadap Nabi Besar Muhammad Saw.


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian XX


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Mekkah (6) &

Pengulangan Tipu-daya Syaitan Terhadap Nabi Besar Muhammad Saw.

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


فَلَا تُطِعِ الۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿۹ وَدُّوۡا لَوۡ تُدۡہِنُ فَیُدۡہِنُوۡنَ ﴿۱۰ وَ لَا تُطِعۡ کُلَّ حَلَّافٍ مَّہِیۡنٍ ﴿ۙ۱۱ ہَمَّازٍ مَّشَّآءٍۭ بِنَمِیۡمٍ ﴿ۙ۱۲ مَّنَّاعٍ لِّلۡخَیۡرِ مُعۡتَدٍ اَثِیۡمٍ ﴿ۙ۱۳ عُتُلٍّۭ بَعۡدَ ذٰلِکَ زَنِیۡمٍ ﴿ۙ۱۴ اَنۡ کَانَ ذَا مَالٍ وَّ بَنِیۡنَ ﴿ؕ۱۵ اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿۱۶ سَنَسِمُہٗ عَلَی الۡخُرۡطُوۡمِ ﴿۱۷ اِنَّا بَلَوۡنٰہُمۡ کَمَا بَلَوۡنَاۤ اَصۡحٰبَ الۡجَنَّۃِ ۚ اِذۡ اَقۡسَمُوۡا لَیَصۡرِمُنَّہَا مُصۡبِحِیۡنَ ﴿ۙ۱۸ وَ لَا یَسۡتَثۡنُوۡنَ ﴿۱۹﴾ فَطَافَ عَلَیۡہَا طَآئِفٌ مِّنۡ رَّبِّکَ وَ ہُمۡ نَآئِمُوۡنَ ﴿۲۰

Maka janganlah engkau mengikuti mereka yang mendustakan. Mereka menginginkan engkau bersikap lunak, supaya mereka pun bersikap lunak. Janganlah engkau ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, pengumpat yang kian kemari menyebar fitnah, Penghalang bagi kebaikan, pelampau batas, bergelimang dosa, berbudi kasar dan selain dari itu terkenal kejahatannya, karena ia memiliki harta dan anak-anak. Apabila dibacakan kepadanya Ayat-ayat (Tanda-tanda) Kami, ia berkata: “Al-Quran ini dongeng-dongeng orang-orang dahulu!” Kami segera menandainya pada belalainya. Sesungguhnya Kami mencobai mereka seperti kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka pasti akan memetik buah-nya di waktu pagi, Dan mereka tidak mengecualikan, lalu azab dari Tuhan engkau menimpa atas kebun itu ketika mereka sedang tidur. (Al-Qalam [68]:9-20).

Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan berbagai makar buruk yang dilakukan oleh Abu Jahal dan kawan-kawannya untuk menghentikan da’wat ilalLaah yang dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dengan cara kekerasan, sebagaimana yang diancamkan iblis dan para pengikutnya terhadap Adam a.s. dan para pengikutnya (QS.7:17-18; QS.15:40; QS.38:83).

Ada pun cara lainnya yang dilakukan mereka adalah sebagaimana yang dilakukan syaitan melalui tipu-daya dengan perentaraan “pohon terlarang” sehingga Allah Swt. telah memerintahkan Adam a.s. dan para pengikutnya untuk hijrah sementara waktu dari “jannah”, karena keadaan di dalamnya tidak lagi kondusif untuk membina para pengikutnya (QS.7:21-26).

Pengulangan Tipu-daya Syaitan

Ada pun cara-cara kompromi yang diupayakan oleh para pemimpin kaum kafir Quraisy Mekkah terhadap Nabi Besar Muhammad saw. – sebagaimana yang dilakukan oleh syaitan terhadap Adam a.s. dan istrinya melalui tipu-daya yang menggiurkan hawa-nafsu (QS.7:21-23) -- Allah Swt. berfirman:

فَلَا تُطِعِ الۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿۹ وَدُّوۡا لَوۡ تُدۡہِنُ فَیُدۡہِنُوۡنَ ﴿۱۰ وَ لَا تُطِعۡ کُلَّ حَلَّافٍ مَّہِیۡنٍ ﴿ۙ۱۱ ہَمَّازٍ مَّشَّآءٍۭ بِنَمِیۡمٍ ﴿ۙ۱۲ مَّنَّاعٍ لِّلۡخَیۡرِ مُعۡتَدٍ اَثِیۡمٍ ﴿ۙ۱۳ عُتُلٍّۭ بَعۡدَ ذٰلِکَ زَنِیۡمٍ ﴿ۙ۱۴ اَنۡ کَانَ ذَا مَالٍ وَّ بَنِیۡنَ ﴿ؕ۱۵ اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿۱۶ سَنَسِمُہٗ عَلَی الۡخُرۡطُوۡمِ ﴿۱۷ اِنَّا بَلَوۡنٰہُمۡ کَمَا بَلَوۡنَاۤ اَصۡحٰبَ الۡجَنَّۃِ ۚ اِذۡ اَقۡسَمُوۡا لَیَصۡرِمُنَّہَا مُصۡبِحِیۡنَ ﴿ۙ۱۸ وَ لَا یَسۡتَثۡنُوۡنَ ﴿۱۹﴾ فَطَافَ عَلَیۡہَا طَآئِفٌ مِّنۡ رَّبِّکَ وَ ہُمۡ نَآئِمُوۡنَ ﴿۲۰

Maka janganlah engkau mengikuti mereka yang mendustakan. Mereka menginginkan engkau bersikap lunak, supaya mereka pun bersikap lunak. Janganlah engkau ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, pengumpat yang kian kemari menyebar fitnah, Penghalang bagi kebaikan, pelampau batas, bergelimang dosa, berbudi kasar dan selain dari itu terkenal kejahatannya, karena ia memiliki harta dan anak-anak. Apabila dibacakan kepadanya Ayat-ayat (Tanda-tanda) Kami, ia berkata: “Al-Quran ini dongeng-dongeng orang-orang dahulu!” Kami segera menandainya pada belalainya. Sesungguhnya Kami mencobai mereka seperti kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka pasti akan memetik buahnya di waktu pagi, dan mereka tidak mengecualikan, lalu azab dari Tuhan engkau menimpa atas kebun itu ketika mereka sedang tidur. (Al-Qalam [68]:9-20).

Ayat 9 mempunyai kaitan istimewa dengan tawaran-tawaran yang diajukan kaum Quraisy Mekkah kepada Nabi Besar Muhammad saw. untuk memalingkan beliau saw. dari maksud dan tujuan beliau saw. yang terarah itu, atau mungkin ayat ini mempunyai penerapan umum sebab haq (kebenaran) itu kokoh-kuat laksana batu karang, sedang kepalsuan itu tidak punya tempat berpijak dan rebah oleh tekanan serta godaan dan mudah mengadakan kompromi-kompromi.

Sebagaimana halnya Nabi Yusuf a.s. pernah dirayu oleh istri majikan beliau di Mesir untuk melakukan perselingkuhan tetapi Nabi Yusuf a.s. telah menolaknya serta tetap mempertahankan kesucian dan kejujuran beliau (QS.12:22-30), demikian pula persis seperti itu kaum musyrik Mekkah pun telah gagal dalam upaya mereka untuk membuat Nabi Besar Muhammad saw. meninggalkan kegiatan da’wat ilalLaah (menyeru kepada Allah) dengan menawarkan bahwa mereka akan menjadikan beliau saw. raja atau mengumpulkan harta-kekayaan yang besar untuk beliau saw., dan memberikan kepada beliau saw. gadis yang paling cantik di seluruh Arab untuk dinikahi.

Namun tawaran tersebut ditolak dengan tegas oleh Nabi Besar Muhammad saw. seraya mengucapkan kata-kata bersejarah: “Sekalipun jika kalian meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti menyebarkan tauhid Ilahi” (Hisyam).

Cara-cara kekerasan dan cara-cara kompromi yang dilakukan para penentang Rasul Allah tersebut sesuai dengan pernyataan Allah Swt. pada Bab-bab awal artikel ini mengenai jaringan-jaringan penghadangan yang dilakukan iblis dan para pengikutnya terhadap Adam a.s. atau “Khalifah Allah” yakni para Rasul Allah di setiap zaman, firman-Nya:

قَالَ اذۡہَبۡ فَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ فَاِنَّ جَہَنَّمَ جَزَآؤُکُمۡ جَزَآءً مَّوۡفُوۡرًا ﴿۶۴ وَ اسۡتَفۡزِزۡ مَنِ اسۡتَطَعۡتَ مِنۡہُمۡ بِصَوۡتِکَ وَ اَجۡلِبۡ عَلَیۡہِمۡ بِخَیۡلِکَ وَ رَجِلِکَ وَ شَارِکۡہُمۡ فِی الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَوۡلَادِ وَ عِدۡہُمۡ ؕ وَ مَا یَعِدُہُمُ الشَّیۡطٰنُ اِلَّا غُرُوۡرًا ﴿۶۵ اِنَّ عِبَادِیۡ لَیۡسَ لَکَ عَلَیۡہِمۡ سُلۡطٰنٌ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ وَکِیۡلًا ﴿۶۶

Dia berfirman [kepada iblis]: “Pergilah, lalu barangsiapa akan mengikuti engkau dari antara mereka maka sesungguhnya Jahannamlah balasan bagi kamu, suatu balasan yang penuh. Dan bujuklah siapa dari antara mereka yang engkau sanggup dengan suara engkau, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda engkau dan pasukan berjalan-kaki engkau dan berserikatlah dengan mereka dalam harta, dan anak-anak mereka serta berikanlah janji-janji kepada mereka.” Tetapi syaitan tidak menjanjikan kepada mereka selain tipu-daya. Sesungguhnya mengenai hamba-hamba-Ku, engkau tidak akan mempunyai kekuasaan atas mereka, dan cukuplah Tuhan Engkau sebagai Pelindung. (Bani Israil [17]:64-66).

Ayat ini menguraikan tiga macam daya-upaya yang dilakukan oleh putra-putra kegelapan untuk membujuk manusia supaya menjauhi jalan kebenaran: (1) mereka berusaha menakut-nakuti orang-orang miskin dan lemah dengan ancaman akan mem-pergunakan kekerasan terhadap mereka; (2) mereka mempergunakan tindakan-tindakan yang lebih keras terhadap mereka yang tidak dapat ditakut-takuti dengan cara gertak sambal, yaitu dengan mengadakan persekutuan-persekutuan untuk tujuan melawan mereka dan mengadakan serangan bersama terhadap mereka dengan segala cara; (3) mereka mencoba membujuk orang-orang kuat dan yang lebih berpengaruh dengan tawaran akan menjadikannya pemimpin mereka, asalkan mereka tidak akan membantu lagi pihak kebenaran.

Para Pemilik Kebun yang Rakus dan Kikir

Isyarat dalam Surah Al-Qalam ayat 12 dan ketiga ayat sebelumnya secara khusus tertuju kepada Walid bin Mughirah atau Abu Jahal, atau dalam hal ini kepada setiap tokoh kepalsuan: “Janganlah engkau ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina...”

Semua dosa, kejahatan, dan perlawanan terhadap haq (kebenaran) timbul dari kecongkakan atau kebanggaan semu dan merupakan penyakit akhlak orang yang berusaha mengeruk harta kekayaan besar dengan cara-cara tidak jujur, dan menggunakan kekuasaan serta pengaruh yang besar. Atau, ayat ini dapat juga berarti bahwa orang rendah budi dan keji, jangan dihargai dan dihormati hanya karena kebetulan memiliki harta dan pengaruh. “Menandainya pada belalai” itu suatu pemeo untuk menghinakan orang.

Dalam ayat 18 orang-orang kafir yang rendah, tamak, dan congkak itu dimisalkan pemilik sebuah kebun yang biasa memakan sendiri semua hasil kebunnya dan tidak mau memberikan kepada mereka yang juga bersusah-payah menggarap kebun itu dan tidak memberikan kepada mereka hak mereka yang sah atas kebun itu (QS.18:33-45; QS.68:18-34).

Pemilik kebun itu dengan loba dan tamak menelan hasil jerih-payah orang-orang lain dan menjadi gemuk karenanya, sambil mengesampingkan orang lain dari menikmati bagian mereka. Mereka begitu pasti dan yakin akan keberhasilan pekerjaan mereka dan begitu yakin akan hasil panen mereka tanpa kegagalan, sehingga mereka lupa sama sekali akan Allah Swt., karena itu tidak mendapat taufik mencari perlindungan serta pemeliharaan Ilahi dengan mengungkapkan kata-kata “Insya Allah” – jika Allah menghendaki.

Para pemilik “kebun” yang kaya-raya dalam tamsil (perumpamaan) ini diumpamakan orang-orang yang mementingkan diri sendiri, kejam, dan tamak, yang di samping memeras jerih payah orang-orang lain, juga begitu kikirnya sehingga mereka tidak mau membelanjakan sebagian saja pun dari keuntungan yang diperoleh dengan jalan tidak jujur itu, untuk memenuhi keperluan si fakir dan si miskin.

Kembali kepada Surah Al-Qalam ayat 9-20 sebelum ini, upaya Walid bin Mughirah atau pun Abu Jahal, yang melalui Abu Thalib – paman dan pengasuh Nabi Besar Muhammad saw. di masa kecil beliau saw. – untuk membujuk Nabi Besar Muhammad saw. dengan janji-janji akan memberikan kekuasaan dan kesenangan duniawi, kenyataan tersebut membuktikan bahwa kota Mekkah benar-benar merupakan “jannah” karena telah memberikan kesejahteraan hidup kepada para pemimpin Quraisy, di antaranya adalah Walid bin Mughirah, dimana salah satu putranya yang bernama Khalid bin Walid, kemudian setelah peristiwa Perang Uhud ia masuk Islam serta menjadi salah satu panglima perang pasukan Muslim yang sangat terkenal.

Ayat selanjutnya yang menghubungkan sikap-sikap buruk para pemimpin kafir Quraisy Mekkah tersebut dengan "para pemilik kebun", hal itu semakin memperkuat kenyataan bahwa walau pun kota Mekkah terletak di sebuah lembah yang kering-gersang serta tidak ada sebuah sungai pun yang mengalir di dalamnya -- kecuali alur banjir jika hujan besar turun -- namun demikian kota Mekkah benar-benar merupakan "jannah" yang paling unik dibandingkan dengan jannah-jannah lainnya di dunia ini.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid



Tidak ada komentar:

Posting Komentar