Minggu, 04 Desember 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Syirik & Sarang Laba-laba


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian LII


Tentang

Syirik & Sarang laba-laba

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


وَ لَوۡ اَنَّ اَہۡلَ الۡقُرٰۤی اٰمَنُوۡا وَ اتَّقَوۡا لَفَتَحۡنَا عَلَیۡہِمۡ بَرَکٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لٰکِنۡ کَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿۹۷

Dan seandainya penduduk kota-kota beriman dan bertakwa niscaya Kami akan membukakan keberkatan dari langit dan dari bumi bagi mereka, akan tetapi mereka telah mendustakan [rasul Allah], maka Kami menimpakan azab kepada mereka disebabkan apa yang senantiasa mereka usahakan. (Al-‘Araaf [7]:97).

Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskam mengenai hubungan ketakwaan dengan terciptanya “jannah” – yakni kehidupan surgawi – di dunia ini, baik secara perorangan mau pun secara kaum, yakni berupa dibukakan-Nya keberkatan dari langit dan dari bumi bagi mereka, sebagaimana firman-Nya di awal Bab ini.

Demikian juga sebaliknya, apabila manusia mendustakan Rasul Allah yang diutus kepada mereka – yang secara duniawi sedang mengalami kehidupan surgawi, seperti contohnya Fir’aun dan kaum-kaum purbakala sebelumnya yang mendustakan dan menentang rasul-rasul Allah yang diutus kepada mereka, maka kehidupan surgawi mereka akan berubah menjadi kehidupan neraka jahannam, karena yang turun dari langit mau pun yang muncul dari bumi bukan lagi merupakan keberkatan dari Allah Swt. melainkan siksaan-Nya, firman-Nya

وَ لَوۡ اَنَّ اَہۡلَ الۡقُرٰۤی اٰمَنُوۡا وَ اتَّقَوۡا لَفَتَحۡنَا عَلَیۡہِمۡ بَرَکٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لٰکِنۡ کَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿۹۷

Dan seandainya penduduk kota-kota beriman dan bertakwa niscaya Kami akan membukakan keberkatan dari langit dan dari bumi bagi mereka, tetapi mereka telah mendustakan [rasul Allah], maka Kami menimpakan azab kepada mereka disebabkan apa yang senantiasa mereka usahakan. (Al-‘Araaf [7]:97).

Azab dari Atas dan Dari bawah Kaki

Jadi, sebagaimana ketakwaan kepada Allah Swt. akan menyebabkan turunnya berbagai karunia Allah Swt. dari atas mereka dan dari bawah mereka, demikian pula sebaliknya jika mereka berlaku durhaka kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, firman-Nya:

قُلۡ ہُوَ الۡقَادِرُ عَلٰۤی اَنۡ یَّبۡعَثَ عَلَیۡکُمۡ عَذَابًا مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ اَوۡ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِکُمۡ اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ ؕ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ نُصَرِّفُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَفۡقَہُوۡنَ ﴿۶۶

Katakanlah: “Dia-lah Yang berkuasa mengirimkan azab kepada kamu dari atasmu atau dari bawah kakimu atau mencampur-baurkan kamu menjadi golongan-golongan yang saling berselisih dan membuat sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.” Lihatlah bagaimana Kami membentangkan Tanda-tanda supaya mereka mengerti. (Al-An’aam [6]:66).

Azab dari atas” maknanya: kelaparan, gempa bumi, air bah, taufan, penin-dasan terhadap golongan yang lemah oleh yang kuat, penderitaan mental, dan sebagainya, dan “siksaan dari bawah” berarti: penyakit-penyakit, wabah, pemberontakan orang-orang bawahan, dan sebagainya. Kemudian ada hukuman berupa kekacauan, perpecahan-perpecahan dan perselisihan yang kadang-kadang berakhir dalam perang saudara. Hal demikian ini diisyaratkan dalam kata-kata “membuat sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.”

Firman-Nya lagi:

وَ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ ؕ وَ لَوۡ لَاۤ اَجَلٌ مُّسَمًّی لَّجَآءَہُمُ الۡعَذَابُ ؕ وَ لَیَاۡتِیَنَّہُمۡ بَغۡتَۃً وَّ ہُمۡ لَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿۵۴ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ ؕ وَ اِنَّ جَہَنَّمَ لَمُحِیۡطَۃٌۢ بِالۡکٰفِرِیۡنَ ﴿ۙ۵۵ یَوۡمَ یَغۡشٰہُمُ الۡعَذَابُ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ وَ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِہِمۡ وَ یَقُوۡلُ ذُوۡقُوۡا مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿۵۶

Dan mereka minta kepada engkau menyegerakan azab. Dan seandainya tidak ada waktu yang telah ditetapkan niscaya azab itu telah datang kepada mereka, dan niscaya azab itu akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya. Mereka minta kepada engkau menyegerakan azab, dan sesungguhnya Jahannam akan mengepung orang-orang kafir. Pada hari azab itu akan meliputi mereka dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka, dan Dia akan berfirman: “Rasakanlah apa yang telah kamu kerjakan.” (Al-‘Ankabuut [29]:54-56).

Ayat ini memberikan jawaban langsung kepada tuntutan orang-orang kafir akan tanda azab dan mengatakan, bahwa daripada memanfaatkan tanda kasih-sayang yang telah diberikan kepada mereka dalam bentuk Al-Quran, orang-orang yang malang nasibnya itu gigih dalam tuntutan mereka akan datangnya hukuman. Maka mereka akan memperoleh tanda itu dan hukuman akan menimpa mereka dengan sekonyong-konyong dan dari segala penjuru di luar dugaan mereka. Akan tetapi mereka harus menunggu waktu yang ditetapkan dan telah ditentukan untuk turunnya azab yang dijanjikan oleh rasul Allah itu.

Hukuman yang diisyaratkan dalam ayat sebelumnya adalah hukuman yang dijanjikan kepada orang-orang ingkar di dunia ini. Hukuman yang termaktub dalam ayat 55 ialah hukuman yang dijanjikan kepada mereka di akhirat. Ketika azab Ilahi datang, maka datangnya tiba-tiba dan cepat, dan bagaikan air terjun menimpa dan meliputi orang-orang ingkar dari segala jurusan.

Azab yang Menimpa Kaum Nabi Nuh a.s.

Apabila kemarau panjang melanda suatu wilayah di muka bumi maka berbagai tumbuh-tumbuhan pasti akan mati serta sungai-sungai pun akan menjadi kering, dan cara Allah Swt. “menghidupkan bumi yang telah mati” tersebut adalah dengan cara menurunkan air hujan sesuai kadar (ukuran) yang diperlukan, firman-Nya:

اَلَمۡ یَرَوۡا کَمۡ اَہۡلَکۡنَا مِنۡ قَبۡلِہِمۡ مِّنۡ قَرۡنٍ مَّکَّنّٰہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ مَا لَمۡ نُمَکِّنۡ لَّکُمۡ وَ اَرۡسَلۡنَا السَّمَآءَ عَلَیۡہِمۡ مِّدۡرَارًا ۪ وَّ جَعَلۡنَا الۡاَنۡہٰرَ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمۡ فَاَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِذُنُوۡبِہِمۡ وَ اَنۡشَاۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ قَرۡنًا اٰخَرِیۡنَ ﴿۷

Apakah mereka tidak memperhatikan betapa banyak generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka? Kami telah memapankan mereka di bumi yang kemapanan itu tidak Kami berikan kepada kamu, dan Kami mengirimkan kepada mereka awan yang mencurahkan hujan lebat, dan Kami menjadikan sungai-sungai mengalir di bawah kekuasaan mereka, lalu Kami membinasakan mereka karena dosa-dosanya dan Kami membangkitkan suatu generasi yang lain sesudah mereka. (Al-An’aam [6]:7).

Qarn artinya suatu generasi manusia yang meneruskan atau mendahului generasi lainnya, seolah-olah kedua-dua generasi itu berhubungan menjadi satu; bangsa yang hidup pada satu zaman (Lexicon Lane). Kalimat “ Kami telah memapankan mereka di bumi yang kemapanan itu tidak Kami berikan kepada kamu”, kata-kata itu tidak berarti bahwa dunia sedang mengalami kemunduran.

Tidak syak lagi dunia seutuhnya mengalami kemajuan, tetapi beberapa bangsa terdahulu yang mencapai puncak peradaban di masa yang lampau telah demikian majunya dalam beberapa cabang seni dan ilmu pengetahuan, sehingga dalam cabang-cabang tertentu mereka tidak disamai oleh generasi-generasi belakangan. Misalnya, dalam abad modern ini sekalipun banyak keajaiban-keajaiban telah diciptakan dalam bidang ilmu pengetahuan, masih juga menatap beberapa karya kebudayaan Mesir purba dengan rasa takjub.

Namun ketika keberhasilan mereka mendayagunakan SDA dan SDM yang mereka miliki -- sehingga kaum-kaum tersebut mampu menciptakan “kehidupan surgawi” secara duniawi -- membuat mereka melupakan kewajibannya kepada Allah Swt. dan kepada sesama makhluk dan mereka mengikuti hawa-nafsunya maka dengan sarana yang sama pula, yakni hujan, Allah Swt. mengazab mereka, contohnya adalah kaum Nabi Nuh a.s..

Air hujan yang sebelumnya mampu menumbuhkan berbagai jenis tumbuh-tumbukan di bumi karena Allah Swt. menurunkannya sesuai dengan kadar yang diperlukan, tetapi ketika azab turun maka hujan tersebut diturunkan melebihi kadar yang diperlukan, sehingga yang terjadi bukannya menumbuhkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhkan, bahkan membinasakan segala yang ada di permukaan bumi karena air hujan tersebut telah menyebabkan berbagai sumber mata air di permukaan bumi pun menyembur dengan deras, sehingga terjadilah banjir besar, sebagaiman yang terjadi din zaman Nabi Nuh a.s., firman-Nya:

کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ فَکَذَّبُوۡا عَبۡدَنَا وَ قَالُوۡا مَجۡنُوۡنٌ وَّ ازۡدُجِرَ ﴿۹ فَدَعَا رَبَّہٗۤ اَنِّیۡ مَغۡلُوۡبٌ فَانۡتَصِرۡ ﴿۱۰ فَفَتَحۡنَاۤ اَبۡوَابَ السَّمَآءِ بِمَآءٍ مُّنۡہَمِرٍ ﴿۫ۖ۱۱ وَّ فَجَّرۡنَا الۡاَرۡضَ عُیُوۡنًا فَالۡتَقَی الۡمَآءُ عَلٰۤی اَمۡرٍ قَدۡ قُدِرَ ﴿ۚ۱۲ وَ حَمَلۡنٰہُ عَلٰی ذَاتِ اَلۡوَاحٍ وَّ دُسُرٍ ﴿ۙ۱۳ تَجۡرِیۡ بِاَعۡیُنِنَا ۚ جَزَآءً لِّمَنۡ کَانَ کُفِرَ ﴿۱۴ وَ لَقَدۡ تَّرَکۡنٰہَاۤ اٰیَۃً فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ ﴿۱۵ فَکَیۡفَ کَانَ عَذَابِیۡ وَ نُذُرِ ﴿۱۶ وَ لَقَدۡ یَسَّرۡنَا الۡقُرۡاٰنَ لِلذِّکۡرِ فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ ﴿۱۷

Sebelum mereka pun kaum Nuh telah mendustakan, lalu mereka mendustakan hamba Kami dan mereka berkata: “Ia (Nuh) orang gila dan terusir.” Maka ia (Nuh) berdoa kepada Tuhan-nya: “Sesungguhnya aku dikalahkan maka tolonglah aku.”Maka Kami membukakan pintu-pintu awan dengan air yang tercurah deras. Dan Kami memancarkan sumber-sumber air di bumi lalu kedua air itu bertemu untuk suatu perintah yang telah ditentukan. Dan Kami mengangkut dia di atas sesuatu yang terbuat dari pa-pan dan paku, yang berlayar di bawah pengawasan Kami sebagai ganjaran bagi orang yang senantiasa diingkari. Dan sungguh Kami benar-benar telah meninggalkan peristiwa itu sebagai Tanda, maka apakah ada yang mengambil peringatan? Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku! Dan sesungguhnya Kami telah mempermudah Al-Quran untuk diingat, maka apakah ada orang yang mengambil peringatan? (Al-Qamar [54]: 10-18).

Air hujan yang tercurah dengan deras dari angkasa dan air yang menyembur dari dalam tanah, “kedua air itu” menyebabkan banjir raksasa yang menenggelamkan seluruh negeri, dan dengan demikian menjadi genaplah takdir Ilahi menghancurkan kaum Nabi Nuh a.s..

Hujan Batu yang Menimpa Kaum Nabi Luth a.s.

Al-Quran telah dipermudah pula dalam artian bahwa Kitab itu meliputi semua ajaran kekal abadi dan tidak termusnahkan yang terdapat di dalam Kitab-kitab wahyu lainnya, dengan banyak ajaran yang perlu sekali sebagai petunjuk bagi manusia hingga Hari Kiamat (QS.98:4). Khazanah-khazanah makrifat Ilahi dan rahasia-rahasia gaib yang tersembunyi di dalam Al-Quran, hanya dapat dijangkau oleh sedikit bilangan hamba Allah yang bertakwa yang dilimpahi pengertian ruhani istimewa dan yang telah menaiki jenjang ketinggian perhubungan dengan Dzat Ilahi dan telah disucikan oleh Allah (QS.56:80).

Firman-Nya lagi:

وَ قَوۡمَ نُوۡحٍ لَّمَّا کَذَّبُوا الرُّسُلَ اَغۡرَقۡنٰہُمۡ وَ جَعَلۡنٰہُمۡ لِلنَّاسِ اٰیَۃً ؕ وَ اَعۡتَدۡنَا لِلظّٰلِمِیۡنَ عَذَابًا اَلِیۡمًا ﴿ۚۖ۳۸﴾وَّ عَادًا وَّ ثَمُوۡدَا۠ وَ اَصۡحٰبَ الرَّسِّ وَ قُرُوۡنًۢا بَیۡنَ ذٰلِکَ کَثِیۡرًا ﴿۳۹﴾ وَ کُلًّا ضَرَبۡنَا لَہُ الۡاَمۡثَالَ ۫ وَ کُلًّا تَبَّرۡنَا تَتۡبِیۡرًا ﴿۳۴۰﴾وَ لَقَدۡ اَتَوۡا عَلَی الۡقَرۡیَۃِ الَّتِیۡۤ اُمۡطِرَتۡ مَطَرَ السَّوۡءِ ؕ اَفَلَمۡ یَکُوۡنُوۡا یَرَوۡنَہَا ۚ بَلۡ کَانُوۡا لَا یَرۡجُوۡنَ نُشُوۡرًا ﴿۴۱

Dan kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul itu Kami menenggelamkan mereka, dan Kami menjadikan mereka Tanda bagi umat manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih. Dan Kami telah membinasakan kaum ’Ad dan Tsamud, dan kaum sumur dan banyak generasi di antara mereka. Dan kepada masing-masing Kami mengemukakan contoh-contoh, dan Kami membinasakannya sebinasa-binasanya. Dan sungguh mereka, orang-orang Makkah itu benar-benar telah melewati kota yang telah dihujani hujan yang buruk, apakah mereka tidak melihatnya? Bahkan sebenarnya mereka tidak mengharapkan hari berhimpun. (Al-Furqaan [25]:38-41).

Beberapa mufassir (ahli tafsir) mempunyai pendapat bahwa Rass itu sebuah kota di Yamamah di mana salah satu dari suku bangsa Tsamud pernah tinggal. Menurut pendapat lain, kaum ini disebut demikian karena mereka melemparkan nabi mereka ke dalam sumur (rass berarti pula sumur). Mereka adalah sisa-sisa bangsa Tsamud.

Maksud kalimat “kota yang telah dihujani hujan yang buruk, adalah Sodom, kota Nabi Luth a.s. yang terletak di tengah perjalanan antara tanah Arab dan Siria. Firman-Nya:

وَ لَمَّاۤ اَنۡ جَآءَتۡ رُسُلُنَا لُوۡطًا سِیۡٓءَ بِہِمۡ وَ ضَاقَ بِہِمۡ ذَرۡعًا وَّ قَالُوۡا لَا تَخَفۡ وَ لَا تَحۡزَنۡ ۟ اِنَّا مُنَجُّوۡکَ وَ اَہۡلَکَ اِلَّا امۡرَاَتَکَ کَانَتۡ مِنَ الۡغٰبِرِیۡنَ ﴿۳۴ اِنَّا مُنۡزِلُوۡنَ عَلٰۤی اَہۡلِ ہٰذِہِ الۡقَرۡیَۃِ رِجۡزًا مِّنَ السَّمَآءِ بِمَا کَانُوۡا یَفۡسُقُوۡنَ ﴿۳۵ وَ لَقَدۡ تَّرَکۡنَا مِنۡہَاۤ اٰیَۃًۢ بَیِّنَۃً لِّقَوۡمٍ یَّعۡقِلُوۡنَ ﴿۳۶

Dan tatkala utusan-utusan Kami datang kepada Luth, ia merasa susah atas kabar [dari] mereka, dan hatinya merasa sempit mengenai kabar dari mereka itu. Dan mereka itu berkata: “Janganlah engkau takut, dan jangan pula bersedih. Sesungguhnya kami pasti akan menyelamatkan engkau dan keluarga engkau kecuali istri engkau, yang termasuk orang-orang yang meninggalkan diri di belakang. “Sesungguhnya Kami akan menurunkan atas penduduk kota ini siksaan dari langit disebabkan mereka melakukan kedurhakaan.” Dan sungguh Kami benar-benar telah meninggalkan darinya suatu Tanda yang nyata bagi kaum yang menggunakan akal. (Al-‘Ankabuut [29]:34-36).

Azab yang menimpa kaum Nabi Luth a.s. memiliki makna penghinaan yang luar biasa terhadap kaum -- yang salah satu keburukan yang dilakukannya adalah melakukan homosexual – yaitu permukaan bumi yang sehari-hari mereka injak tiba-tiba berubah menjadi “hujan batu” yang menimpa mereka dari atas.

Lemah Bagaikan Sarang Laba-laba

Pendek kata, sebagaimana gambaran “jannah” yang diberikan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh memberikan naungan dan hamparan yang penuh dengan keberkatan dari Allah Swt. – yakni “jannaatin tajri mintahtihal anhaar – kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai” (QS.2:26) -- sedangkan bagi orang-orang yang menentang Allah Swt. dan Rasul-rasul-Nya adalah “di atas mereka selimut dari api (jahannam) dan di bawah mereka pun hamparan dari api jahannam”, yakni mereka dikepung (diliputi) oleh berbagai bentuk kobaran api kemurkaan Allah Swt., firman-Nya:

اِنَّ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ اَبۡوَابُ السَّمَآءِ وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿۴۱ لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿۴۲

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya, tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit ruhani dan tidak pula mereka akan masuk surga hingga unta masuk ke lubang jarum, dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang berdosa. Bagi mereka ada hamparan Jahannam sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam, dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim. (Al-‘Araaf [7]:41-42).

Jamal (unta) juga dapat diartikan seutas tali, sebab tali mempunyai persamaan lebih dekat dengan benang yang dimasukkan ke dalam lobang jarum. Adalah mustahil bagi para pengingkar Tanda-tanda Ilahi masuk surga. Lihat Matius 19:24.

Sungguh sangat tepat misal yang dikemukakan oleh Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai ketidak-berdayaan sembahan-sembahan orang-orang musyrik dalam memberikan perlindungan kepada para penyembahnya, yakni seperti lemahnya rumah (sarang) yang dibuat laba-laba buat dirinya, sama sekali tidak memberikan perlindungan dari berbagai bahaya yang mengancamnya, firman-Nya:

فَکُلًّا اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَظۡلِمَہُمۡ وَ لٰکِنۡ کَانُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿۴۱ مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ لَوۡ کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿۴۲ اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۴۳ وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ اِلَّا الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿۴۴

Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya, di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di antara mereka ada yang disambar oleh petir, di antara mereka ada yang Kami benamkan di bumi, di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak berbuat zalim terhadap mereka, tetapi mereka menzalimi diri mereka sendiri. Perumpamaan orang-orang yang mengambil penolong-penolong selain Allah adalah seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui. Sesungguhnya Allah menge-tahui sesuatu apa pun yang mereka seru selain-Nya, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dan itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami kemukakan bagi manusia, dan sekali-kali tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-‘Ankabuut [29]:41-44).

Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman yang ditimpakan lawan-lawan berbagai nabi pada zamannya masing-masing Azab yang melanda kaum ‘Aad digambarkan sebagai badai pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan ledakan dahsyat (QS.69:6); azab yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s. sebagai batu-batu tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab yang menimpa Midian, kaum Nabi Syu’aib a.s. sebagai gempa bumi (QS.7:92; QS.29:38); ledakan (QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang (QS.26:190). Terakhir dari semua itu ialah azab Ilahi yang menimpa Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun (Qorah), dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan dengan ungkapan, “Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51; QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).

Masalah keesaan Tuhan yang menjadi pembahasan terutama Surah ini disudahi dalam ayat ini dengan sebuah tamsil (perumpamaan) yang indah sekali, dan menjelaskan kepada kaum musyrik ketololan, kesia-siaan, dan kepalsuan kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan syirik mereka. Mereka itu rapuh bagaikan sarang laba-laba dan tidak dapat bertahan terhadap kecaman akal sehat.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid



Tidak ada komentar:

Posting Komentar