Jumat, 02 Desember 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Ketakwaan & Terciptanya "Jannah" (1)


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian LI


Tentang

Ketakwaan & Terciptanya "Jannah" (1)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


وَ لَوۡ اَنَّ اَہۡلَ الۡقُرٰۤی اٰمَنُوۡا وَ اتَّقَوۡا لَفَتَحۡنَا عَلَیۡہِمۡ بَرَکٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لٰکِنۡ کَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿۹۷

Dan Seandainya penduduk kota-kota beriman serta bertakwa niscaya Kami akan membukakan bagi mereka keberkatan dari langit dan bumi, tetapi mereka telah mendustakan [rasul Allah], maka Kami menimpakan azab kepada mereka karena apa yang telah mereka usahakan (Al-A’raaf [7]:97).

Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai keunikan dan keunggulan Makkah sebagai salah satu “jannah” di dunia ini yang berbeda dengan “jannah-jannah” lainnya karena walau pun tidak didukung dengan SDA dan SDM yang nyata tetapi kota Makkah – yang di dalamnya terdapat Ka’bah (BaitulLah) – benar-benar telah memberikan jaminan keamanan dan kesentausaan bagi para penghuninya, sekali pun mereka itu orang-orang kafir bahkan orang-orang musyrik, firman-Nya:

وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿۱۲۶

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, jadikanlah tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” Dia berfirman: Dan orang yang kafir pun maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:126).

Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai jaminan keselamatan dan kesentausaan hidup yang telah ditetapkan-Nya bagi penduduk Makkah:

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِۙ﴿۱ لِاِیۡلٰفِ قُرَیۡشٍ ۙ﴿۲ اٖلٰفِہِمۡ رِحۡلَۃَ الشِّتَآءِ وَ الصَّیۡفِ ۚ﴿۳ فَلۡیَعۡبُدُوۡا رَبَّ ہٰذَا الۡبَیۡتِ ۙ﴿۴ الَّذِیۡۤ اَطۡعَمَہُمۡ مِّنۡ جُوۡعٍ ۬ۙ وَّ اٰمَنَہُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ ٪﴿۵

Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Tuhan engkau membinasakan para pemilik gajah untuk melekatkan hati orang-orang Quraisy, untuk melekatkan kecintaan mereka pada perjalanan di musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik Rumah ini, Yang telah memberi mereka makan di waktu lapar dan telah memberi mereka keamanan di waktu ketakutan. (Al-Quraisy [106]:1-5).


Hubungan Ketakwaan dengan “Jannah


Dari kenyataan mengenai keluarbiasaan kota Makkah sebagai “jannah” yang paling unik dan luar biasa tersebut dapat diketahui, bahwa Allah Swt. bukan saja menganugerahkan perlakuan-Nya yang khusus tersebut hanya kepada kota Makkah, tetapi juga kepada orang-orang yang bertakwa, baik secara perorangan mau pun secara kaum yang tinggal di suatu tempat atau kota. Berikut firman-Nya mengenai hal tersebut:

وَ مَنۡ یَّتَّقِ اللّٰہَ یَجۡعَلۡ لَّہٗ مَخۡرَجًا ۙ﴿۳ وَّ یَرۡزُقۡہُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَحۡتَسِبُ ؕ وَ مَنۡ یَّتَوَکَّلۡ عَلَی اللّٰہِ فَہُوَ حَسۡبُہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بَالِغُ اَمۡرِہٖ ؕ قَدۡ جَعَلَ اللّٰہُ لِکُلِّ شَیۡءٍ قَدۡرًا ﴿۴

.......Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah Dia akan membuat baginya suatu jalan keluar, dan Dia akan memberi rezeki kepadanya dari mana tidak pernah ia menyangka. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah maka Dia memadai baginya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sungguh Allah telah menetapkan kadar (ketentuan) bagi segala sesuatu. (Al-Thalaaq [65]:3-4).

Firman-Nya lagi:

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ تَتَّقُوا اللّٰہَ یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ فُرۡقَانًا وَّ یُکَفِّرۡ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿۳۰

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah Dia akan menjadikan bagimu furqaan (pembeda), dan Dia akan menghapuskan darimu keburukan-keburukanmu, Dia akan mengampunimu, dan Allah Memiliki karunia yang sangat besar. (Al-Furqaan [8]:30).

Furqaan berarti: (1) sesuatu yang membedakan antara yang benar dan yang salah; (2) bukti atau bahan bukti atau dalil; (3) bantuan atau kemenangan, dan (4) fajar (Lexicon Lane).

Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا اِلَی اللّٰہِ تَوۡبَۃً نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی رَبُّکُمۡ اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ النَّبِیَّ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ نُوۡرُہُمۡ یَسۡعٰی بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿۹

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh jadi Tuhan-mu akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukanmu dan akan memasukkan kamu ke dalam kebun-kebun yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman besertanya, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan di sebelah kanannya, mereka akan berkata: “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan maafkanlah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Tahrim [66]:9).

Keinginan tidak kunjung padam bagi kesempurnaan pada pihak orang-orang yang beriman di surga sebagaimana diungkapkan dalam kata-kata, “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami“ menunjukkan bahwa kehidupan di surga itu bukanlah kehidupan menganggur (pasif). Kebalikannya, kemajuan ruhani di surga tiada berhingga sebab bila orang-orang beriman akan mencapai kesempurnaan yang menjadi ciri tingkat surga tertentu, mereka tidak akan berhenti sampai di situ, melainkan serentak terlihat di hadapannya ada tingkat kesempurnaan lebih tinggi dan diketahuinya bahwa tingkat yang didapati olehnya itu bukan tingkat tertinggi maka ia akan maju terus dan seterusnya tanpa berakhir.

Selanjutnya tampak bahwa setelah masuk surga orang-orang beriman akan mencapai maghfirah – penutupan kekurangan (Lexicon Lane). Mereka akan terus-menerus berdoa kepada Allah untuk mencapai kesempurnaan dan sama sekali tenggelam dalam Nur Ilahi dan akan terus naik kian menanjak ke atas dan memandang tiap-tiap tingkat sebagai ada kekurangan dibandingkan dengan tingkat lebih tinggi yang didambakan oleh mereka, dan karena itu akan berdoa kepada Allah Swt.supaya Dia menutupi ketidaksempurnaannya sehingga mereka akan mampu mencapai tingkat lebih tinggi itu. Inilah makna yang sesungguhnya mengenai istighfar, yang secara harfiah berarti “mohon ampunan atas segala kealpaan.”

Mukjizat dan Karamah

Itulah beberapa ayat Al-Quran mengenai hubungan ketakwaan dengan “jannah” di dunia ini juga. Contoh yang paling nyata adalah mukjizat dan karamah yang dikaruniakan Allah Swt. kepada para nabi Allah dan para wali Allah, terutama sekali mukjizat-mukjizat yang dikaruniakan kepada Nabi Besar Muhammad saw., orang-orang suci itu pun atas izin Allah Swt. mampu melakukan “Kun, fayakun” (“Jadilah”, maka terjadilah – QS.2:118; QS.3:48; QS.36:83; QS.40:69) milik Allah Swt., sehingga walau pun secara logika serta dari segi duniawi tidak ada yang dapat diandalkan untuk keluar dari masalah yang dihadapi oleh para rasul Allah dan para wali Allah, tetapi berkat mukjizat dan karamah yang dianugerahkan Allah Swt. kepada mereka maka mereka dapat mengatasi amasalah yang dihadapinya.

Berikut ini beberapa mukjizat yang dikaruniakan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw.:

وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿۳۰

Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar tandingan, dan Allah sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfaal [8]:31).

Ayat ini mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun Nadwah (Balai Permusyawaratan) di Makkah. Ketika mereka melihat bahwa semua usaha mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru (agama Islam) ini gagal, dan bahwa kebanyakan orang-orang Muslim yang mampu meninggalkan Makkah telah hijrah ke Madinah dan mereka sudah jauh dari bahaya, maka orang-orang terkemuka warga kota berkumpul di Darun Nadwah untuk membuat rencana ke arah usaha terakhir guna meng-habisi Islam.

Sesudah diadakan pertimbangan mendalam, terpikir oleh mereka satu rencana, ialah sejumlah orang-orang muda dari berbagai kabilah Quraisy harus secara serempak menyergap Nabi Besar Muhammad saw. lalu membunuh beliau saw.. Tanpa setahu orang beliau saw. meninggalkan rumah tengah malam buta, ketika para penjaga dikuasai oleh kantuk, berlindung di Gua Tsur bersama-sama Abubakar Shiddiq r.a. sahabat beliau yang setia, dan akhirnya sampai di Medinah dengan selamat.

Kemudian ketika terjadi perang Badar yang keadaan kedua belah pihak yang berhadapan sangat tidak seimbang dalam segala halnya, namun dalam kenyataannya umat Islam yang berjumlah 313 orang dapat mengalahkan 1000 orang pasukan kafir Quraisy secara telak serta dapat membunuh 8 dari 9 orang pemimpin mereka, termasuk Abu Jahal, firman-Nya:

فَلَمۡ تَقۡتُلُوۡہُمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ قَتَلَہُمۡ ۪ وَ مَا رَمَیۡتَ اِذۡ رَمَیۡتَ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ رَمٰی ۚ وَ لِیُبۡلِیَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ مِنۡہُ بَلَآءً حَسَنًا ؕ اِنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿۱۸

Maka bukan kamu yang membunuh mereka melainkan Allah yang telah membunuh mereka, dan bukan engkau yang melemparkan pasir ketika engkau melempar, melainkan Allah-lah yang telah melempar, dan supaya Dia menganugerahi orang-orang yang beriman anugerah yang baik dari-Nya, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Anfaal [8]:18).

Demikian pula halnya dengan Nabi Musa a.s. ketika kaumnya, Bani Israil, telah ketakutan, karena Fir’aun dan belatentaranya telah mengejar mereka sampai dengan tepi laut yang menghadang perjalanan mereka melarikan diri dari Mesir, namun Nabi Musa a.s. tetap tenang karena beliau merasa yakin bahwa Allah Swt. pasti akan menolong beliau dan Bani Israil dari sergapan Fir’aun dan pasukannya:

فَاَتۡبَعُوۡہُمۡ مُّشۡرِقِیۡنَ ﴿۶۱ فَلَمَّا تَرَآءَ الۡجَمۡعٰنِ قَالَ اَصۡحٰبُ مُوۡسٰۤی اِنَّا لَمُدۡرَکُوۡنَ ﴿ۚ۶۲ قَالَ کَلَّا ۚ اِنَّ مَعِیَ رَبِّیۡ سَیَہۡدِیۡنِ ﴿۶۳ فَاَوۡحَیۡنَاۤ اِلٰی مُوۡسٰۤی اَنِ اضۡرِبۡ بِّعَصَاکَ الۡبَحۡرَ ؕ فَانۡفَلَقَ فَکَانَ کُلُّ فِرۡقٍ کَالطَّوۡدِ الۡعَظِیۡمِ ﴿ۚ۶۴ وَ اَزۡلَفۡنَا ثَمَّ الۡاٰخَرِیۡنَ ﴿ۚ۶۵ وَ اَنۡجَیۡنَا مُوۡسٰی وَ مَنۡ مَّعَہٗۤ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۚ۶۶ ثُمَّ اَغۡرَقۡنَا الۡاٰخَرِیۡنَ ﴿ؕ۶۷ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً ؕ وَ مَا کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿۶۸ وَ اِنَّ رَبَّکَ لَہُوَ الۡعَزِیۡزُ الرَّحِیۡمُ ﴿٪۶۹

Maka lasykar-lasykar Fir’aun menyusul mereka pada waktu matahari terbit. Lalu tatkala kedua lasykar itu dapat melihat satu sama lain, pengikut-pengikut Musa berkata: “Sesungguhnya kita pasti akan tertangkap!” Musa berkata: “Sekali-kali tidak, sesungguhnya Tuhan-ku beserta-ku, segera Dia akan menunjukkan jalan keselamatan. Kami mewahyukan kepada Musa: “Pukullah laut dengan tongkat engkau.” Lalu setiap bagiannya nampak seperti gunung yang besar. Dan Kami mendekatkan di sana golongan yang lain, dan Kami menyelamatkan Musa dan orang-orang beserta dia semuanya, lalu Kami menenggelamkan golongan yang lain. Sesungguhnya dalam hal itu ada Tanda yang besar, tetapi kebanyakan dari mereka tidak mau beriman. Dan sesungguhnya Tuhan engkau Dia benar-benar Maha Perkasa, Maha Penyayang. (Al-Syu’araa [26]:61-69).

Para sahabat Nabi Musa a.s. nampaknya mempunyai keimanan yang sangat lemah. Keadaan ini jelas juga dari QS.5:22-23; QS.7:149; QS.20:87-92, walau pun ketika berada di Mesir mereka berulang kali menyaksikan berbagai mukjizat Nabi Musa a.s..

“Jannah” di Dunia

Pendek kata, ketakwaan kepada Allah Swt. benar-benar dapat menciptakan “jannah” -- yakni kehidupan surgawi -- di dalam kehidupan di dunia ini, sehingga orang-orang yang bertakwa -- terutama sekali para nabi Allah dan para wali Allah – selalu dapat keluar dari permasalahan berat yang dihadapinya,, sebagaimana firman Allah Swt. sebelum ini:

وَ مَنۡ یَّتَّقِ اللّٰہَ یَجۡعَلۡ لَّہٗ مَخۡرَجًا ۙ﴿۳ وَّ یَرۡزُقۡہُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَحۡتَسِبُ ؕ وَ مَنۡ یَّتَوَکَّلۡ عَلَی اللّٰہِ فَہُوَ حَسۡبُہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بَالِغُ اَمۡرِہٖ ؕ قَدۡ جَعَلَ اللّٰہُ لِکُلِّ شَیۡءٍ قَدۡرًا ﴿۴

.......Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah Dia akan membuat baginya suatu jalan keluar, dan Dia akan memberi rezeki kepadanya dari mana tidak pernah ia menyangka. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah maka Dia memadai baginya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sungguh Allah telah menetapkan kadar (ketentuan) bagi segala sesuatu. (Al-Thalaaq [65]:3-4).

Berikut pernyataan Allah Swt. mengenai hal tersebut kepada kepada golongan Ahli Kitab:

وَ لَوۡ اَنَّ اَہۡلَ الۡکِتٰبِ اٰمَنُوۡا وَ اتَّقَوۡا لَکَفَّرۡنَا عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَاَدۡخَلۡنٰہُمۡ جَنّٰتِ النَّعِیۡمِ ﴿۶۶ وَ لَوۡ اَنَّہُمۡ اَقَامُوا التَّوۡرٰىۃَ وَ الۡاِنۡجِیۡلَ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِمۡ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ لَاَکَلُوۡا مِنۡ فَوۡقِہِمۡ وَ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِہِمۡ ؕ مِنۡہُمۡ اُمَّۃٌ مُّقۡتَصِدَۃٌ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ سَآءَ مَا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿٪۶۷

Dan seandainya para Ahlul Kitab benar-benar beriman dan bertakwa, niscaya Kami menghapuskan dari mereka keburukan mereka dan niscaya Kami memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun kenikmatan. Dan seandainya mereka benar-benar menegakkan ajaran Taurat, Injil, dan apa yang diturunkan kepada mereka (Al-Quran) dari Tuhan mereka, niscaya mereka akan memakan barang-barang dari atas mereka dan dari ba-wah kaki mereka. Di antara mereka ada umat yang mengambil jalan tengah, tetapi kebanyakan dari mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan. (Al-Maaidah [5]:66-67)

Ungkapan kebun-kebun kenikmatan menunjukkan keadaan serba sempurnanya kegembiraan ruhani, begitu juga tempat-tinggal penuh kenikmatan. Sementara mene-rangkan kata-kata “kebun” dan “surga,” Al-Quran telah mempergunakan empat ungkapan yang berbeda: (1) “kebun-kebun kenikmatan” seperti dalam ayat ini; (2) “kebun-kebun yang kekal-abadi” (QS.32:20); (3) “kebun-kebun abadi” (QS.9:72); dan (4) “Surga firdaus” (QS.8:108). Ungkapan-ungkapan tersebut menampilkan segi-segi yang berla-inan, begitu juga berbagai derajat surga.

Makna dari kalimat “niscaya mereka akan memakan barang-barang dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka “ (1) Mereka niscaya akan menerima rahmat dari langit seperti wahyu Ilahi dan hubungan dengan Tuhan, juga kesejahteraan duniawi. (2) Mereka bukan saja akan mendapat siraman hujan pada waktunya yang tepat dan lebat dari langit, tetapi tanah pun akan memberikan hasilnya untuk mereka dengan berlimpah-limpah. (3) Tuhan niscaya akan menyediakan untuk mereka sarana-sarana bagi kemajuan ruhani maupun jasmani.

Allah Swt. berfirman lagi:

وَ لَوۡ اَنَّ اَہۡلَ الۡقُرٰۤی اٰمَنُوۡا وَ اتَّقَوۡا لَفَتَحۡنَا عَلَیۡہِمۡ بَرَکٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَ الۡاَرۡضِ وَ لٰکِنۡ کَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿۹۷

Dan seandainya penduduk kota-kota beriman dan bertakwa niscaya Kami akan membukakan keberkatan dari langit dan dari bumi bagi mereka, akan tetapi mereka telah mendustakan, maka Kami menimpakan azab kepada mereka disebabkan apa yang senantiasa mereka usahakan. (Al-‘Araaf [7]:97).

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar