Selasa, 06 Desember 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Rasul Akhir Zaman & Qadian Daarul Aman, "Jannah" Akhir Zaman (1)


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian LV


Tentang

Rasul Akhir Zaman & Qadian Daarul Aman - "Jannah" Akhir Zaman (1)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ۲۱ اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿۲۲

Dan datang dari bagian ter-jauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari, ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu. Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Yaa Siin [36]:21-22)

Pada bagian akhir Bab sebelumnya dikemukakan: Karena kisah “ADAM, MALAIKAT, IBLIS” merupakan KISAH MONUMENTAL -- di samping Kisah-kisah Monumental lainnya di dalam Al-Quran – karena itu Kisah Monumental tersebut terjadi pula DI AKHIR ZAMAN ini berkenaan kedatangan RASUL AKHIR ZAMAN yang ditunggu-tunggu oleh semua pemeluk agama yang ada di dunia dengan NAMA atau SEBUTAN yang berbeda-beda tetapi pada hakikatnya merujuk pada wujud yang sama (QS.77:12), yaitu RASUL ALLAH yang akan mengajak semua umat beragama kepada AGAMA TERAKHIR DAN TERSEMPURNA, yakni AGAMA ISLAM (QS.4:5) serta TAUHID HAKIKI, yang ditandai dengan satunya IMAM (Pemimpin) dan satunya JAMAAH yang bersifat INTERNASIONAL, sesuai dengan missi KERASULAN NABI BESAR MUHAMMAD SAW. sebagai RASUL ALLAH untuk seluruh UMAT MANUSIA (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34;29).

RASUL AKHIR ZAMAN yang ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama tersebut berasal dari kalangan UMAT ISLAM, yakni pengikut dan pecinta hakiki Nabi Besar Muhammad saw., sekaligus merupakan KEDATANGAN KEDUA KALI beliau saw. di Akhir Zaman ini (QS.63:3-5) guna MENGUNGGULKAN AGAMA SEJATI atas AGAMA-AGAMA LAINNYA walau pun ORANG-ORANG MUSYRIK tidak menyukai (QS.61:10). RASUL AKHIR ZAMAN atau KHALIFAH ALLAH atau ADAM Akhir Zaman tersebut adalah MIRZA GHULAM AHMAD A.S. (1835-1908), Pendiri JEMAAT AHMADIYAH, yang pada saat artikel ini dibuat JEMAAT AHMADIYAH dipimpin oleh KHALIFATUL MASIH V, Mirza Masroor Ahmad.

Sejak MIRZA GHULAM AHMAD A.S. atas perintah Allah mendakwakan sebagai RASUL AKHIR ZAMAN yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh seluruh umat beragama maka KISAH MONUMENTAL “ADAM, MALAIKAT, IBLIS” kembali berlaku, karena hal tersebut merupakan SUNNATULLAH yang telah ditetapkan di dalam Kitab suci AL-QURAN, demikian juga dengan Dan bagi para anggota JEMAAT AHMADIYAH perintah Allah Swt.: “QUL (Katakanlah)” dalam SURAH AL IKHLAS, AL-FALAQ, dan AL-NAAS benar-benar merupakan KENYATAAN kebenaran KITAB SUCI AL-QURAN dan NABI BESAR MUHAMMAD SAW. yang kembali berulang.

Qadian Daarul Aman

Pertanyaannya adalah: Kalau Mirza Ghulam Ahmad a.s. – yang dilahirkan di Qadian –benar Rasul Akhir Zaman sebagai penggenapan kedatangan kedua kali Rasul-rasul Allah yang ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama, lalu apakah Qadian pun merupakan “jannah” juga seperti halnya “jannah-jannah” lainnya yang telah dikemukakan dalam Bab-bab sebelumnya?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut perlu dijelaskan mengenai Qadian, yang saat ini terletak di Provinsi Punjab, India. Sebelumnya nama tempat tersebut adalah Islampur Qadhi, ia merupakan tanah hadiah dari raja kerajaan Moghul terakhir di Hindustan.

Mirza Ghulam Ahmad adalah keturunan Haji Barlas, raja kawasan Qesh, yang merupakan paman Amir Tughlak Temur. Tatkala Amir Temur menyerang Qesh, Haji Barlas sekeluarga terpaksa melarikan diri ke Khorasan dan Samarkand, dan mulai menetap disana. Tetapi pada abad ke 10 Hijriyah atau abad 16 Masehi, seorang keturunan Haji Barlas, bernama Mirza Hadi Beg beserta 200 orang pengikutnya hijrah dari Khorasan ke India karena beberapa hal, dan tinggal di kawasan sungai Bias dengan mendirikan sebuah perkampungan bernama Islampur, 9 km jauhnya dari sungai tersebut.
Mirza Hadi Beg adalah seorang cerdik pandai, karena beliau oleh pemerintah pusat Delhi diangkat sebagai qadhi (hakim) untuk daerah sekelilingnya. Oleh sebab kedudukan beliau sebagai qadhi itulah maka tempat tinggal beliau disebut Islampur Qadhi. Lambat laun kata Islampur hilang, tinggal Qadhi saja. Dikarenakan logat daerah setempat, akhirnya disebut sebagai Qadi atau Qadian.

Kemudian keluarga Barlas tersebut pindah dari Khorasan ke Qadian secara permanen. Selama kerajaan Moghul berkuasa, keluarga ini senantiasa memperoleh kedudukan mulia dan terpandang dalam pemerintahan negara. Setelah kejatuhan kerajaan Moghul, keluarga ini tetap menguasai kawasan 60 pal sekitar Qadian, sebagai kawasan otonomi.

Tetapi lambat laun bangsa Sikh mulai berkuasa dan kuat, dan beberapa suku Sikh dari Ramgarhia, setelah bersatu mulai menyerang keluarga ini. Selama itu buyut Mirza Ghulam Ahmad a.s. tetap mempertahankan diri dari serangan musuh. Tetapi di zaman kakek beliau, Mirza Gul Muhammad, daerah otonomi keluarga ini menjadi sangat lemah, dan hanya terbatas di dalam Qadian saja yang menyerupai benteng dengan tembok pertahanan di sekelilingnya. Daerah-daerah lain telah jatuh ke tangan musuh.

Akhirnya bangsa Sikh dapat juga menguasai Qadian dengan jalan mengadakan kontak rahasia dengan beberapa penduduk Qadian, dan semua anggota keluarga ini ditawan oleh bangsa Sikh. Tetapi setelah beberapa hari, keluarga ini diizinkan meninggalkan Qadian, lalu mereka pergi ke Kesultanan Kapurtala dan menetap di sana selama 12 tahun.

Setelah itu tibalah zaman kekuasaan Maharaja Ranjit Singh yang berhasil menguasai semua raja kecil, dan beliau mengembalikan sebagian harta benda keluarga tersebut kepada ayah Mirza Ghulam Ahmad – yakni Mirza Ghulam Murtadha -- yang bekerja dalam tentara Maharaja itu beserta saudara-saudaranya. Kemudian datanglah bangsa Inggris yang mengalahkan pemerintah Sikh, dan merampas segala kekayaan keluarga ini, kecuali satu daerah Qadian yang amat kecil dibiarkan dalam kepemilikan keluarga tersebut.

Perumpamaan Mengenai Sebuah Kota

Pertanyaan lainnya yang perlu dijawab adalah: “Mengapa “Rasul Akhir Zaman” itu – yaini Mirza Ghulam Ahmad a.s. – lahir di kawasan Hindustan(India)? Mengapa “Rasul Akhir Zaman” itu tidak lahir di kawasan Timur Tengah sebagaimana para rasul Allah yang diutus sebelum Nabi Besar Muhammad saw.?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut terlebih dulu perlu dikemukakan firman Allah Swt. dalam Surah Yaa Sin telah mengemukakan perumpamaan mengenai sebuah kota, firman-Nya:

وَ اضۡرِبۡ لَہُمۡ مَّثَلًا اَصۡحٰبَ الۡقَرۡیَۃِ ۘ اِذۡ جَآءَہَا الۡمُرۡسَلُوۡنَ ﴿ۚ۱۴

Dan kemukakanlah bagi mereka perumpamaan mengenai penduduk suatu kota ketika orang-orang yang diutus (rasul-rasul) datang kepada mereka. (Yaa Siin [36]:14).

Qaryah dapat berarti sesuatu kota atau tempat, atau secara kiasan dapat dipakai dalam arti seluruh dunia. Jadi ash-hab-al-qaryah dapat berarti umat manusia umumnya. Atau kata yang berarti kota tertentu itu dapat mengisyaratkan kepada kota Makkah, yaitu Pusat dan Benteng Islam.

Dengan demikian maka kalimat “orang-orang yang diutus” (rasul-rasul) akan berlaku untuk Nabi Besar Muhammad saw. karena wujud dan pribadi beliau saw. menampilkan semua rasul dan nabi Allah, sebagaimana halnya Al-Quran merupakan himpunan semua kebenaran abadi yang terkandung dalam Kitab-kitab wahyu yang telah diturunkan sebelumnya kepada para Rasul Allah. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

اِذۡ اَرۡسَلۡنَاۤ اِلَیۡہِمُ اثۡنَیۡنِ فَکَذَّبُوۡہُمَا فَعَزَّزۡنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوۡۤا اِنَّاۤ اِلَیۡکُمۡ مُّرۡسَلُوۡنَ ﴿۱۵

Ketika Kami mengirimkan kepada mereka dua orang rasul, maka mereka mendustakan keduanya, maka Kami memperkuat dengan yang ketiga, lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus (rasul-rasul) kepada kamu.” (Yaa Siin [36]: 15).

Yang dimaksud dengan “dua orang rasul” dapat mengisyaratkan kepada (1) Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., atau (2) Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s.. Sedangkan kalimat “maka Kami memperkuat dengan yang ketiga mengisyaratkan kepada Nabi Besar Muhammad saw., karena beliau saw. bukan saja memperkuat -- yakni membenarkan dan menggenapi -- missi kerasulan Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sehingga dengan demikian dalam wujud Nabi Besar Muhammad saw. nubuatan-nubuatan yang telah dibuat kedua rasul Allah dari kalangan Bani Israil tersebut mengenai kedatangan beliau saw., yang disebut sebagai “nabi yang seperti Musa” atau “Nabi itu” atau Dia yang datang dalam nama Tuhan” (Ulangan 18:18 & Matius 21:33-46; Yohanes 16:12-13; QS.11:18; QS.46:11; QS.61:7). Demikian pula Nabi Besar Muhammad saw. pun memperkuat” Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s. karena dalam wujud beliau saw. telah menjadi sempurna doa mereka yang tercantum dalam QS.2:129-130.

Didustakan dan Diancam

Selanjutnya dalam perumpamaan tersebut Allah Swt. mengemukakan salah satu Sunnah-Nya tentang pendustaan penduduk kota-kota terhadap para rasul Allah yang diutus kepada mereka, firman-Nya:

قَالُوۡا مَاۤ اَنۡتُمۡ اِلَّا بَشَرٌ مِّثۡلُنَا ۙ وَ مَاۤ اَنۡزَلَ الرَّحۡمٰنُ مِنۡ شَیۡءٍ ۙ اِنۡ اَنۡتُمۡ اِلَّا تَکۡذِبُوۡنَ ﴿۱۶ قَالُوۡا رَبُّنَا یَعۡلَمُ اِنَّاۤ اِلَیۡکُمۡ لَمُرۡسَلُوۡنَ ﴿۱۷ وَ مَا عَلَیۡنَاۤ اِلَّا الۡبَلٰغُ الۡمُبِیۡنُ ﴿۱۷ قَالُوۡۤا اِنَّا تَطَیَّرۡنَا بِکُمۡ ۚ لَئِنۡ لَّمۡ تَنۡتَہُوۡا لَنَرۡجُمَنَّکُمۡ وَ لَیَمَسَّنَّکُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿۱۸

Mereka berkata: ”Kamu sekali-kali tidak lain hanya manusia seperti kami, dan Tuhan Yang Maha Pemurah sekali-kali tidak menurunkan sesuatu, tidak lain kamu hanya berdusta belaka.” Mereka (rasul-rasul) berkata: “Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami benar-benar diutus kepada kamu. Dan tugas kami sekali-kali tidak lain hanya menyampaikan dengan jelas.” Mereka berkata: “Sesungguhnya kemalangan kami karena kamu, jika kamu tidak benar-benar berhenti niscaya kami akan merajammu, dan niscaya azab yang pedih akan menimpamu dari kami” (Yaa Siin [36]:16-19).

Rajama-hu berarti: ia merajamnya; ia melempari dan membunuh dia (Lexicon Lane), makna kalimat niscaya kami akan merajammu adalah akan mengusir mereka dengan cara-cara yang zalim. Ancaman seperti itu dialami oleh semua rasul Allah, contohnya ancaman kepada Nabi Syu’aib a.s. oleh para pemuka kaumnya (QS.11:92), demikian juga ancaman terhadap Nabi Besar Muhammad saw. (QS.8:31). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

قَالُوۡا طَآئِرُکُمۡ مَّعَکُمۡ ؕ اَئِنۡ ذُکِّرۡتُمۡ ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ مُّسۡرِفُوۡنَ ﴿۲۰

Mereka, para rasul, berkata: “Kemalangan kamu itu bersama (akibat) dirimu sendiri. Apakah jika kamu diperingatkan kamu mengancam kami? Bahkan kamu adalah kaum yang melampaui batas.” (Yaa Siin [36]:20).

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar