Rabu, 07 Desember 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Rasul Akhir Zaman & Qadian "Jannah" Akir Zaman (3)


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian LVI


Tentang

Rasul Akhir Zaman & Qadian Daarul Aman - "Jannah" Akhir Zaman (3)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


قِیۡلَ ادۡخُلِ الۡجَنَّۃَ ؕ قَالَ یٰلَیۡتَ قَوۡمِیۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ۲۶ بِمَا غَفَرَ لِیۡ رَبِّیۡ وَ جَعَلَنِیۡ مِنَ الۡمُکۡرَمِیۡنَ ﴿۲۷

Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam jannah (surga).” Ia berkata: “Wahai alangkah baiknya jika kaumku mengetahui, betapa Tuhan-ku telah mengampuniku dan telah menjadikan aku dari antara orang-orang yang dimuliakan.” (Yaa Siin [36]:27-28).

Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai makna “seorang laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu”, bahwa ayat tersebut mengisyaratkan kepada pengutusan Rasul Akhir Zaman – dalam hal ini adalah Mirza Ghulam Ahmad a.s. dari Qadian, India -- yang atas perintah Allah Swt. beliau bukan saja menyatakan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Al-Masih/Mesiah/Yesus Kristus) telah wafat, sebagaimana para Rasul Allah lainnya yang diutus sebelum Nabi Besar Muhammad saw.(QS.3:56; QS.5:117-119; QS.21:35), juga beliau telah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kedatangan kedua kali para rasul Allah di Akhir Zaman adalah diri beliau sebagai misal mereka, terutama sekali sebagai misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:

وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿۵۸ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿۵۹ اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ۶۰ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَجَعَلۡنَا مِنۡکُمۡ مَّلٰٓئِکَۃً فِی الۡاَرۡضِ یَخۡلُفُوۡنَ ﴿۶۱

Dan apabila Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal tiba-tiba kaum engkau (Rasulullah) meneriakkan penentangan terhadapnya, dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Ia (Isa ibnu Maryam) tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan bagi Bani Israil. Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami menjadikan malaikat dari antara kamu sebagai penerus di bumi. (Al-Zukhruf [43]:58-61).

Shadda (yashuddu) berarti: ia menghalangi dia dari sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia mengajukan sanggahan (protes) (Aqrab al- Mawarid).

Alasan kenapa para rasul Allah selalu berasal dari kalangan manusia, sebab para malakat tidak dapat dijadikan contoh dan model bagi manusia, oleh karena itu Allah Swt. senantiasa mengutus manusia guna menyampaikan kehendak-Nya kepada manusia dan untuk menjadi contoh dan teladan bagi manusia.

Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Sebagai Tanda Saat

Kedatangan Al-Masih a.s. yang dilahirkan tanpa ayah – karena ibunya merangkap sebagai ayahnya sehingga beliau disebut Isa Ibnu Maryam a.s. -- -- adalah tanda bahwa orang-orang Yahudi akibat kedurhakaan mereka yang berulang-ulang kepada Allah Swt. dan para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:88-93) akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya, firman-Nya:

وَ اِنَّہٗ لَعِلۡمٌ لِّلسَّاعَۃِ فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِہَا وَ اتَّبِعُوۡنِ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿۶۲

Tetapi sesungguhnya ia benar-benar pengetahuan mengenai [datangnya] Saat, maka janganlah ragu-ragu mengenainya dan ikutilah aku, inilah jalan lurus. Dan janganlah syaitan menghalang-halangi kamu, sesungguhnya ia bagimu adalah musuh yang nyata. (Al-Zukhruf [43]:63).

"Saat" dapat menyatakan waktu berakhirnya syariat Nabi Musa a.s. dan kata pengganti hu dalam innahu dapat mengisyaratkan kepada Nabi Isa a.s. atau kepada Al-Quran, dan ayat ini dapat berarti bahwa sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kaum Bani Israil akan kehilangan karunia kenabian, atau bahwa syariat lain — yakni syariat Al-Quran — akan menggantikan syariat Nabi Musa a.s..

وَ لَمَّا جَآءَ عِیۡسٰی بِالۡبَیِّنٰتِ قَالَ قَدۡ جِئۡتُکُمۡ بِالۡحِکۡمَۃِ وَ لِاُبَیِّنَ لَکُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ تَخۡتَلِفُوۡنَ فِیۡہِ ۚ فَاتَّقُوا اللّٰہَ وَ اَطِیۡعُوۡنِ ﴿۶۴ اِنَّ اللّٰہَ ہُوَ رَبِّیۡ وَ رَبُّکُمۡ فَاعۡبُدُوۡہُ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿۶۵ فَاخۡتَلَفَ الۡاَحۡزَابُ مِنۡۢ بَیۡنِہِمۡ ۚ فَوَیۡلٌ لِّلَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا مِنۡ عَذَابِ یَوۡمٍ اَلِیۡمٍ ﴿۶۶

Dan tatkala Isa datang dengan Tanda-tanda yang nyata ia berkata: "Sungguh aku datang kepada kamu dengan hikmah, dan menjelaskan beberapa hal kepadamu yang mengenainya kamu berselisih, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepa-daku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Tuhan-ku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, inilah jalan yang lurus." Tetapi golongan-golongan di antara mereka berselisih, maka celakalah bagi orang-orang zalim karena azab hari yang pedih. (Al-Zukhruf [43]:62-66).

Kembali kepada firman-Nya:

وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿۵۸ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿۵۹ اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا لِّبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ۶۰ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَجَعَلۡنَا مِنۡکُمۡ مَّلٰٓئِکَۃً فِی الۡاَرۡضِ یَخۡلُفُوۡنَ ﴿۶۱

Dan apabila Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal tiba-tiba kaum engkau (Rasulullah) meneriakkan penentangan terhadapnya, dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Ia (Isa ibnu Maryam) tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan bagi Bani Israil. Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami menjadikan malaikat dari antara kamu sebagai penerus di bumi. (Al-Zukhruf [43]:58-61).

Karena matsal berarti sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39) maka ayat ini -- di samping arti yang diberikan dalam ayat ini -- dapat pula berarti bahwa bila kaum Nabi Besar Muhammad saw. — yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama Nabi Isa a.s. akan dibangkitkan di antara mereka untuk memperbaharui mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang, maka daripada bergembira atas kabar gembira itu malah mereka berteriak mengajukan protes. Jadi, ayat ini dapat dianggap mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. untuk kedua kalinya, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. dari Qadian – India.

Qadian Daarul Aman - “Jannah” di Akhir Zaman

Demikianlah makna dari “seorang laki-laki yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu” -- yakni Rasul Akhir Zaman yang tidak mungcul dari wilayah Timur Tengah, melainkan dari Qadian di Hindustan, yang jauh dari kota Makkah -- dalam firman-Nya:

وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ۲۰ اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿۲۱ وَ مَا لِیَ لَاۤ اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿۲۲ ءَاَتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً اِنۡ یُّرِدۡنِ الرَّحۡمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّیۡ شَفَاعَتُہُمۡ شَیۡئًا وَّ لَا یُنۡقِذُوۡنِ ﴿ۚ۲۳ اِنِّیۡۤ اِذًا لَّفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿۲۴ اِنِّیۡۤ اٰمَنۡتُ بِرَبِّکُمۡ فَاسۡمَعُوۡنِ ﴿ؕ۲۵ قِیۡلَ ادۡخُلِ الۡجَنَّۃَ ؕ قَالَ یٰلَیۡتَ قَوۡمِیۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ۲۶

Dan datang dari bagian terjauh kota itu seorang laki-laki dengan berlari-lari, ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu. Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan mengapakah aku tidak menyembah Tuhan Yang menciptakan diriku dan Yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan? Apakah aku akan mengambil selain Dia sebagai sembahan-sembahan, padahal jika Tuhan Yang Maha Pemurah menghendaki sesuatu kemudaratan bagiku syafaat mereka itu tidak akan bermanfaat bagiku sedikit pun, dan mereka tidak dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku jika demikian niscaya berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya aku beriman kepada Tuhan kamu maka dengarlah aku.” (Yaa Siin [36]:20-26).

Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

قِیۡلَ ادۡخُلِ الۡجَنَّۃَ ؕ قَالَ یٰلَیۡتَ قَوۡمِیۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ۲۶ بِمَا غَفَرَ لِیۡ رَبِّیۡ وَ جَعَلَنِیۡ مِنَ الۡمُکۡرَمِیۡنَ ﴿۲۷

Dikatakan kepadanya: Masuklah ke dalam jannah (surga).” Ia berkata: “Wahai alangkah baiknya jika kaumku mengetahui, betapa Tuhan-ku telah mengampuniku dan telah menjadikan aku dari antara orang-orang yang dimuliakan.” (Yaa Siin [36]:27-28).

Penyebutan jannah (surga) secara khusus dalam ayat ini sehubungan dengan rajulun yas’a (laki-laki yang berlari-lari) tersebut sangat penting artinya. Kalau kepada semua orang yang beriman sejati dalam Al-Quran telah dijanjikan surga, maka penyebutan secara khusus ini nampaknya berlebih-lebihan dan tidak pada tempatnya.

Pembuatan suatu kuburan khusus di Qadian yang terkenal, Bahisyti Maqbarah (Pekuburan Surgawi) oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. atas perintah Ilahi secara istimewa, dapat merupakan penyempurnaan secara fisik bagi perintah yang terkandung dalam kata-kata “Inni anzaltu ma’aka al-jannah,” artinya, “Aku telah menyebabkan surga turun bersama engkau” yakni salah satu wahyu Ilahi yang beliau terima (Tadzkirah). Nubuatan itu pun agaknya mendukung penjelasan bagi kata-kata, “Masuklah ke dalam surga.” Masalah “pekuburan surgawi” ini dijelaskan secara lengkap dalam buku beliau yang bernama AL-WASIYAT.

Berikut adalah salah satu bukti sejarah yang mendukung bahwa Qadian -- sebagaimana halnya kota Makkah dan Madinah -- juga mendapat jaminan perlindungan keamanan dari Allah Swt.. Sebagai tanda kebenaran pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Rasul Akhir Zaman, dalam hal ini sebagai misal Isa Ibnu Maryam a.s., maka sebagaimana halnya dengan para Rasul Allah yang telah diutus sebelumnya – termasuk Nabi Besar Muhammad saw. – didustakan dan ditentang sezara zalim oleh para pemuka kaum, demikian juga halnya dengan Mirza Ghulam Ahmad a.s. ketika beliau mendakwakan sebagai Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama di dunia.

Akibat dari pendustaan dan penentangan zalim tersebut Allah Swt. telah memperlihatkan Tanda-tanda yang mendukung kebenaran pendakwaan MIrza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Rasul Akhir Zaman, di antaranya Tanda berupa azab, dalam hal ini adalah merebaknya wabah pes yang telah memakan ribuan, bahkan puluhan ribu, korban jiwa.

Kishti Nuh (Bahtera Nuh)

Sehubungan dengan merajalelanya wabah pes yang sangat hebat tersebut, Mirza Ghulam Ahmad a.s. telah menulis buku yang diberi judul “Kishti Nuh” yang artinya “Bahtera Nuh”. Buku Kishti Nuh memiliki dua judul lain: Da’watul Iman (Seruan kepada Iman) dan Taqwiyatul Iman (Pengokohan Iman) dan diterbitkan pada 5 Oktober 1902. Pada halaman judul, sebagai tambahan untuk ketiga judul buku ini, juga memuat tulisan yang berarti “Selebaran yang dimaksudkan sebagai vaksin dari langit untuk Jemaat terhadap wabah pes.”

Di halaman judul juga memuat dua bait yang berarti “Wabah pes ini telah menghancurkan hati orang-orang; wabah ini bukan sekedar wabah, ini adalah banjir yang dahsyat (air bah). Cepatlah dan datanglah ke bahteraku, karena bahtera ini telah dipersiapkan atas perintah Tuhan.

Mirza Ghulam Ahmad a.s. menerima (melihat) kasyaf pada 6 Pebruari 1889 bahwa ada satu malaikat yang sedang menanam beberapa tanaman hitam di beberapa tempat di Punjab, Hindustan (sekarang India). Tanaman-tanaman tersebut sangat buruk rupanya. hitam, menakutkan dan kecil bentuknya. Beliau menuturkan bahwa tanaman tersebut adalah penyakit pes.

Sebagai penggenapan dari nubuatan ini suatu wabah pes hebat melanda Punjab, sehingga pemerintah Inggris di Hindustan mulai mencanangkan gerakan vaksinisasi dalam skala besar pada bulan Oktober 1902; pemerintah juga menjelaskan melalui pidato-pidato dan artikel-artikel yang diterbitkan di berbagai tempat bahwa sangat penting bagi setiap orang untuk divaksinisasi.

Namun atas perintah Allah Swt. Mirza Ghulam Ahmad a.s. menolak untuk divaksinisasi, dan menerbitkan buku Kishti Nuh (Bahtera Nuh), yang di dalamnya beliau sangat menghargai usaha-usaha pemerintah untuk menyelamatkan nyawa orang-orang, namun beliau dan para pengikut beliau telah dilarang oleh Tuhan untuk divaksinisasi.

Lebih lanjut beliau bersabda bahwa Tuhan menghendaki bahwa pada jaman ini Dia akan menampakkan tanda belas kasih dari langit bagi makhluk-makhluk-Nya dan untuk tujuan inilah Dia telah berfirman kepada beliau bahwa diri beliau dan mereka yang tinggal di keempat dinding rumah beliau dan mematuhi beliau secara sempurna, dan sepenuhnya takut kepada Allah, akan selamat dari wabah pes ini. Bunyi wahyu Ilahi tersebut adalah: Inniy uhaafizhu kulla man fid- daar - Aku akan memelihara setiap orang yang ada di dalam dinding rumah engkau". Beliau bersabda bahwa Tuhan telah berfirman kepada beliau bahwa inilah yang akan menjadi tanda di Akhir Zaman, supaya Dia bisa membedakan di antara bangsa-bangsa.

Sehubungan dengan wahyu Ilahi mengenai jaminan pemeliharaan dari Alllah Swt. tersebut, Mirza Ghulam Ahmad a.s. lebih jauh menjelaskan, bahwa janji pemeliharaan dari Allah Swt. tidak terbatas pada para penghuni rumah beliau yang terbuat dari batu-bata saja, tetapi meluas kepada para penghuni "Rumah Ruhani" beliau, yakni orang-orang yang sepenuhnya melaksanakan ajaran beliau yang tertera dalam buku Kisyti Nuh (Bahtera Nuh). Atas dasar itu pulalah kepada para pengikut beliau yang tidak sepenuhnya mengamalkan ajaran beliau, mereka itu lebih baik minta divaksinasi agar tidak menjadi fitnah bagi Jemaat beliau.

Itulah alasan mengapa beliau dan mereka yang tinggal di keempat dinding rumah beliau tidak memerlukan vaksinisasi.
Untuk membuat jelas tentang ajaran apa yang orang-orang harus ikuti agar termasuk ke dalam orang-orang yang tinggal di dalam keempat dinding rumah beliau, beliau telah menegaskan ajaran-ajaran tersebut yang semuanya adalah ajaran keruhanian, keagamaan dan ajaran-ajaran moral agama Islam, karena beliau telah datang untuk menghidupkan kembali agama Islam.

Beliau bersabda: “Ini adalah bukti yang meyakinkan tentang diutusnya aku oleh Tuhan, yakni semua orang mukhlis yang tinggal di dalam keempat dinding rumahku akan diselamatkan dan dia tidak akan mati karena penyakit ini dan semua pengikutku akan termasuk mereka yang selamat dan aman dari bencana ini, karena bukan perbedaan pendapat yang mendatangkan kemurkaan Tuhan, sebab hal itu adalah sesuatu yang harus Tuhan putuskan di hari penghakiman. Azab dari langit telah diturunkan kepada orang-orang karena kejahatan mereka dan banyaknya dosa.”

Sungguh sangat menakjubkan, walau pun para pengikut beliau tidak ada yang divaksin, sedangkan masyarakat luas banyak yang melaksanakan tindakan pemerintah Inggris yang melakukan vaksinasi massal, tetapi kenyataan membuktikan bahwa dari ribuan orang yang menjadi korban wabah pes, yang berlangsung berbulan-bulan tersebut, sangat sedikit jumlahnya para pengikut beliau yang terjangkiti atau yang menjadi korban wabah pes tersebut. Bahkan sesuai dengan janji pemeliharaan Allah Swt. atas rumah beliau – Inniy uhaafizhu kulla man fid- daar -- Aku akan memelihara setiap orang yang berada di dalam dinding rumah engkau -- tidak ada seekor tikus pun yang mati di rumah Pendiri Jemaat Ahmadiyah tersebut, padahal tikus adalah penyebar utama wabah pes tersebut.

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar