Sabtu, 17 Desember 2011

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Rasul Akhir Zaman &Qadian Daarul Aman - "Jannah" Akhir Zaman


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian LXI


Tentang

Rasul Akhir Zaman & Qadian Daarul Aman - "Jannah" Akhir Zaman (8)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪۵۱

Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir (Al-Mu’minuun [23]:51).

Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai perbedaan lenyapnya “air” pengetahuan duniawi dengan “air” pengetahuan ruhani, yakni yang disebut pertama meresap ke dalam bumi sebagaimana firman-Nya:

قُلۡ اَرَءَیۡتُمۡ اِنۡ اَصۡبَحَ مَآؤُکُمۡ غَوۡرًا فَمَنۡ یَّاۡتِیۡکُمۡ بِمَآءٍ مَّعِیۡنٍ ﴿٪۳۱

Katakanlah: “Beritahukanlah kepadaku, jika air kamu meresap ke dalam tanah, maka siapakah yang akan mendatangkan kepada kamu air yang mengalir?” (Al-Mulk [67]:31).

Sedangkan yang kedua adalah sejalan dengan semakin lenyapnya ketakwaan suatu kaum (umat) kepada Allah Swt. dan ketaatan kepada Rasul-Nya maka Allah Swt. berangsur-angsur mengangkat atau menarik kembali ruh agama tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya:

یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿۶

Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung (Al-Sajdah [32]:6).

Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman:

وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿۸۶ وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا وَکِیۡلًا ﴿ۙ۸۷ اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ فَضۡلَہٗ کَانَ عَلَیۡکَ کَبِیۡرًا ﴿۸۸ قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا ﴿۸۹

Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh. Katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu sama sekali tidak diberi ilmu mengenai itu melainkan sedikit.” Dan jika Kami benar-benar menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu, kecuali karena rahmat dari Tuhan engkau, sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau. Katakanlah: “Jika manusia (ins) dan jin benar-benar berhimpun untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini, mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini, walaupun sebagian mereka membantu sebagian yang lain.” (Bani Israil [17]:86-89).

Gerakan-gerakan Kebatinan & Mistik

Dalam masa kemunduran dan kejatuhan ruhani orang-orang Yahudi, nampaknya mereka asyik berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan ilmu klenik (occult), seperti halnya banyak ahli kebatinan modern, para pengikut gerakan teosofi dan yogi-yogi Hindu. Nampaknya di masa Nabi Besar Muhammad saw. pun beberapa orang Yahudi di Medinah telah menempuh cara-cara kebiasaan semacam itu. Itulah sebabnya mengapa ketika orang-orang musyrik Makkah mencari bantuan orang-orang Yahudi untuk membungkam Nabi Besar Muhammad saw., mereka memberi saran supaya orang-orang musyrik Makkah itu mengajukan pertanyaan kepada beliau saw. tentang hakikat ruh manusia. Firman-Nya:

وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿۸۶

Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh. Katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu sama sekali tidak diberi ilmu mengenai itu melainkan sedikit.” (Bani Israil [17]:87).

Dalam ayat yang sedang dibahas ini Al-Quran menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan bahwa ruh memperoleh daya kekuatannya dari perintah Ilahi, dan apa pun yang menurut kepercayaan orang dapat diperoleh dengan perantaraan apa yang dikatakan latihan-latihan batin dan ilmu sihir, adalah semata-mata tipuan dan omong-kosong belaka.

Menurut riwayat pertanyaan-pertanyaan mengenai sifat ruh manusia pertama-tama diajukan kepada Nabi Besar Muhammad saw. di kota Makkah oleh orang-orang Quraisy dan kemudian menurut ‘Abdullah bin Mas’ud r.a. diajukan pula oleh orang-orang Yahudi di Medinah.

Di sini ruh disebut sesuatu yang diciptakan atas perintah langsung dari Allah Swt.. Menurut Al-Quran semua penciptaan terdiri dari dua jenis: (1) Kejadian permulaan yang dilaksanakan tanpa mempergunakan zat atau benda yang telah diciptakan sebelumnya. (2) Kejadian selanjutnya yang dilaksanakan dengan mempergunakan sarana dan benda yang telah diciptakan sebelumnya. Kejadian macam pertama termasuk jenis amr (arti harfiahnya ialah perintah), yang untuk itu lihat QS.2:118, dan yang terakhir disebut khalq (arti harfiahnya ialah menciptakan). Ruh manusia termasuk jenis penciptaan pertama, yakni amr (perintah) Kata ruh itu berarti pula wahyu Ilahi (Lexicon Lane). Letaknya kata ini di sini agaknya mendukung arti demikian.

Pencabutan “Ruh” Al-Quran (Agama Islam)

Ayat 88-89 -- sesuai dengan firman-Nya mengenai penarikan kembali amr (perintah) Allah Swt. secara berangsur-angsur dari bumi dalam jangka waktu 1000 tahun (QS.32:6) -- nampaknya mengandung nubuatan bahwa akan datang suatu saat ketika ilmu Al-Quran atau ruh Al-Quran akan lenyap dari bumi.

Nubuatan Nabi Besar Muhammad saw. serupa itu telah diriwayatkan oleh Mardawaih, Baihaqi, dan Ibn Majah, ketika ruh dan jiwa ajaran Al-Quran akan hilang lenyap dari bumi, dan semua orang yang dikenal sebagai ahli-ahli mistik dan para sufi yang mengakui memiliki kekuatan batin istimewa — seperti pula diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi dahulu kala yang sifatnya serupa dengan mereka — tidak akan berhasil mengembalikan jiwa ajaran Al-Quran dengan usaha mereka bersama-sama. Firman-Nya:

وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا وَکِیۡلًا ﴿ۙ۸۷ اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ فَضۡلَہٗ کَانَ عَلَیۡکَ کَبِیۡرًا ﴿۸۸

Dan jika Kami benar-benar menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu, kecuali karena rahmat dari Tuhan engkau, sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau. Katakanlah: (Bani Israil [17]:87-88).

Dengan demikian tantangan dalam ayat 89 pertama-tama diajukan kepada mereka yang berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan klenik – baik mereka orang-orang Yahudi mau pun orang-orang Muslim yang bergelut pada kegiatan mistik (kebatinan) -- supaya mereka meminta pertolongan ruh-ruh gaib, yang darinya orang-orang ahli kebatinan itu — menurut pengakuannya sendiri — menerima ilmu ruhani.

Tantangan ini berlaku pula untuk semua orang yang menolak Al-Quran bersumber pada Allah Swt. dan tantangan ini berlaku untuk sepanjang masa, firman-Nya:

قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا ﴿۸۹

Katakanlah: “Jika manusia (ins) dan jin benar-benar berhimpun untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini, mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini, walaupun sebagian mereka membantu sebagian yang lain.” (Bani Israil [17]:89).

Jadi, kembali kepada ayat sebelumnya bahwa sebagaimana halnya hanya wewenang Allah Swt. sajalah untuk menghidupkan kembali orang yang telah mati secara jasmani, demikian pula halnya dari segi ruhani pun yang berwenang mengembalikan “ruh” agama hanya Allah Swt., manusia sedikit pun tidak diberi wewenang dalam urusan tersebut, firman-Nya:

اَلَمۡ یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿۱۷ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿۱۸

Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk meng-ingat Allah dan mengingat kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka? Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadiid [57]:17-18).

Hujan Wahyu Ilahi di Akhir Zaman

Firman Allah Swt. tersebut menarik perhatian umat manusia satu fenomena alam terjadinya musim kemarau panjang, karena hujan dari langit lama tidak turun maka akibatnya air di permukaan bumi pun menjadi hilang, sehingga membuat tumbuh-tumbuhan pun menjadi kering kerontang dan akhirnya mati. Kalau pun di sungai dan di danau masih tersisa air, tetapi karena sangat sedikit sehingga menjadi bau dan berpenyakit.

Fenomena yang sama berlaku pula dalam dunia keruhanian, dan pada masa-masa seperti itulah muncul orang-orang yang berkecimpung dalam dunia mistik (kebatinan) sebagaimana dikemukakan sebelum ini, dengan akibat keadaan akhlak dan ruhani manusia semakin rusak serta Tauhid Ilahi semakin tenggelam dalam genangan berbagai bentuk kemusyrikan.

Menurut firman-Nya tersebut, Sunatullah yang berlaku jika Allah Swt. berkehendak menghidupkan permukaan bumi yang telah kering-kerontang tersebut adalah dengan kembali menurunkan air hujan sesuai dengan kadar yang dibutuhkan. Demikian pula halnya dalam dunia keruhanian, dan yang dimaksud dengan “hujan” dari langit adalah turunnya wahyu Ilahi kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37), firman-Nya:

ااِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿۱۸

Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadiid [57]:18).

Pengembalian Ruh Al-Quran

Proses menghilangnya air dari muka bumi -- baik dengan cara meresap ke dalam bumi mau pun melalui penguapan – serta diturunkan-Nya “hujan” wahyu dari langit tersebut digambarkan dalam firman Allah sebelumnya (QS.17:86-89) sebagai pencabutan dan pengembalian ruh agama, firman-Nya:

وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿۸۶ وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا وَکِیۡلًا ﴿ۙ۸۷ اِلَّا رَحۡمَۃً مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ فَضۡلَہٗ کَانَ عَلَیۡکَ کَبِیۡرًا ﴿۸۸ قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ ظَہِیۡرًا ﴿۸۹

Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh, katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu sama sekali tidak diberi ilmu mengenai itu melainkan sedikit.” Dan jika Kami benar-benar menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu, kecuali karena rahmat dari Tuhan engkau, sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau. Katakanlah: “Jika manusia (ins) dan jin benar-benar berhimpun untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini, mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini, walaupun sebagian mereka membantu sebagian yang lain.” (Bani Israil [17]:86-89).

Di Akhir Zaman ini Sunnatullah pengembalian “ruh” agama Islam (Al-Quran) setelah mengalami masa penarikan kembali kepada-Nya selama 1000 tahun (QS.32:6) -- sesudah masa kejayaan Islam yang pertama selama 300 tahun -- adalah dengan menurunkan kembali “hujan wahyu Ilahi” kepada Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., dalam rangka mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:

ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿۹

Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia menunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak menyukai (Al-Shaff [61]:10).

Melalui Rasul Akhir Zaman inilah perpecahan di lingkungan umat Islam yang membuat mereka bagaikan “tulang-belulang berserakan” (QS.3:103-105) akan kembali menjadi satu tubuh yang utuh dan hidup, dan menjadi “khalqan jadiid” (makluk baru), keadaan mereka persis sama dengan terciptanya umat Islam dari kalangan bangsa Arab jahiliyah di zaman Nabi Besar Muhammad saw., yang walau pun secara jasmani tidak ada perubahan bentuk, tetapi dari segi akhlak dan ruhani mereka itu benar-benar merupakan “khalqun jadiid” (makluk baru), firman-Nya:

وَ قَالُوۡۤاءَ اِذَا کُنَّا عِظَامًا وَّ رُفَاتًاءَ اِنَّا لَمَبۡعُوۡثُوۡنَ خَلۡقًا جَدِیۡدًا ﴿۵۰ قُلۡ کُوۡنُوۡا حِجَارَۃً اَوۡ حَدِیۡدًا ﴿ۙ۵۱ اَوۡ خَلۡقًا مِّمَّا یَکۡبُرُ فِیۡ صُدُوۡرِکُمۡ ۚ فَسَیَقُوۡلُوۡنَ مَنۡ یُّعِیۡدُنَا ؕ قُلِ الَّذِیۡ فَطَرَکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍ ۚ فَسَیُنۡغِضُوۡنَ اِلَیۡکَ رُءُوۡسَہُمۡ وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہُوَ ؕ قُلۡ عَسٰۤی اَنۡ یَّکُوۡنَ قَرِیۡبًا ﴿۵۲ یَوۡمَ یَدۡعُوۡکُمۡ فَتَسۡتَجِیۡبُوۡنَ بِحَمۡدِہٖ وَ تَظُنُّوۡنَ اِنۡ لَّبِثۡتُمۡ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿٪۵۳

Dan mereka berkata: ”Apakah apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi, atau makhluk yang nampaknya terkeras hatinya dalam pikiran kamu, kamu pasti akan dibangkitkan lagi.” Maka pasti mereka akan mengatakan: Siapakah yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah: “Dia Yang telah menjadikan kamu pertama kali.” Maka pasti mereka akan meng-gelengkan kepalanya terhadap engkau dan berkata: ”Kapankah itu akan terjadi?” Katakanlah: “Boleh jadi itu dekat, yaitu pada hari ketika Dia memanggilmu lalu kamu menyambut dengan memuji-Nya dan kamu akan beranggapan bahwa kamu tidak tinggal di dunia kecuali hanya sebentar.” (Bani Israil [17]:50-53).

Kalimat “Jadikah kamu batu atau besi, atau makhluk yang nampaknya terkeras...” berhubungan dengan keadaan kerasnya hati manusia sebagaimana firman Allah sebelum ini:

اَلَمۡ یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿۱۷ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿۱۸

Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk meng-ingat Allah dan mengingat kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka? Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadiid [57]:17-18).

Dengan demikian jelaslah bahwa sebagaimana kejayaan atau kebangkitan umat Islam yang pertama di masa awal adalah dengan perantaraan “hujan wahyu Ilahi” kepada Nabi Besar Besar Muhammad saw., sehingga bangsa Arab yang keadaannya bagaikan tulang-belulang berserakan hanya dalam waktu 23 tahun saja berubah menjadi “khalqan jadiid” (makhluk baru) atau “khayru ummah” (umat terbaik -- QS.2:144; QS.3:111), demikian juga di Akhir Zaman ini ketika keadaan umat Islam telah kembali seperti tulang-belulang berserakan” Allah Swt. akan membangkitkannya dengan perantaraan “hujan wahyu Ilahi” kepada Rasul Akhir Zaman, yang pada hakikatnya merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani dalam wujud Mirza Ghulam Ahmad a.s., dan "khalqan jadiid" (makhluk baru) tersebut adalah Jemaat Ahmadiyah, yang dilahirkan di Qadian Daarul Aman, firman-Nya:

ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿۲ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۳ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿۴

Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [63]:3-5).

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

1 komentar:

  1. RUH TIDAK DI CIPTAKAN,,AKAN TETAPI DI TIUPKAN..RUH ITU KEKAL,TIDAK MATI,,YANG MATI HANYA JASAD..

    BalasHapus