Minggu, 11 Desember 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Rasul Akhir Zaman & Qadian Daaril Aman "Jannah" Akhir Zaman


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian LVII


Tentang

Rasul Akhir Zaman & Qadian Daarul Aman - "Jannah" Akhir Zaman (4)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪۵۱

Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir (Al-Mu’minuun [23]:51).

Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai jaminan Allah Swt. melalui wahyu-Nya kepada Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s., sehubungan pemeliharaan atas beliau a.s. dan para pengikut beliau yang hakiki dari serangan wabah pes yang telah menelan korban ribuan bahkan puluh ribuan orang di Provinsi Punjab, yakni: Inniy uhaafizhu kulla man fid-daarAku akan memelihara setiap orang yang ada di dalam rumah engkau.”

Peristiwa tersebut merupakan salah satu dari banyak peristiwa yang membuktikan bahwa Qadian pun bagi Pendiri Jemaat Ahmadiyah dan para Ahmadi pengikut beliau benar-benar merupakan “jannah” sebagaimana “jannah-jannah” lainnya di dunia yang memberikan jaminan keselamatan dan kesentausaan hidup, khususnya kota Makkah.

Sejak Pendiri Jemaat Ahmadiyah atas perintah Allah Swt. mencanangkan bukti-bukti telah wafatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili, baik berdasarkan Al-Quran, Hadits-hadist, bukti-bukti peninggalan sejarah, terutama dengan keberadaan makam (kuburan) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di desa Khan Yar, Srinagar – Kasymir (QS.23:51) serta perintah untuk mendakwakan diri bahwa Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama adalah diri beliau (QS.77:12) maka seluruh penentang beliau dari berbagai kalangan – baik Muslim mau pun Non-Muslim – sepakat untuk menghancurkan missi beliau serta Jemaat beliau, yaitu dengan cara menghancur-luluhkan Qadian.

Namun semua makar buruk para penentang Mirza Ghulam Ahmad a.s. tersebut gagal total, termasuk upaya menjebloskan beliau ke dalam penjara atas atas tuduhan palsu bahwa beliau telah menyuruh seseorang yang bernama Abdul Hamid untuk melakukan pembunuhan atas diri pendeta Martin Clark, dengan menampilkan para saksi palsu.

Pengakuan palsu Abdul Hamid serta para aktor intelektual yang merancang makar buruk tersebut pun akhir pun terbongkar di Pengadilan yang diketuai oleh Kapten Douglas, yang walau pun beragama Kristen -- seperti halnya agama negaranya (Inggris) mau pun agama pendeta Martain Clark -- dan beda agama dengan "tertuduh" (Mirza Ghulam Ahmad a.s.) namun dengan tegas akhirnya hakim Kristen tersebut telah membebaskan Mirza Ghulam Ahmad a.s. dari semua tuduhan palsu tersebut. Hakim pengadilan Pemerintah Inggris di Hindustan tersebut jauh lebih jujur dan lebih berani daripada Pilatus yang walau pun ia menyatakan tidak melihat adanya kesalahan pada diri NabiIsa Ibnu Maryam a.s., namun karena takut oleh ancaman dan provokasi para pemuka agama Yahudi yang akan mengadukannya kepada Kaisar Romawi, sehingga ia tidak mampu menghindarkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israli dari pemakuan di tiang salib, walau pun benar atas rekasayanya pula akhirnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. selamat dari kematian terkutuk di tiang salib.

Fatwa Pengkafiran Paling Awal & “Bahtera Nuh” Akhir Zaman

Dari kalangan umat Islam yang tampil sebagai saksi palsu adalah Maulvi Muhammad Hussain Batalwi, yang setelah mendengar pendakwaan Pendiri Jemaat Ahmadiyah sebagai Rasul Akhir Zaman, mullah dari kota Batala tersebut telah berkeliling Hindustan mengumpulkan 200 tandatangan para pemuka agama Islam atas guna melegalisir FATWA KAFIR serta fatwa-fatwa zalim lainnya atas diri Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan jamaah beliau (Jemaat Ahmadiyah).

Fatwa Kafir inilah yang menjadi rujukan dari fatwa-fatwa kafir lainnya di berbagai negara di dunia, termasuk FATWA yang dikeluarkan oleh MUI Pusat di Indonesia, pada zaman PROF. DR HAMKA tahun 1980. Demikian juga halnya dengan keputusan FATWA RABITHAH ‘ALAM ISLAMY yang diselenggarakan oleh negara-negara anggota OKI berkenaan Pendiri Jemaat Ahmadiyah dan Jemaat beliau (Jemaat Ahmadiyah).

Tetapi kenyataan membuktikan bahwa hingga saat ini – sesuai dengan salah satu wahyu Ilahi lainnya yang diterima oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada 1887 -- sebelum adanya perintah Ilahi untuk mendakwakan diri sebagai Rasul Akhir Zaman, khususnya sebagai Al-Masih Mau’ud a.s., ada pun bunyi wahyu Ilahi dalam bahasa Urdu tersebut adalah: Mein teri tabligh ko zamin ke kinarong tak pahuncaungga – Aku (Tuhan) akan sampaikan tablig engkau ke seluruh peloksok dunia.”

Wahyu Ilahi tersebut diterima beberapa tahun sebelum pendiri Jemaat Ahmadiyah diperintahkan untuk mendakwakan sebagai Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama, dan sebelum beliau diperintahkan untuk menerima bai’at serta mendirikan Jemaat Ahmadiyah.

Kenyataan membuktikan kebenaran wahyu Ilahi tersebut, sebab sekali pun demikian hebatnya badai dan banjir dahsyat penentangan yang dilakukan terhadap Mirza Ghulam Ahmad a.s., demikian juga halnya dengan berbagai fitnah yang dihembuskan untuk memadamkan “Cahaya Ilahi” yang beliau sebarkan demikian hebatnya (QS.9:32-33; QS.61:9-10), namun wahyu Ilahi tersebut membuktikan kebenarannya, karena Pendiri Jemaat Ahmadiyah dan Jemaat Ahmadiyah bukannya tenggelam oleh badai dan banjir dahsyat penentangan serta fitnah tersebut melainkan keadaannya bagaikan BAHTERA NABI NUH A.S. yang selamat mengarungi dahsyatnya AZAB ILAHI yang menenggelamkan para pemuka kaum Nabi Nuh a.s. serta kaumnya, sedangkan BAHTERA NABI NUH A.S. berlabuh di suatu tempat yang jauh lebih tinggi daripada tempat semula bahtera tersebut dibuat, yakni berlabuh di puncak gunung Al-Judi (QS.11:41-45).

Peristiwa tersebut merupakan pelajaran bahwa para Rasul Allah dan orang-orang yang beriman besertanya, yang telah dianggap sebagai golongan yang rendah oleh para penentangnya yang menganggap diri mereka jauh lebih unggul dalam segala halnya (QS.11:26-33), tetapi ketika Allah Swt. mendatangkan KEPUTUSAN dan PENGHAKIMAN-NYA keadaannya menjadi terbalik, justru yang dianggap hina itulah yang pada akhirnya bertengger di atas puncak-puncak KEMULIAAN RUHANI dan DUNIAWI. Pihak yang mentertawakan (mencemoohkan) menjadi pihak yang ditertawakan (11:37-40; QS.83:30-37).

Penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Ibunya ke Kasymir

Kenyataan yang sama belaku pula dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang diupayakan menjadi orang yang hina serta terkutuk melalui PENYALIBAN oleh para pemuka agama Yahudi, namun dalam kenyataannya dalam “duel makar” melalui peristiwa “penyaliban” Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut terbukti “makar tandingan” Allah Swt. yang sukses (QS.3:55-57 & QS.4:157-159).

“Pengangkatan” Nabi Isa ibnu Maryam a.s. yang diisyaratkan dalam QS.3:55-57 & QS.4:158-159 tersebut bukan saja dari segi martabat keruhanian -- yakni dengan tidak terbunuhnya Nabi Isa ibnu Maryam a.s. di tiang salib sebagaimana yang diharapkan oleh para pemuka agama Yahudi, bukan saja makar buruk mereka untuk menjatuhkan martabat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari kedudukannya sebagai rasul Allah menjadi orang terkutuk” gagal total -- bahkan secara fisik (jasmani) pun Allah Swt. telah “mengangkat” yakni meninggikan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. beserta ibunda beliau (Siti Maryam r.a.) dengan menempatkannya di suatu wilayah (dataran) yang tinggi serta jauh dari Palestina (Kanaan) tempat beliau disalibkan, firman-Nya:

وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪۵۱

Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir (Al-Mu’minuun [23]:51).

Setelah selamat dari "kematian terkutuk di tiang salib" selanjutnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menggenapi gelarnya sebagai "Al-Masih" -- yang salah satu artinya adalah "orang yang banyak melakukan perjalanan (pengembara) di muka bumi" -- untuk mencari "10 domba-domba Israel yang tersesat" yang tersebar di luar wilayah Palestina, sehingga dalam akhir pengembaraannya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. beserta ibunya sampai di Kasymir, setelah mengunjungi dan membina suku-suku Bani Israil yang bermukim di Afghanistan dan tempat-tempat lainnya.

Oleh karena itu anggapan atau kepercayaan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. -- baik sebelum peristiwa penyaliban atau pun setelah peristiwa penyaliban -- diangkat Allah Swt. ke langit hidup-hidup dengan jasad kasarnya (QS.4:158-159) dan "duduk di sebelah kanan Tuhan di surga" (Markus 16:19) maka pemberian gelar Al-Masih (QS.3:43-47) atau Mesiah atau Mesias kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., atau pun pengakuan beliau sebagai "Pengembala domba yang baik" (Yahya 10:1-20) tidak tepat. Sebab kenyataan membuktikan bahwa tidak ada satu domba (suku) Bani Israil pun dari "10 domba-domba Bani Israil" yang hilang tersebut yang pergi mengembara atau tersesat ke langit, melainkan semuanya berada di muka bumi ini, luar wilayah Palestina.

Jadi, karena kematian Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. seperti pula kelahirannya telah menjadi masalah yang banyak dipertentangkan, dan beberapa kekacauan pendapat dan keraguan masih tetap ada mengenai bagaimana dan di mana beliau melampaukan hari-hari terakhir dalam kehidupan beliau yang padat karya itu, dan oleh karena persoalan cara menemui kematian beliau pun merupakan persoalan yang sangat penting bagi agama Kristen maka pada tempatnya diberikan catatan yang agak lengkap mengenai persoalan yang penting tapi rumit ini, sebagaimana firman Allah Swt. sebelum ini:

وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪۵۱

Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir (Al-Mu’minuun [23]:51).


Bukti-bukti Selamatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari Kematian terkutuk

Al-Quran dan Bible dikuatkan oleh kenyayaan-kenyataan sejarah yang telah diakui sahnya, memberi dukungan kuat kepada pandangan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak wafat di atas salib. Dalil-dalil dan keterangan-keterangan berikut menunjang dan mendukung pernyataan itu:

(1) Dalam bukunya "The Unknown Life of Yesus". Nicholas Notovitch. seorang pengembara bangsa Rus yang pernah melawat ke Timur Jauh pada kira-­kira tahun 1877 menceriterakan. bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pemah datang ke Kasymir dan Afghanistan. Sir Francis Younghusband yang pada waktu Nicholas Notovitch mengunjungi Kasymir adalah seorang penduduk berkebangsaan Inggris di istana Maharaja Kasymir, bertemu dengan dia di dekat Zojila Pass.

Penyelidikan terbaru mengenai perjalanan-perjalanan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di Timur memberikan dukungan kuat kepada buku Notovitch. Profesor Nicholus Roerich dalam bukunya "Heart of Asia" mengatakan: "Di Srinagar kami mula-mula menemukan hikayat yang aneh sekitar kunjungan Yesus ke tempat itu. Kemudian kami melihat betapa tersebar-luasnya di India, di Laddakh, dan di Asia Tengah hikayat mengenai kunjungan Yesus ke berbagai-bagai daerah itu. Di seluruh Asia Tengah, di Kasymir, di Laddakh, dan di Tibet, dan bahkan lebih ke utara lagi masih terdapat kepercavaan yang kuat bahwa Yesus atau Isa berkeliling di daerah itu ("Glimpses of World History" oleh Yawaharlal Nehru).

Beberapa sarjana telah berlindung di belakang beberapa bagian yang samar pada buku Notovitch, untuk menyebutkan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. datang ke Timur sebelum dan bukan sesudah beliau mendapat tugas sebagai nabi Allah. Tetapi seorang anak yang berumur baru 13 tahun atau 14 tahun seperti usia Yesus ketika datang ke India, tidak mungkin mempunyai gagasan melaksanakan suatu perjalanan panjang dan sulit ke tempat yang begitu jauh, dan dengan demikian menantang bahaya maut di tengah perjalanan.

Gerangan tarikan apa atau tujuan apakah yang mendorong Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ada usia yang semuda itu, datang ke India? Dan seandainya beliau sungguh datang ke India pada masa itu, kepentingan apakah yang mendorong orang-orang India dan Kasymir untuk memelihara catatan mengenai kegiatan-kegiatan dan pengembaraan-pengembaraan seorang anak yang berusia 13 atau 14 tahun?

Kenyataan berdasarkan pada catatan-­catatan sejarah yaitu bahwa sesudah beliau ditolak oleh orang-orang Yahudi dan jiwa beliau dalam keadaan bahaya di Palestina, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. meninggalkan negeri itu guna mencari — untuk memenuhi nubuatan-nubuatan lama dalam Bible. — "Sepuluh suku Bani Israil yang hilang" dan menempuh perjalanan jauh serta berbahaya ke India dan Kasymir dan menjalani suatu kehidupan yang penuh peristiwa-peristiwa sampai mencapai usia yang amat tua yaitu 120 tahun (Kanz al-Ummal, Jilid 6).

Saat itulah catatan-catatan mengenai kegiatan-kegiatan beliau mulai disimpan. "Sepuluh suku Bani Israil yang hilang itu, sesudah mereka dicerai-beraikan oleh bangsa-banasa Assiria dan Babilonia, dan telah menetap di Irak dan Iran, dan kemudian ketika orang-orang Iran di bawah Cyrus dan Darius meluaskan daerah jajahannya lebih jauh lagi ke timur yaitu ke Afghanistan dan India, maka suku-suku itu berhijrah bersama-sama dengan mereka ke negeri-negeri tersebut.

(2) Orang-orang Kasymir dan Afghan adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil sang Hilang” itu. Kenyataan ini nampak jelas dari riwayat, sejarah, dan catatan tertulis mengenai kedua kaum tersebut. Nama kota-kota dan kabilah­-kabilah mereka, bentuk tubuh mereka dan sebagainya, semuanya menyerupai orang-orang Yahudi. Barang-barang pusaka mereka dan prasasti-prasasti kuno mereka menyokong pandangan itu. Ceritera-ceritera rakyatnva penuh dengan kisah-kisah yang berbau Yahudi. Nama Kasymir sendiri sebenarnya Kasyir yang berarti "seperti Siria" (atau nampaknya nama Kasyir itu diambil dari Kasyi atau Kusy, seorang cucu Nabi Nuh a.s..). Semua kenyataan memberi kepastian kepada pandangan bahwa bangsa Afghan dan Kasymir sebagian besar adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang."

(3) Bukti-bukti tersebut cukup menjadi saksi untuk menunjukkan kenyataan, bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sungguh-sungguh datang ke Kasymir dan orang-orang Kasymir adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”. Tetapi bukti terbesar dan paling terang mengenai kedatangan beliau ke Kasymir dan telah tinggal dan wafat di sana adalah adanya kuburan beliau di kampung Khanyar, Srinagar, Kasymir. Kuburan yang disebut Rauzabal itu. dikenal dengan berbagai sebutan, yaitu: kuburan Yus Asaf, kuburan Nabi Sahib (Baginda Nabi), kuburan Syahzadah Nabi (Nabi Pangeran), dan bahkan kuburan Isa Sahib (Baginda Isa).

Menurut penuturan sejarah yang telah terbukti sahnya, Yus Asaf datang ke Kasymir lebih dari 1900 tahun lampau dan mengajar dengan memakai tamsil dan mempergunakan banyak tamsil-tamsil yang tercantum dalam Injil. Dalam sebagian buku sejarah tertentu. beliau digambarkan sebagai seorang nabi. Tambahan pula Yus Asaf itu suatu nama dalam Bible, yang berarti "Yasu” yaitu ”pengumpul" yang merupakan salah satu nama sifat Yesus, sebab tugas beliau adalah mengumpulkan suku-suku Bani Israil yang telah hilang ke pangkuan Majikannya, sebagaimana beliau sendiri katakan: "Ada lagi padaKu domba lain yang bukan masuk kandang domba ini, maka sekalian itu juga wajib Aku bawa, dan domba-domba itu kelak mendengar akan seruanku, lalu akan menjadi sekawan, dan gembala seorang sahaja" (Injil Yahya 10:16).

Keunggulan Kedua "Al-Masih" dan para Pengikutnya atas Lawan-lawannya

Kutipan-kutipan yang bernilai sejarah seperti berikut memberi juga sedikit penjelasan mengenai masalah ini:

"Makam itu pada umumnya dikenal sebagai makam seorang nabi. Beliau seorang pangeran yang datang ke Kasymir dari sebuah negeri asing dan giat dalam mengajar orang-orang Kasymir, namanya Yus Asaf (Tarikh A'zhami, hlm. 82-85).

"Yus Asaf mengembara di beberapa negeri hingga beliau tiba di sebuah negeri yang disebut Kasymir. Beliau menjelajah seluruh negeri tersebut dan tinggal di sana hingga beliau wafat" (Ikmal-ad-Din, hlm. 258-359).

"Hikayat Kasymir itu — demikian diberitahukan kepada saya — menyebut­kan seorang nabi yang tinggal di sana dan memberikan pelajaran seperti dilakukan oleh Yesus dengan tamsil-tamsil dan kisah-kisah pendek, yang sampai saat ini dituturkan orang di Kasymir” (John Noel's Article in Asia. Oct. 1930).

"Oleh sebab itu kepergian Isa a.s. ke India dan wafat di Srinagar tidak bertentangan dengan kebenaran, baik dari segi akal atau sejarah" (Tafsir al­-Manar, jilid 6).

Tetapi kupasan yang lebih baik dan lebih lengkap mengenai masalah ini lihat buku "Masih Hindustan Mein" (Al-Masih di Hindustan) ditulis oleh Mirza Ghulam Ahmad, Masih Mau'ud a.s.. . Lihat pula buku terkenal bernama "Nazarene Gospel Restored ” yang pengarangnya berpendapat bahwa sekalipun secara resmi disalibkan pada tahun 30 Masehi namun Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. masih hidup selama 20 tahun sesudah kebangkitannya kembali.

Tidak mungkin ada lukisan lebih bagus mengenai tempat di mana sesudah beliau terhindar dari kematian terkutuk di atas salib, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunda beliau tinggal dengan aman-sentausa dan pulang ke Rahmatullah, daripada yang dikemukakan oleh Al-Quran dalam kata-kata "dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber air yang mengalir" yang merupakan lukisan yang sangat tepat mengenai Lembah Kasymir yang indah itu. Nicholas Notovitch menamakan Kasymir "Lembah Kebahagiaan Abadi". Firman-Nya:

وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪۵۱

Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir (Al-Mu’minuun [23]:51).

Sungguh menakjubkan, karena akhir kehidupan Al-Masih Musawi (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) yang lahir dari kalangan Bani Israil dan awal kehidupan Al-Masih Muhammadi (Mirza Ghulam Ahmad a.s.) atau misal Al-Masih Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) yang lahir dari kalangan saudara Bani Israil -- yakni Bani Isma’il atau umat Islam -- ternyata berada di wilayah yang sama, yakni di wilayah Hindustan di kaki gunung tertinggi di dunia yakni gunung Himalaya. Al-Masih Musawi wafat di Khan Yar, Srinagar – Kasymir, sedangkan Al-Masih Muhammadi (Mirza Ghulam Ahmad a.s.) lahir di Qadian Daarul Aman.

Kedua Rasul Allah tersebut diupayakan oleh para penentangnya untuk menjadi "orang-orang yang hina" dan "terkutuk" melalui makar-makar buruk yang mereka lakukan, tetapi "makar tandingan" Allah Swt. selalu unggul (QS.13:43-44; QS.14:47-48) dan keduanya memperoleh kemuliaan yang sangat tinggi atas lawan-lawannya, sesuai dengan firman Allah Swt. berikut ini:

اِذۡ قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسٰۤی اِنِّیۡ مُتَوَفِّیۡکَ وَ رَافِعُکَ اِلَیَّ وَ مُطَہِّرُکَ مِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا وَ جَاعِلُ الَّذِیۡنَ اتَّبَعُوۡکَ فَوۡقَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِلٰی یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ ۚ ثُمَّ اِلَیَّ مَرۡجِعُکُمۡ فَاَحۡکُمُ بَیۡنَکُمۡ فِیۡمَا کُنۡتُمۡ فِیۡہِ تَخۡتَلِفُوۡنَ ﴿۵۶

Ingatlah ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau secara wajar dan akan meninggikan derajat kemuliaan engkau di sisi-Ku,serta akan membersihkan engkau dari tuduhan orang-orang yang kafir kepada engkau, dan akan menjadikan orang-orang yang mengikuti engkau di atas orang-orang yang kafir hingga Hari Kiamat, kemudian kepada-Ku kamu akan dikembalikan, lalu Aku akan menghakimi di antaramu dalam apa yang kamu senantiasa berselisih mengenainya.” (Aali ‘Imran [3]:56).

Uniknya, Mirza Ghulam Ahmad a.s. pun menerima wahyu Ilahi berupa pengulangan ayat-ayat Al-Quran, salah satunya adalah ayat tersebut, yakni: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau secara wajar dan akan meninggikan derajat kemuliaan engkau di sisi-Ku, serta akan membersihkan engkau dari tuduhan orang-orang yang kafir kepada engkau, dan akan menjadikan orang-orang yang mengikuti engkau di atas orang-orang yang kafir hingga Hari Kiamat.”


(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid


Tidak ada komentar:

Posting Komentar