Rabu, 28 September 2011

Fir'aun dan Antek-anteknya


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian IX


Tentang

Fir'aun dan Antek-anteknya


Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


فَوَقٰىہُ اللّٰہُ سَیِّاٰتِ مَا مَکَرُوۡا وَ حَاقَ بِاٰلِ فِرۡعَوۡنَ سُوۡٓءُ الۡعَذَابِ ﴿ۚ۴۶ اَلنَّارُ یُعۡرَضُوۡنَ عَلَیۡہَا غُدُوًّا وَّ عَشِیًّا ۚ وَ یَوۡمَ تَقُوۡمُ السَّاعَۃُ ۟ اَدۡخِلُوۡۤا اٰلَ فِرۡعَوۡنَ اَشَدَّ الۡعَذَابِ ﴿۴۷ وَ اِذۡ یَتَحَآجُّوۡنَ فِی النَّارِ فَیَقُوۡلُ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا نَصِیۡبًا مِّنَ النَّارِ ﴿۴۸ قَالَ الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُلٌّ فِیۡہَاۤ ۙ اِنَّ اللّٰہَ قَدۡ حَکَمَ بَیۡنَ الۡعِبَادِ ﴿۴۹ وَ قَالَ الَّذِیۡنَ فِی النَّارِ لِخَزَنَۃِ جَہَنَّمَ ادۡعُوۡا رَبَّکُمۡ یُخَفِّفۡ عَنَّا یَوۡمًا مِّنَ الۡعَذَابِ ﴿۵۰ قَالُوۡۤا اَوَ لَمۡ تَکُ تَاۡتِیۡکُمۡ رُسُلُکُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ ؕ قَالُوۡا بَلٰی ؕ قَالُوۡا فَادۡعُوۡا ۚ وَ مَا دُعٰٓؤُا الۡکٰفِرِیۡنَ اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ ﴿٪۵۱

Maka Allah memeliharanya dari keburukan makar yang mereka rencanakan sedangkan Fir’aun dan kaumnya dikepung azab yang buruk, [yaitu] api, mereka dihadapkan kepadanya pagi dan petang, dan pada hari ketika waktu yang ditentukan itu datang, [dikatakan]: Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang amat keras.” Dan ketika mereka akan berbantah satu sama lain dalam api, lalu orang-orang yang lemah akan berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut kamu maka dapatkah kamu melepaskan dari kami sebagian siksaan dari api?” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: “Sesungguhnya kita semua berada di dalamnya, sesungguhnya Allah telah menghakimi di antara hamba-hamba-Nya.” Dan orang-orang yang ada dalam Api berkata kepada para penjaga Jahannam: “Mohonkanlah kepada Tuhan kamu, supaya Dia meringankan azab bagi kami barang sehari.” Mereka berkata: a”Bukankah telah datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan Tanda-tanda nyata?” Dan orang-orang yang ada dalam Api berkata kepada para penjaga Jahannam: “Mohonkanlah kepada Tuhan kamu, supaya Dia meringankan azab bagi kami barang sehari.” Mereka berkata: Bukankah telah datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan Tanda-tanda nyata?” (Al-Mu’miin [40]:46-51).


Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan tentang pertengkaran antara para pembesar golongan yang kafir (jin) dengan para pengikut mereka (ins), serta tentang makna lain "syaithan" (setan). Mengenai perbantahan kedua golongan jin dan ins tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:

وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ بِہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ وَ لَا بِالَّذِیۡ بَیۡنَ یَدَیۡہِ ؕ وَ لَوۡ تَرٰۤی اِذِ الظّٰلِمُوۡنَ مَوۡقُوۡفُوۡنَ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ ۚۖ یَرۡجِعُ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضِۣ الۡقَوۡلَ ۚ یَقُوۡلُ الَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا لَوۡ لَاۤ اَنۡتُمۡ لَکُنَّا مُؤۡمِنِیۡنَ ﴿۳۲ قَالَ الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا لِلَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡۤا اَنَحۡنُ صَدَدۡنٰکُمۡ عَنِ الۡہُدٰی بَعۡدَ اِذۡ جَآءَکُمۡ بَلۡ کُنۡتُمۡ مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿۳۳ وَ قَالَ الَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا بَلۡ مَکۡرُ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ اِذۡ تَاۡمُرُوۡنَنَاۤ اَنۡ نَّکۡفُرَ بِاللّٰہِ وَ نَجۡعَلَ لَہٗۤ اَنۡدَادًا ؕ وَ اَسَرُّوا النَّدَامَۃَ لَمَّا رَاَوُا الۡعَذَابَ ؕ وَ جَعَلۡنَا الۡاَغۡلٰلَ فِیۡۤ اَعۡنَاقِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ ہَلۡ یُجۡزَوۡنَ اِلَّا مَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿۳۴ وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنَا فِیۡ قَرۡیَۃٍ مِّنۡ نَّذِیۡرٍ اِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوۡہَاۤ ۙ اِنَّا بِمَاۤ اُرۡسِلۡتُمۡ بِہٖ کٰفِرُوۡنَ ﴿۳۵ وَ قَالُوۡا نَحۡنُ اَکۡثَرُ اَمۡوَالًا وَّ اَوۡلَادًا ۙ وَّ مَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِیۡنَ ﴿۳۶ قُلۡ اِنَّ رَبِّیۡ یَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ یَّشَآءُ وَ یَقۡدِرُ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٪۳۷

Dan orang-orang kafir berkata: “Kami tidak akan pernah beriman kepada Al-Quran ini, dan tidak pula kepada [kitab-kitab] yang sebelumnya.” Dan seandainya engkau (Muhammad) dapat melihat ketika orang-orang zalim itu akan disuruh berdiri di hadapan Tuhan mereka, seraya mereka melemparkan tuduhan kepada satu sama lain, berkata orang-orang yang dianggap lemah kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Seandainya tidak karena kamu, niscaya kami telah menjadi orang-orang yang beriman.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: “Apakah kami telah menghalangi kamu dari petunjuk, setelah petunjuk itu datang kepadamu? Tidak, bahkan kamu sendirilah orang-orang yang berdosa.” Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Tidak, bahkan itu adalah makar buruk kamu malam dan siang, ketika kamu menyuruh kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan tuhan-tuhan tandingan bagi-Nya.” Dan mereka akan menyembunyikan penyesalan ketika mereka menyaksikan azab itu, dan Kami akan mengenakan belenggu pada leher orang-orang kafir itu. Mereka tidak akan dibalas melainkan untuk apa yang telah mereka kerjakan. Dan Kami sekali-kali tidak mengirimkan seorang pemberi peringatan ke suatu negeri, melainkan orang-orang kaya negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami tidak percaya terhadap apa yang kamu diutus. Dan mereka berkata: “Kami memiliki lebih banyak harta kekayaan dan anak-anak, dan kami sekali-kali tidak akan diazab.” Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhan-ku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al-Saba [34]32-37).

Kisah Nabi Musa a.s. dan Fir'aun

Contoh yang paling lengkap mengenai golongan jin (pemuka kaum) yang berlaku takabbur terhadap Rasul Allah yang diutus kepada mereka adalah Fir’aun dan para pembesar kaumnya yang masing-masing golongan dipimpin oleh Haman dan Qarun, firman-Nya:

تِلۡکَ اٰیٰتُ الۡکِتٰبِ الۡمُبِیۡنِ ﴿۳ نَتۡلُوۡا عَلَیۡکَ مِنۡ نَّبَاِ مُوۡسٰی وَ فِرۡعَوۡنَ بِالۡحَقِّ لِقَوۡمٍ یُّؤۡمِنُوۡنَ ﴿۴ اِنَّ فِرۡعَوۡنَ عَلَا فِی الۡاَرۡضِ وَ جَعَلَ اَہۡلَہَا شِیَعًا یَّسۡتَضۡعِفُ طَآئِفَۃً مِّنۡہُمۡ یُذَبِّحُ اَبۡنَآءَہُمۡ وَ یَسۡتَحۡیٖ نِسَآءَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ کَانَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿۵ وَ نُرِیۡدُ اَنۡ نَّمُنَّ عَلَی الَّذِیۡنَ اسۡتُضۡعِفُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ نَجۡعَلَہُمۡ اَئِمَّۃً وَّ نَجۡعَلَہُمُ الۡوٰرِثِیۡنَ ۙ﴿۶ وَ نُمَکِّنَ لَہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ وَ نُرِیَ فِرۡعَوۡنَ وَ ہَامٰنَ وَ جُنُوۡدَہُمَا مِنۡہُمۡ مَّا کَانُوۡا یَحۡذَرُوۡنَ ﴿۷

Inilah ayat-ayat Kitab yang jelas. Kami membacakan kepada engkau (Muhammad) berita mengenai Musa dan Fir’aun dengan benar untuk kaum yang beriman. Sesungguhnya Fir’aun berlaku sombong di bumi dan ia menjadikan penduduknya golongan-golongan, ia berusaha melemahkan segolongan dari mereka dengan menyembelih anak-anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup perempuan-perempuan mereka, sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak memberikan karunia kepada orang-orang yang dianggap lemah di bumi dan menjadikan mereka pemimpin-pemimpin serta menjadikan mereka ahli waris karunia-karunia Kami, dan Kami mapankan mereka di bumi serta Kami memperlihatkan kepada Fir’aun serta Haman dan lasykar keduanya apa yang mereka khawatirkan dari mereka itu. (Al-Qashash [28]:3-7).

Politik divide et impera (memecah-belah dan menjajah) dengan akibatnya yang sangat mematikan seperti dijalankan kekuatan-kekuatan kaum kolonial barat di abad kedua puluh ini, agaknya di zaman Fir’aun telah dijalankan juga olehnya dengan sukses besar. Ia telah memecah-belah rakyat Mesir ke dalam beberapa partai dan golongan serta dengan busuk hati telah membuat perbedaan kelas di antara mereka. Beberapa di antara mereka dianak-emaskannya dan yang lain diperas dan ditindasnya.

Kaum Nabi Musa a.s. termasuk kelas yang tidak beruntung. Kata-kata menyembelih anak-anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup perempuan-perempuan mereka, kecuali mengandung pengertian yang jelas, bahwa agar supaya orang-orang Bani Israil selamanya tunduk di bawah kekuasaannya, Fir’aun membinasakan kaum pria mereka dan membiarkan hidup perempuan-perempuan mereka, dapat juga diartikan bahwa dengan politik menjajah dan menindas tanpa belas kasihan itu ia berikhtiar membunuh sifat-sifat kejantanan mereka dan dengan demikian membuat mereka jadi pengalah seperti perempuan.

Ketika upaya merendahkan derajat orang-orang Bani Israil di Mesir itu mencapai titik yang serendah-rendahnya, dan kezaliman Firaun dan bangsanya kian meluap-luap, dan Allah Swt. sesuai dengan hikmah-Nya yang tidak mungkin keliru, memutuskan bahwa penindas-penindas itu harus dihukum dan mereka yang diperbudak dibebaskan, maka Dia mengutus Nabi Musa a.s.. Gejala seperti itu yang terjadi di masa tiap-tiap utusan (rasul) Allah, menampakkan perwujudan sepenuhnya dan seindah-indahnya di masa kenabian Nabi Besar Muhammad saw..

Haman dan Qarun

Haman adalah gelar pendeta agung dewa Amon; “ham” di dalam bahasa Mesir berarti, pendeta agung. Dewa Amon menguasai semua dewa Mesir lainnya. Haman adalah kepala khazanah dan lumbung negeri, dan juga yang mengepalai lasykar-lasykar dan semua ahli pertukangan di Thebes. Namanya adalah Nubunnef, dan ia pendeta agung di bawah Rameses II dan putranya yang bernama Merenptah. Karena menjadi kepala organisasi kependetaan yang sangat kaya, merangkum semua pendeta di seluruh negeri, kekuasaannya dan wibawanya telah meningkat sedemikian rupa, sehingga ia menguasai suatu partai politik yang sangat berpengaruh, dan bahkan mempunyai suatu pasukan pribadi (“A story of Egypt” oleh James Henry Breasted, Ph.D).

Haman juga dikatakan sebagai nama seorang menteri dari Ahasuerus, seorang raja Persia, yang hidup pada beberapa abad sesudah zaman Nabi Musa a.s.. Tidak ada sesuatu yang patut diherankan atau menjadi keberatan adanya dua orang yang masing-masing hidup di zaman yang berlainan memakai nama yang sama.

Perbudakan dan kezaliman menghasilkan nemesis-nya (pembalasan keadilannya) sendiri; dan kaum penjajah dan penindas tak pernah merasa aman terhadap kemungkinan munculnya pemberontakan terhadap mereka oleh orang-orang yang terjajah, tertindas atau tertekan. Lebih hebat penindasan dari seseorang yang zalim, lebih besar pula ketakutannya akan pemberontakan dari mereka yang dijajah. Fir’aun dan Haman pun dicekam oleh rasa takut semacam itu. Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai Qarun:

اِنَّ قَارُوۡنَ کَانَ مِنۡ قَوۡمِ مُوۡسٰی فَبَغٰی عَلَیۡہِمۡ ۪ وَ اٰتَیۡنٰہُ مِنَ الۡکُنُوۡزِ مَاۤ اِنَّ مَفَاتِحَہٗ لَتَنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَۃِ اُولِی الۡقُوَّۃِ ٭ اِذۡ قَالَ لَہٗ قَوۡمُہٗ لَا تَفۡرَحۡ اِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿۷۷ وَ ابۡتَغِ فِیۡمَاۤ اٰتٰىکَ اللّٰہُ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰہُ اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿۷۸

Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa tetapi ia berlaku zalim terhadap mereka. Dan Kami telah memberinya khazanah-khazanah yang kunci-kuncinya sangat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat. Ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah engkau terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. Dan carilah rumah akhirat itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau, dan janganlah engkau melupakan nasib engkau di dunia, dan berbuat ihsanlah sebagaimana Allah telah berbuat ihsan terhadap engkau, dan janganlah engkau berbuat kerusakan di bumi, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash [28]:77-78)

Qarun adalah seorang yang sangat kaya raya. Ia dihargai sekali oleh Fir’aun dan sangat mungkin ia bendaharanya. Agaknya ia pejabat yang mengawasi tambang-tambang mas milik Fir’aun dan seorang ahli dalam teknik penggalian mas dari tambang-tambang. Bagian selatan Mesir, wilayah Qaru, terkenal dengan tambang-tambang emasnya. Karena akhiran “an” atau “on” berarti “tiang,” atau “cahaya,” maka kata majemuknya “Qur-on” berarti “tiang Qaru” dan merupakan gelar menteri pertambangan. Konon ia seorang orang Israil dan beriman kepada Nabi Musa a.s... Untuk mengambil hati Fir’aun agaknya ia telah berlaku zalim terhadap bangsanya sendiri (Bani Israil) dan berlaku sombong terhadap mereka. Sebagai akibatnya azab Allah Swt. menimpa dirinya dan ia binasa (QS.28:79-83)

Mafatih adalah jamak dari dua kata maftah dan miftah, yang pertama berarti timbunan; khazanah; dan kata yang kedua berarti anak kunci (Lexicon Lane). “Dan Kami telah memberinya khazanah-khazanah yang kunci-kuncinya sangat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat.

Setelah kezaliman Fir’aun dan para pembesar kaumnya – yang diwakili oleh Haman dan Qarun – semakin melampaui batas, sekali pun Nabi Musa a.s. atas izin Allah Swt. telah memperlihatkan berbagai mukjizat kepada mereka, demikian pula seorang laki-laki yang telah beriman kepada Nabi Musa a.s. dari keluarga Fir’aun telah pula memberikan nasihat serta peringatan terhadap Fir’aun, pada akhirnya Allah Swt. benar-benar memperlihat apa yang dikhawatirkan oleh Fir’aun dan antek-anteknya. Mengenai laki-laki mukmin yang memperingatkan Fir’aun tersebut Allah Swt. berfirman:

فَوَقٰىہُ اللّٰہُ سَیِّاٰتِ مَا مَکَرُوۡا وَ حَاقَ بِاٰلِ فِرۡعَوۡنَ سُوۡٓءُ الۡعَذَابِ ﴿ۚ۴۶ اَلنَّارُ یُعۡرَضُوۡنَ عَلَیۡہَا غُدُوًّا وَّ عَشِیًّا ۚ وَ یَوۡمَ تَقُوۡمُ السَّاعَۃُ ۟ اَدۡخِلُوۡۤا اٰلَ فِرۡعَوۡنَ اَشَدَّ الۡعَذَابِ ﴿۴۷ وَ اِذۡ یَتَحَآجُّوۡنَ فِی النَّارِ فَیَقُوۡلُ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا نَصِیۡبًا مِّنَ النَّارِ ﴿۴۸ قَالَ الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُلٌّ فِیۡہَاۤ ۙ اِنَّ اللّٰہَ قَدۡ حَکَمَ بَیۡنَ الۡعِبَادِ ﴿۴۹ وَ قَالَ الَّذِیۡنَ فِی النَّارِ لِخَزَنَۃِ جَہَنَّمَ ادۡعُوۡا رَبَّکُمۡ یُخَفِّفۡ عَنَّا یَوۡمًا مِّنَ الۡعَذَابِ ﴿۵۰ قَالُوۡۤا اَوَ لَمۡ تَکُ تَاۡتِیۡکُمۡ رُسُلُکُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ ؕ قَالُوۡا بَلٰی ؕ قَالُوۡا فَادۡعُوۡا ۚ وَ مَا دُعٰٓؤُا الۡکٰفِرِیۡنَ اِلَّا فِیۡ ضَلٰلٍ ﴿٪۵۱

Maka Allah memeliharanya dari keburukan makar yang mereka rencanakan sedangkan Fir’aun dan kaumnya dikepung azab yang buruk, [yaitu] api, mereka dihadapkan kepadanya pagi dan petang, dan pada hari ketika waktu yang ditentukan itu datang, [dikatakan]: Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang amat keras.” Dan ketika mereka akan berbantah satu sama lain dalam api, lalu orang-orang yang lemah akan berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut kamu maka dapatkah kamu melepaskan dari kami sebagian siksaan dari api?” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: “Sesungguhnya kita semua berada di dalamnya, sesungguhnya Allah telah menghakimi di antara hamba-hamba-Nya.” Dan orang-orang yang ada dalam Api berkata kepada para penjaga Jahannam: “Mohonkanlah kepada Tuhan kamu, supaya Dia meringankan azab bagi kami barang sehari.” Mereka berkata: Bukankah telah datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan Tanda-tanda nyata?” (Al-Mu’miin [40]:46-51).

Firman-Nya lagi:

وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَا مُوۡسٰی بِاٰیٰتِنَا وَ سُلۡطٰنٍ مُّبِیۡنٍ ﴿ۙ۹۶ اِلٰی فِرۡعَوۡنَ وَ مَلَا۠ئِہٖ فَاتَّبَعُوۡۤا اَمۡرَ فِرۡعَوۡنَ ۚ وَ مَاۤ اَمۡرُ فِرۡعَوۡنَ بِرَشِیۡدٍ ﴿۹۷ یَقۡدُمُ قَوۡمَہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَاَوۡرَدَہُمُ النَّارَ ؕ وَ بِئۡسَ الۡوِرۡدُ الۡمَوۡرُوۡدُ ﴿۹۸ وَ اُتۡبِعُوۡا فِیۡ ہٰذِہٖ لَعۡنَۃً وَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ بِئۡسَ الرِّفۡدُ الۡمَرۡفُوۡدُ ﴿۹۹ ذٰلِکَ مِنۡ اَنۡۢبَآءِ الۡقُرٰی نَقُصُّہٗ عَلَیۡکَ مِنۡہَا قَآئِمٌ وَّ حَصِیۡدٌ ﴿۱۰۰ وَ مَا ظَلَمۡنٰہُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ فَمَاۤ اَغۡنَتۡ عَنۡہُمۡ اٰلِہَتُہُمُ الَّتِیۡ یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ لَّمَّا جَآءَ اَمۡرُ رَبِّکَ ؕ وَ مَا زَادُوۡہُمۡ غَیۡرَ تَتۡبِیۡبٍ ﴿۱۰۱

Dan sungguh Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan Tanda-tanda Kami dan keterangan-keterangan yang nyata, kepada Fir’aun dan para pembesarnya, tetapi mereka mengikuti perintah Fir’aun, dan perintah Fir’aun itu sama sekali tidak benar. Ia (Fir’aun) akan berjalan di depan kaumnya pada Hari Kiamat dan akan membawa mereka masuk ke dalam Api, dan sangat buruk tempat pengambilan air yang didatangi itu. Dan mereka diikuti oleh laknat di dunia ini dan pada Hari Kiamat, sangat buruk pemberian yang akan diberikan itu. Itu adalah sebagian dari berita mengenai kota-kota [yang telah binasa] yang Kami ceriterakan kepada engkau (Muhammad) , di antaranya ada yang masih berdiri dan ada yang telah [rebah seperti] disabit. Dan sekali-kali bukan Kami yang menzalimi mereka, melainkan merekalah yang menzalimi dirinya sendiri, maka tuhan-tuhan mereka yang mereka seru selain Allah sedikit pun tidak berguna bagi mereka ketika perintah Tuhan engkau telah datang, dan itu sama sekali tidak menambah kepada mereka selain kebinasaan. (Huud [11]:97-102).

Wird asalnya dari warada dan berarti: waktu, tempat, dan giliran pengambilan air; orang-orang atau ternak yang datang ke tempat pengambilan air (Aqrab). Rifd berarti suatu pemberian atau tunjangan atau bantuan (Lexicon Lane), maka ayat ini dapat mengandung arti bahwa Fir’aun, yang dipandang oleh kaumnya sebagai tumpuan (sandaran) mereka dalam mengadakan perlawanan terhadap Allah Swt. akan terbukti sebagai tumpuan yang buruk bagi mereka pada hari kebangkitan, sebab ia bukan saja akan menyampaikan mereka ke neraka, melainkan ia (Fir’aun) sendiri pun akan masuk neraka bersama mereka.

Makna Kata Iblis dan Syaitan

Dengan demikian jelaslah, bahwa syaitan-syaitan dari golongan jin dan ins yang melakukan pendustaan dan penentangan terhadap para Rasul Allah -- bagaimana pun hebatnya keadaan mereka sebelumnya, baik dari segi kekuasaan, kekayaan serta banyaknya pengikut mereka -- tetapi pada akhirnya akan mengalami nasib buruk sesuai dengan makna kata iblis dan syaithan yang masing-masing berasal dari kata ablasa (berputus asa/menyesal) dan syayatha (mati, binasa,terbakar), mereka baik di dunia ini maupun di akhirat nanti akan menjadi orang-orang yang berputus asa dan binasa.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab-bab sebelumnya sehubungan penolakan iblis untuk "sujud" kepada Adam ketika diperintahkan Alah Swt. (QS.2:31-35), bahwa kata iblis berasal dari ablasa, yang berarti: (1) kebaikan dan kebajikannya berkurang; (2) ia sudah melepaskan harapan atau jadi putus asa akan kasih-sayang Allah Swt. (3) telah patah semangat; (4) telah bingung dan tidak mampu melihat jalannya; dan (5) ia tertahan dari mencapai harapannya. Berdasarkan akar-katanya, arti kata iblis itu adalah suatu wujud yang sedikit sekali memiliki kebaikan tapi banyak kejahatan, dan disebabkan oleh rasa putus asa akan kasih-sayang Allah Swt. oleh sikap pembangkangannya sendiri, maka ia dibiarkan dalam kebingungan lagi pula tidak mampu melihat jalannya.

Iblis seringkali dianggap sama dengan syaitan, tetapi dalam beberapa hal berlainan dari syaitan. Harus dipahami bahwa iblis itu bukan salah seorang dari para malaikat, sebab ia di sini dilukiskan sebagai tidak patuh kepada Allah Swt. sedangkan para malaikat dilukiskan sebagai senantiasa “tunduk” dan “patuh” (QS.66:7). Allah Swt. telah murka kepada iblis karena ia pun diperintahkan mengkhidmati Adam a.s. tetapi iblis membangkang (QS.7:13), karena tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa iblis itu berasal dari golongan malaikat tetapi karena durhaka maka ia menjadi iblis. Allah Swt. dengan tegas menyatakan bahwa iblis itu dari golongan jin (QS.18:51).Tambahan pula, sekalipun jika tiada perintah tersendiri bagi iblis, perintah kepada para malaikat harus dianggap meliputi semua wujud (makhluk), sebab perintah kepada para malaikat — sebagai penjaga (pengendali) berbagai bagian alam semesta — dengan sendirinya mencakup juga semua wujud (makhluk).

Seperti dinyatakan di atas, iblis sesungguhnya nama sifat yang diberikan atas dasar arti akar kata itu (ablasa) kepada ruh jahat yang bertolak belakang dari sifat malaikat. Diberi nama demikian karena ia mempunyai sifat-sifat buruk seperti dirinci di atas, terutama bahwa ia sama sekali luput dari kebaikan dan telah dibiarkan kebingungan dalam langkahnya dan hilang harapan akan kasih-sayang Allah Swt..

Bahwa iblis bukanlah syaitan — yang disebut dalam QS.2:37 — jelas dari kenyataan bahwa Al-Quran menyebut kedua nama itu berdampingan, kapan saja riwayat Adam a.s. dituturkan. Tetapi di mana-mana dilakukan pemisahan yang cermat antara keduanya itu, yaitu kapan saja Al-Quran membicarakan makhluk yang — berbeda dari para malaikat — menolak berbakti kepada Adam a.s. maka senantiasa Al-Quran menyebutnya dengan nama iblis, tetapi bila Al-Quran membicarakan wujud yang menipu Adam a.s. dan menjadi sebab Adam a.s. diusir – yakni diperintahkan “berhijrah” -- dari “kebun” maka Al-Quran menyebutnya dengan nama syaitan. Yang pasti adalah bahwa apabila menyebutan iblis atau pun syaitan (setan) sehubungan dengan Adam yang adalah manusia, yakni Rasul Allah, maka demikian pula yang dimaksud dengan iblis dan syaitan pun adalah manusia juga tetapi memiliki sifat (karakter) seperti iblis dan syaitan.

Perbedaan antara iblis dan syaitan ini — yang sangat besar artinya dan tetap dipertahankan dalam Al-Quran, sedikitnya pada 10 tempat (QS.2:35, 37; QS.7:12, 21; QS.15:32; QS.17:62; QS.18:51; QS.20:117, 121; QS.38:75) — jelas memperlihatkan bahwa iblis berbeda dari syaitan yang menipu Adam a.s. dan merupakan salah seorang dari kaum Nabi Adam a.s. sendiri. Di tempat lain Al-Quran mengatakan bahwa iblis tergolong makhluk-makhluk Allah tersembunyi dan — berlainan dari para malaikat — mampu menaati atau menentang Allah Swt. (QS.7:12, 13). Perbedaan antara iblis dan syaitan tersebut, insya Allah, akan dibahas secara khususnya dalam hubungannya dengan Surah Al-Naas.

Iblis itu bukan malaikat (QS.18:51). Iblis adalah gembong ruh-ruh jahat sedangkan Jibril adalah pemimpin malaikat-malaikat. Kejadian yang disebutkan di sini sama sekali tidak ada hubungannya dengan nenek-moyang pertama umat manusia yang dapat disebut Adam pertama. Kejadian itu hanya berhubungan dengan Nabi Adam a.s. yang tinggal di bumi kira-kira 6.000 tahun yang lalu, dan menurunkan Nabi Nuh a.s. serta Nabi Ibrahim a.s. serta keturunan-keturunannya yang telah dibahas pada Bab sebelumnya.

Demikianlah penjelasan tentang hubungan antara Surah Al-Falaq dengan penentangan Iblis terhadap Adam dan para pengikutnya atas dasar kedengkian, sebagaimana yang diancamkannya (QS.7:17-19), sesuai dengan prediksi para malaikat (QS.2:31).


(Bersambung)



Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid


Tidak ada komentar:

Posting Komentar