Selasa, 13 September 2011

Hubungan Penentangan Iblis Terhadap Adam dengan Surah Al-Falaq


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian IV

Tentang

Hubungan Penentangan Iblis Terhadap Adam dengan

Surah Al-Falaq

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


وَ اِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی وَ اسۡتَکۡبَرَ ٭۫ وَ کَانَ مِنَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿۳۵


Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah yakni tunduk-patuhlah kamu kepada Adam”, lalu mereka sujud kecuali iblis, ia menolak dan takabur, dan ia termasuk dari antara orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah [2]:35).

Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai iblis dan setan, dua sebutan yang berkaitan dengan penentangan terhadap Adam serta yang menyebabkan Adam dan "istri" (jemaatnya) harus hijrah dari jannah (kebun). Kata iblis berasal dari ablasa, yang berarti: (1) kebaikan dan kebajikannya berkurang; (2) ia sudah melepaskan harapan atau jadi putus asa akan kasih-sayang Allah Swt. (3) telah patah semangat; (4) telah bingung dan tidak mampu melihat jalannya; dan (5) ia tertahan dari mencapai harapannya. Berdasarkan akar-katanya, arti kata iblis itu adalah suatu wujud yang sedikit sekali memiliki kebaikan tapi banyak kejahatan, dan disebabkan oleh rasa putus asa akan kasih-sayang Allah Swt. oleh sikap pembangkangannya sendiri, maka ia dibiarkan dalam kebingungan lagi pula tidak mampu melihat jalannya.

Iblis seringkali dianggap sama dengan syaitan, tetapi dalam beberapa hal berlainan dari dia. Harus dipahami bahwa iblis itu bukan salah seorang dari para malaikat, sebab ia di sini dilukiskan sebagai tidak patuh kepada Allah Swt. sedangkan para malaikat dilukiskan sebagai senantiasa “tunduk” dan “patuh” (QS.66:7). Allah Swt. telah murka kepada iblis karena ia pun diperintahkan mengkhidmati Adam a.s. tetapi iblis membangkang (QS.7:13), karena tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa iblis itu berasal dari golongan malaikat tetapi karena durhaka maka ia menjadi iblis.

Tambahan pula, sekalipun jika tiada perintah tersendiri bagi iblis, perintah kepada para malaikat harus dianggap meliputi semua wujud, sebab perintah kepada para malaikat — sebagai penjaga berbagai bagian alam semesta — dengan sendirinya mencakup juga semua wujud.

Seperti dinyatakan di atas, iblis sesungguhnya nama sifat yang diberikan atas dasar arti akar kata itu (ablasa) kepada ruh jahat yang bertolak belakang dari sifat malaikat. Diberi nama demikian karena ia mempunyai sifat-sifat buruk seperti dirinci di atas, terutama bahwa ia sama sekali luput dari kebaikan dan telah dibiarkan kebingungan dalam langkahnya dan hilang harapan akan kasih-sayang Allah Swt..

Ketakaburan Iblis

Bahwa iblis bukanlah syaitan — yang disebut dalam QS.2:37 — jelas dari kenyataan bahwa Al-Quran menyebut kedua nama itu berdampingan, kapan saja riwayat Adam a.s. dituturkan. Tetapi di mana-mana dilakukan pemisahan yang cermat antara keduanya itu, yaitu kapan saja Al-Quran membicarakan makhluk yang — berbeda dari para malaikat — menolak berbakti kepada Adam a.s. maka senantiasa Al-Quran menyebutnya dengan nama iblis, tetapi bila Al-Quran membicarakan wujud yang menipu Adam a.s. dan menjadi sebab Adam a.s. diusir – yakni diperintahkan “berhijrah” -- dari “kebun” maka Al-Quran menyebutnya dengan nama syaitan.

Perbedaan ini — yang sangat besar artinya dan tetap dipertahankan dalam Al-Quran, sedikitnya pada 10 tempat (QS.2:35, 37; QS.7:12, 21; QS.15:32; QS.17:62; QS.18:51; QS.20:117, 121; QS.38:75) — jelas memperlihatkan bahwa iblis berbeda dari syaitan yang menipu Adam a.s. dan merupakan salah seorang dari kaum Nabi Adam a.s. sendiri. Di tempat lain Al-Quran mengatakan bahwa iblis tergolong makhluk-makhluk Allah tersembunyi dan — berlainan dari para malaikat — mampu menaati atau menentang Allah Swt. (QS.7:12, 13). Perbedaan antara iblis dan syaitan tersebut, insya Allah, akan dibahas secara khususnya dalam hubungannya dengan Surah Al-Naas.

Iblis itu bukan malaikat (QS.18:51). Iblis adalah gembong ruh-ruh jahat sedangkan Jibril adalah pemimpin malaikat-malaikat. Kejadian yang disebutkan di sini sama sekali tidak ada hubungannya dengan nenek-moyang pertama umat manusia yang dapat disebut Adam pertama. Kejadian itu hanya berhubungan dengan Nabi Adam a.s. yang tinggal di bumi kira-kira 6.000 tahun yang lalu, dan menurunkan Nabi Nuh a.s. serta Nabi Ibrahim a.s. serta keturunan-keturunannya yang telah dibahas pada Bab sebelumnya.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab-bab sebelumnya, apa yang dikemukakan dalam ayat ini, sebagai percakapan antara Allah Swt. dengan Iblis, tidak perlu diartikan bahwa percakapan demikian benar-benar telah terjadi. Kata-kata itu sebagaimana telah dijelaskan pada Bab pertama hanya melukiskan keadaan-keadaan yang telah timbul akibat penolakan Iblis untuk sujud (patuh-taat) kepada Adam (Khalifah Allah) ketika diperintahkan Allah Swt.

Hubungan Penciptaan Adam dengan Tanah Liat

Berikut adalah firman Allah Swt. yang menerangkan lebih rinci lagi tentang “prediksi” para malaikat mengenai “orang-orang yang akan berbuat kerusakan di bumi dan akan menumpahkan darah di dalamnya” (QS.2:31), sehubungan dengan keberadaan “Khalifah Allah” atau Rasul Allah, firman-Nya:

وَ لَقَدۡ خَلَقۡنٰکُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنٰکُمۡ ثُمَّ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ ٭ۖ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ لَمۡ یَکُنۡ مِّنَ السّٰجِدِیۡنَ ﴿۱۲ قَالَ مَا مَنَعَکَ اَلَّا تَسۡجُدَ اِذۡ اَمَرۡتُکَ ؕ قَالَ اَنَا خَیۡرٌ مِّنۡہُ ۚ خَلَقۡتَنِیۡ مِنۡ نَّارٍ وَّ خَلَقۡتَہٗ مِنۡ طِیۡنٍ ﴿۱۳ قَالَ فَاہۡبِطۡ مِنۡہَا فَمَا یَکُوۡنُ لَکَ اَنۡ تَتَکَبَّرَ فِیۡہَا فَاخۡرُجۡ اِنَّکَ مِنَ الصّٰغِرِیۡنَ ﴿۱۴

Dan sungguh Kami benar-benar telah menciptakan kamu, kemudian Kami memberi kamu bentuk, lalu Kami berfirman kepada para malaikat: ”Sujudlah yakni patuhlah sepenuhnya kamu kepada Adam", maka mereka (malaikat-malaikat) sujud kecuali iblis, ia tidak termasuk orang-orang yang sujud. Dia berfirman: “Apa yang telah menghalangi engkau sehingga engkau tidak sujud yakni patuh sepenuhnya ketika Aku memberi perintah kepada engkau?” Ia (Iblis) berkata: “Aku lebih baik daripada dia, Engkau menciptakan aku dari api dan Engkau menciptakan dia (Adam) dari tanah liat.” Dia berfirman: ”Jika demikian, pergilah engkau darinya, karena sekali-kali tidak patut bagi engkau berlaku takabur di dalamnya, karena itu keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk di antara orang-orang yang hina.” (Al-‘Araf [7]: 12-14).

Jadi, dari firman Allah Swt. tersebut jelas bahwa khalifah Allah atau Adam yang diterangkan dalam QS.2:31 bukanlah manusia pertama yang diciptakan Allah Swt. di dunia ini karena bunyi kalimatnya adalah “sungguh Kami benar-benar telah menciptakan kamu” bukan “sungguh Kami benar-benar telah menciptakan engkau“, selanjutnya Allah Swt. berfirman “kemudian Kami memberi kamu bentuk”, dan perintah berikutnya kepada para malaikat adalah untuk “sujud” kepada salah seorang dari kalangan “orang-orang yang Allah telah memberi mereka bentuk” yakni Adam karena dalam pandangan Allah Swt. Adam inilah yang layak diangkat sebagai “khalifah Allah atau Rasul Allah karena ia telah memperlihatkan kepatuh-taatkan kepada Allah Swt. bagaikan keadaan “tanah liat” (thiin). Thiin berarti: lempung, tanah, cetakan, dan sebagainya. Secara kiasan ath-thiin berarti orang-orang yang sifatnya penurut, cocok untuk dicetak ke dalam bentuk apa pun yang baik seperti halnya tanah liat.

Manusia dapat menuangkan wujud akhlaknya ke dalam berbagai bentuk, sebagaimana tanah liat mudah diberi bentuk apa pun oleh pengrajin tanah liat (tembikar/keramik) sesuai keinginannya. Karena perintah supaya sujud kepada Adam a.s. itu ditujukan kepada malaikat-malaikat, maka perintah itu berlaku untuk semua makhluk, sebab para malaikat adalah "tangan-tangan" Allah Swt. yang bertugas melaksanakan perintah-perintah-Nya.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab-bab sebelumnya, apa yang dikemukakan dalam ayat ini, sebagai percakapan antara Allah Swt. dengan iblis, tidak perlu diartikan bahwa wawancakap demikian benar-benar telah terjadi. Kata-kata itu hanya melukiskan keadaan-keadaan yang telah timbul sebagai akibat penolakan iblis untuk sujud kepada Adam a.s..

Jadi, dari firman Allah Swt. tersebut jelas bahwa khalifah Allah atau Adam yang diterangkan dalam QS.2:31 bukanlah manusia pertama yang diciptakan Allah Swt. di dunia ini karena bunyi kalimatnya adalah “sungguh Kami benar-benar telah menciptakan kamu” bukan “sungguh Kami benar-benar telah menciptakan engkau “, selanjutnya Allah Swt. berfirman “kemudian Kami memberi kamu bentuk", dan perintah berikutnya kepada malaikat-malaikat adalah untuk sujud kepada salah seorang di antara "orang-orang yang Allah telah memberi mereka bentuk", yakni Adam, karena dalam pandangan Allah Swt. Adam inilah yang paling layak diangkat sebagai "Khalifah Allah" atau Rasul Allah di muka bumi di masa itu, karena ia telah memperlihatkan kepatuh-taatan sempurna kepada Allah Swt. sebagaimana layaknya keadaan "tanah liat" (tiin).


Pentingnya Proses Pembakaran "Tanah Liat"


Demikian juga manusia dapat menuangkan wujud akhlaknya ke dalam berbagai bentuk, sebagaimana tanah liat mudah diberi bentuk apa pun oleh pengrajin tanah liat (tembikar/keramik) sesuai keinginannya. Karena itu sebagaimana halnya "tanah liat" yang telah diberi bentuk apa pun oleh pengrajinnya harus mengalami proses pengeringan -- bahkan proses pembakaran -- agar menjadi suatu yang memiliki "nilai lebih" dari keadaan sebelumnya, demikian pula halnya keimanan orang-orang yang menyatakan beriman kepada "khalifah Allah" (Rasul Allah) pun memerlukan proses "pembakaran" -- berupa ujian-ujian keimanan (QS.2:215; QS.3:180; QS.9:16; QS.29:3) -- yang terjadi akibat penentangan Iblis dan golongannya, dengan demikia jelaslah kenapa iblis telah menyatakan bahwa dirinya diciptakan dari "api" sedangkan Adam diciptakan dari "tanah liat" sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah Swt. sebelum ini, sehingga kemudian Allah Swt. "mengusir Iblis" (QS.7:12-14).

(Bersambung)

Rujukan:


The Holy Quran
, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar