Senin, 26 September 2011

Perbantahan Jin dan Ins (Manusia) di Akhirat


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian VII


Tentang

Perbantahan Jin dan Ins (Manusia) di Akhirat

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


وَ یَوۡمَ یَحۡشُرُہُمۡ جَمِیۡعًا ۚ یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ قَدِ اسۡتَکۡثَرۡتُمۡ مِّنَ الۡاِنۡسِ ۚ وَ قَالَ اَوۡلِیٰٓؤُہُمۡ مِّنَ الۡاِنۡسِ رَبَّنَا اسۡتَمۡتَعَ بَعۡضُنَا بِبَعۡضٍ وَّ بَلَغۡنَاۤ اَجَلَنَا الَّذِیۡۤ اَجَّلۡتَ لَنَا ؕ قَالَ النَّارُ مَثۡوٰىکُمۡ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَاۤ اِلَّا مَا شَآءَ اللّٰہُ ؕ اِنَّ رَبَّکَ حَکِیۡمٌ عَلِیۡمٌ ﴿۱۲۹ وَ کَذٰلِکَ نُوَلِّیۡ بَعۡضَ الظّٰلِمِیۡنَ بَعۡضًۢا بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿۱۳۰﴾٪

Dan ingatlah hari ketika Dia akan menghimpun mereka semua, Dia berfirman: “Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah menarik banyak dari kalangan ins (manusia)”, dan teman-temannya dari kalangan ins (manusia) berkata: “Hai Tuhan kami, sebagian kami telah mengambil keuntungan dari sebagian yang lainnya, dan kami telah sampai kepada jangka waktu kami yang telah Engkau tetapkan bagi kami.” Dia berfirman: “Api itulah tempat tinggal kamu semua, kamu kekal di dalamnya, kecuali apa yang Allah kehendaki”. Sesungguhnya Tuhan engkau Maha Bijaksana, Maha Pengampun. Dan demikianlah Kami menjadikan sebagian orang-orang yang zalim sebagai teman sebagian yang lain disebabkan apa yang senantiasa mereka usahakan. (Al-An’aam [6]:128-130).

Pada Bab sebelumnya telah disinggung mengenai musuh para rasul Allah yakni syaitan-syaitan dari kalangan (golongan) jin dan ins (manusia - QS.6:112-113), dan juga telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan syaitan dan jin dalam Al-Quran tidak selalu merujuk kepada "makhluk halus" yang juga disebut syaitan (setan) dan jin, melainkan maksudnya adalah golongan manusia juga yang bersifat seperti syaitan (setan).

Sebutan syaitan pun merujuk kepada para pendurhaka (pemberontak) yang selalu merongrong kebenaran atau pemerintahan yang sah, sebagaimana yang terjadi di masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., yang oleh Allah Swt. dinyatakan bahwa mereka itu dalam aksinya telah mengajarkan "sihir" (QS.2:103).

Demikian pula orang-orang kafir yang bukan Bani Israil yang ditaklukkan oleh Nabi Daud a.s. dan oleh Nabi Sulaiman a.s. dipekerjakan pada pekerjaan-pekerjaan khusus dan berat mereka pun di dalam Al-Quran disebut syaitan (QS.21:83; QS.34:13-14), dalam surah lainnya sebutan "syaithan" mengenai mereka diganti dengan "jin" (QS.38:36-40).

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab-bab sebelumnya bahwa penyebutan jin jika digandengkan dengan sebutan ins hal itu mengisyaratkan kepada status sosial kedua golongan manusia tersebut, yakni sebutan jin adalah pemuka (pembesar) kaum sedangkan ins adalah orang-orang awam. Demikian juga halnya yang dimaksud dengan jin dan ins di awal Bab ini, firman-Nya:

وَ یَوۡمَ یَحۡشُرُہُمۡ جَمِیۡعًا ۚ یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ قَدِ اسۡتَکۡثَرۡتُمۡ مِّنَ الۡاِنۡسِ ۚ وَ قَالَ اَوۡلِیٰٓؤُہُمۡ مِّنَ الۡاِنۡسِ رَبَّنَا اسۡتَمۡتَعَ بَعۡضُنَا بِبَعۡضٍ وَّ بَلَغۡنَاۤ اَجَلَنَا الَّذِیۡۤ اَجَّلۡتَ لَنَا ؕ قَالَ النَّارُ مَثۡوٰىکُمۡ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَاۤ اِلَّا مَا شَآءَ اللّٰہُ ؕ اِنَّ رَبَّکَ حَکِیۡمٌ عَلِیۡمٌ ﴿۱۲۹ وَ کَذٰلِکَ نُوَلِّیۡ بَعۡضَ الظّٰلِمِیۡنَ بَعۡضًۢا بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿۱۳۰﴾٪

Dan ingatlah hari ketika Dia akan menghimpun mereka semua, Dia berfirman: “Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah menarik banyak dari kalangan ins (manusia)”, dan teman-temannya dari kalangan ins (manusia) berkata: “Hai Tuhan kami, sebagian kami telah mengambil keuntungan dari sebagian yang lainnya, dan kami telah sampai kepada jangka waktu kami yang telah Engkau tetapkan bagi kami.” Dia berfirman: “Api itulah tempat tinggal kamu semua, kamu kekal di dalamnya, kecuali apa yang Allah kehendaki”. Sesungguhnya Tuhan engkau Maha Bijaksana, Maha Pengampun. Dan demikianlah Kami menjadikan sebagian orang-orang yang zalim sebagai teman sebagian yang lain disebabkan apa yang senantiasa mereka usahakan. (Al-An’aam [6]:128-130).

Bukan Makhluk Halus melainkan manusia


Ma’syar dalam kalimat "yaa ma'syaral jinni wal- insi" berarti segolongan orang yang mempunyai urusan dan kepentingan yang sama (Lexicon Lane), misalnya dalam QS.55:34-35 mengenai imbauan atau tantangan Allah Swt. agar manusia berusah menembus batas-batas seluruh langit dan bumi pun digunakan kalimat "yaa ma'syaral- jinni wal- insi" (hai golongan jin dan ins (manusia).

Dalam ayat QS.6:128 ini sebutan jin jelas menunjukkan orang-orang besar dan orang-orang kuat yakni para pemuka kaum, sebagai lawan kata ins, yakni golongan orang-orang lemah dan miskin (rakyat jelata).

Kata-kata Arab “sesungguhnya kamu telah menarik banyak dari kalangan ins (manusia)”, dapat diartikan: (1) Kamu telah menawan hati banyak dari antara khalayak ramai sehingga mereka berpihak kepadamu dan membuat mereka mengikuti kamu; (2) Kamu telah memeras mereka; (3) Kamu telah menganggap khalayak ramai sangat penting; yakni, kamu tidak menerima kebenaran yang dibawa oleh para Rasul Allah karena takut jangan-jangan massa tidak akan mengikut kamu lagi. Sebagaimana halnya orang-orang lemah atau masyarakat awam (ins) tidak menerima kebenaran karena takut akan ancaman orang-orang besar (jin), sebagaimana yang diancamkan Iblis (QS.7:17-18; QS.17:62-66), seperti itu pula halnya orang-orang besar (jin) kadang-kadang takut akan pengikut-pengikut mereka (ins) dan tidak menerima kebenaran karena takut kalau-kalau para pengikut mereka akan meninggalkan mereka.

Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman Allah Swt. sebelum ini "dan teman-temannya dari kalangan ins (manusia) berkata: “Hai Tuhan kami, sebagian kami telah mengambil keuntungan dari sebagian yang lainnya, dan kami telah sampai kepada jangka waktu kami yang telah Engkau tetapkan bagi kami.”


Ayat 129 memberikan bukti lagi atas kenyataan bahwa kata jin di sini hanya berarti satu golongan manusia, yaitu orang-orang besar dan orang-orang berpengaruh, sebab hanya segolongan manusia juga memeras tenaga golongan lain. Sedangkan jin sebagai makhluk lain yang bukan-manusia, tidak pernah memperbudak manusia. Begitu pun sepanjang pengetahuan kita Rasul-rasul Allah tak pernah dibangkitkan dari antara mereka, yakni makhluk halus yang disebut jin. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ وَ یُنۡذِرُوۡنَکُمۡ لِقَآءَ یَوۡمِکُمۡ ہٰذَا ؕ قَالُوۡا شَہِدۡنَا عَلٰۤی اَنۡفُسِنَا وَ غَرَّتۡہُمُ الۡحَیٰوۃُ الدُّنۡیَا وَ شَہِدُوۡا عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ اَنَّہُمۡ کَانُوۡا کٰفِرِیۡنَ ﴿۱۳۱ ذٰلِکَ اَنۡ لَّمۡ یَکُنۡ رَّبُّکَ مُہۡلِکَ الۡقُرٰی بِظُلۡمٍ وَّ اَہۡلُہَا غٰفِلُوۡنَ ﴿۱۳۲

”Hai golongan jin dan ins (manusia), tidakkah telah datang kepada kamu rasul-rasul dari antaramu yang menceriterakan kepadamu Tanda-tanda-Ku dan memperingatkan kamu mengenai pertemuan pada harimu ini?” Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi kehidupan dunia telah memperdayakan mereka, dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir. Yang demikian itu karena Tuhan engkau tidak pernah membinasakan negeri-negeri secara zalim padahal penduduknya dalam keadaan lengah (Al-An’aam [6]:131-132).

Karena Nabi Besar Muhammad saw. dibangkitkan untuk seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29), kata al-qura (ibu kota) sehubungan dengan diri beliau saw., tentu berlaku untuk seluruh dunia.

Allah Swt. tidak pernah menurunkan azab yang bersifat umum sebelum Dia terlebih dahulu memperingatkan umat-manusia mengenai azab yang sedang mengancam dengan membangkitkan seorang pemberi peringatan (QS.17:16; QS.28:60). Azab yang disebut di sini ialah azab yang bersifat umum seperti: gempa bumi, peperangan yang membinasakan, wabah, dan sebagainya yang melanda seluruh kaum.

Golongan Jin dan Ins adalah Bani Adam (Anak-Cucu Adam)


Dalam firman Allah Swt. berikut ini kalimat “Hai golongan jin dan ins (manusia)” dalam QS.7:131 di atas diganti dengan “Hai bani (anak cucu) Adam”, kenyataan tersebut membuktikan bahwa yang disebut jin adalah manusia seperti halnya ins, hanya saja yang ditonjolkan adalah mengenai status sosialnya sebagai “pemuka (pembesar) kaum”, karena itu dipergunakan sebutan jin, firman-Nya:

وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿۳۵﴾ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿۳۶﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿۳۷

Dan setiap umat memiliki ajal (batas waktu), maka apabila telah datang ajal (batas waktu) mereka, mereka tidak dapat menangguhkannya sesaat pun dan tidak pula dapat mempercepatnya. Hai anak cucu Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang membacakan Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula bersedih. Dan orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan berlaku takabur terhadapnya mereka itu penghuni api, mereka kekal di dalamnya (Al 'Araaf [7]:35-37).

Golongan jin -- yakni para pembesar (pemuka) kaum -- dan golongan ins (orang-orang awam) tersebut di akhirat akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatan mereka mendustakan dan menentang para rasul Allah dibangkitkan dari kalangan mereka, bahkan mereka pun bukan saja akan saling menyalahkan dan saling mengutuk, tetapi juga akan menyalahkan umat-umat yang datang sebelum mereka, dengan dalih umat-umat tersebut telah menyebabkan mereka pun menjadi penghuni api nereka bersama umat-umat sebelumnya, firman-Nya:

فَمَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ بِاٰیٰتِہٖ ؕ اُولٰٓئِکَ یَنَالُہُمۡ نَصِیۡبُہُمۡ مِّنَ الۡکِتٰبِ ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءَتۡہُمۡ رُسُلُنَا یَتَوَفَّوۡنَہُمۡ ۙ قَالُوۡۤا اَیۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالُوۡا ضَلُّوۡا عَنَّا وَ شَہِدُوۡا عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ اَنَّہُمۡ کَانُوۡا کٰفِرِیۡنَ ﴿۳۸


Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan Ayat-ayat-Nya? Mereka akan memperoleh bagian mereka sebagaimana telah ditetapkan, hingga apabila datang kepada mereka utusan-utusan Kami untuk mencabut nyawanya seraya berkata: ”Di manakah apa yang biasa kamu seru selain Allah?” Mereka berkata: “Mereka telah lenyap dari kami.” Dan mereka memberi kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir. (Al’Araaf [7]:38).

Firman Allah Swt. tersebut merupakan suatu ketentuan hukum Allah Swt. mengenai 2 pihak yang saling berhadapan, yakni (1) pihak yang mendakwakan diri sebagai rasul Allah dan (2) pihak yang mendustakan pendakwaan seseorang yang mendakwakan diri sebagai rasul Allah.

Ketetapan Allah Swt. bagi Para Pendakwa Palsu

Menurut Allah Swt., jika pihak yang mendakwakan diri terbukti adalah seorang pendusta serta telah mengada-adakan kedustaan atas nama Allah, maka ia bukan saja seorang yang zalim tetapi juga ia pasti terkena dengan ketentuan Allah Swt. -- yang bahkan akan berlaku pula bagi Nabi Besar Muhammad saw., seandainya -- na’uudzubillaahi min dzaalik – beliau saw. melakukan pendakwaan palsu mengenai kerasulannya, sebagaimana firman-Nya:

فَلَاۤ اُقۡسِمُ بِمَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ۳۹ وَ مَا لَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ۴۰ اِنَّہٗ لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍ ﴿ۚۙ۴۱ وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ۴۲ وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ۴۳ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿۴۴ وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ۴۵ لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ۴۶ ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ۴۷ فَمَا مِنۡکُمۡ مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿۴۸

Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia, dan bukanlah Al-Quran itu perkataan, sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah Al-Quran ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat. Al-Quran ini adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Dan seandainya ia (Muhammad) mengada-adakan sebagaian perkataan atas nama Kami, niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya. (Al-Haaqqah [69]:39-48).


Persumpahan yang dikemukakan Allah Swt. dengan kalimat “maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan apa yang tidak kamu lihat” mengenai benarnya wahyu Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muahammad saw., maksudnya adalah bahwa hal-hal yang nampak kepada manusia bekerja di alam dunia jasmani ini -- yakni kenyataan-kenyataan hidup yang dapat dilihat -- dan hal-hal yang tersembunyi dari pan-dangan mata, yaitu akal dan kata-hati manusia, telah disinggung dalam ayat-ayat 39 dan 40 sebagai kesaksian-kesaksian guna membuktikan Al-Quran benar-benar berasal dari Allah Swt.

Atau ayat-ayat itu dapat berarti bahwa Tanda-tanda agung yang disaksikan oleh orang-orang kafir di zaman Nabi Besar Muhammad saw. dengan mata kepala mereka sendiri dan nubuatan-nubuatan mengenai hari depan Islam yang gilang gemilang dan masih menunggu penyempurnaannya, merupakan dalil yang tidak dapat ditolak bahwa Al-Quran itu benar-benar firman Allah Sendiri yang telah diturunkan oleh-Nya kepada Nabi Agung, Muhammad Musthafa saw. Al-Quran membahas kenyataan-kenyataan hidup lagi pasti dan bukan impian-impian gila seorang penyair, bukan pula rekayasa dan terkaan seorang juru nujum di dalam kegelapan.

Dalam ayat 45-48 merupakan ketentuan Allah Swt. yang berlaku bagi semua pendakwa kenabian (kerasulan) yang palsu -- termasuk juga bagi Nabi Besar Muhammad saw. -- bahwa bila seandainya pendakwan kerasulan Nabi Besar Muhammad saw. itu dusta, maka tangan perkasa Allah pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliau dan pasti beliau saw. telah menemui ajal pedih, dan seluruh pekerjaan dan misi beliau pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib seorang nabi palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20 mengenai seorang nabi palsu.

Demikianlah penjelasan mengenai firman Allah Swt. sebelumnya yakni “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah.... (Al-‘Araaf [7]:38), yakni berkenaan dengan para nabi palsu atau para pendakwa palsu, sedangkan kalimat selanjutnya “atau yang mendustakan Ayat-ayat-Nya (Tanda-tanda-Nya)?” adalah berkenaan dengan orang-orang yang mendustakan serta menentang rasul Allah walau pun pendakwaannya tersebut didukung oleh Tanda-tanda Allah. Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kedua pihak yang zalim tersebut:

اُولٰٓئِکَ یَنَالُہُمۡ نَصِیۡبُہُمۡ مِّنَ الۡکِتٰبِ ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءَتۡہُمۡ رُسُلُنَا یَتَوَفَّوۡنَہُمۡ ۙ قَالُوۡۤا اَیۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالُوۡا ضَلُّوۡا عَنَّا وَ شَہِدُوۡا عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ اَنَّہُمۡ کَانُوۡا کٰفِرِیۡنَ ﴿۳۸

.....Mereka akan memperoleh bagian mereka sebagaimana telah ditetapkan, hingga apabila datang kepada mereka utusan-utusan Kami untuk mencabut nyawanya seraya berkata: ”Di manakah apa yang biasa kamu seru selain Allah?” Mereka berkata: “Mereka telah lenyap dari kami.” Dan mereka memberi kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir. (Al’Araaf [7]:38).


Di Akhirat Mereka Saling Menyalahkan

Menurut Allah Swt. kedua pihak yang berbuat zalim tersebut akan mengalami akhir kehidupan yang sangat hina dan mereka sama sekali tidak memiliki penolong yang akan menghindarkan mereka dari azab Allah Swt., baik di dunia mau pun di akhirat nanti, firman-Nya:

قَالَ ادۡخُلُوۡا فِیۡۤ اُمَمٍ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ مِّنَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ فِی النَّارِ ؕ کُلَّمَا دَخَلَتۡ اُمَّۃٌ لَّعَنَتۡ اُخۡتَہَا ؕ حَتّٰۤی اِذَا ادَّارَکُوۡا فِیۡہَا جَمِیۡعًا ۙ قَالَتۡ اُخۡرٰىہُمۡ لِاُوۡلٰىہُمۡ رَبَّنَا ہٰۤؤُلَآءِ اَضَلُّوۡنَا فَاٰتِہِمۡ عَذَابًا ضِعۡفًا مِّنَ النَّارِ ۬ؕ قَالَ لِکُلٍّ ضِعۡفٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿۳۹

Dia berfirman: “Masuklah kamu ke dalam Api bersama umat-umat jin dan ins (manusia) yang telah berlalu sebelummu.” Setiap kali suatu umat masuk, umat itu akan mengutuk saudara-saudaranya dari umat lain, hingga apabila mereka semua telah tiba berturut-turut di dalamnya, maka mereka yang [masuk] terakhir berkata mengenai mereka yang terdahulu: “Ya Tuhan kami, mereka ini telah menyesatkan kami, karena itu berilah mereka azab Api berlipat-ganda.” Dia berfirman: “Bagi masing-masing mendapat azab berlipat ganda tetapi kamu tidak mengetahui.” (Al-‘Araaf [7]:39).

وَ قَالَتۡ اُوۡلٰىہُمۡ لِاُخۡرٰىہُمۡ فَمَا کَانَ لَکُمۡ عَلَیۡنَا مِنۡ فَضۡلٍ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡسِبُوۡنَ ﴿٪۴۰

Dan mereka yang [masuk] terdahulu berkata kepada mereka yang [masuk] terakhir: “Tidak ada bagi kamu suatu kelebihan atas kami, maka rasakanlah azab itu disebabkan oleh apa yang senantiasa kamu lakukan.” (Al-‘Araaf [7]:40).

Kata-kata Mereka akan memperoleh bagian mereka sebagaimana telah ditetapkan dalam ayat 38 berarti bahwa mereka yang menolak rasul-rasul Allah akan melihat dengan mata kepala sendiri penyempurnaan kabar-kabar gaib yang meramalkan kekalahan dan kegagalan mereka. Mereka akan merasakan hukuman (azab) yang dijanjikan kepada mereka karena menentang rasul-rasul Allah (Q.17:16).

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid




Tidak ada komentar:

Posting Komentar