Rabu, 14 September 2011

Jaringan Ancaman Iblis Terhadap Adam dan Pengikutnya




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS


Bagian V


Tentang

Berbagai Jaringan Hadangan Iblis di Jalan Lurus

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


قُلۡ اَعُوۡذُ بِرَبِّ الۡفَلَقِ ۙ﴿۲ مِنۡ شَرِّ مَا خَلَقَ ۙ﴿۳ وَ مِنۡ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ ۙ﴿۴ وَ مِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ ۙ﴿۵ وَ مِنۡ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ٪﴿۶

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan seluruh makhluk (al-falaq) dari keburukan apa pun yang Dia ciptakan, dan dari keburukan kegelapan apabila meliputi, dan dari keburukan orang-orang yang meniupkan ke dalam buhul-buhul [ikatan], dan dari keburukan orang yang dengki apabila ia mendengki” (Al-Falaq [113]:2-5).

Berikut dalam firman Allah Swt. yang lebih menjelaskan mengenai jaringan hadangan yang dilakukan Iblis dan golongannya terhadap Adam a.s. dan para pengikutnya (QS.7:17-18), firman-Nya:

وَ اِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ قَالَ ءَاَسۡجُدُ لِمَنۡ خَلَقۡتَ طِیۡنًا ﴿ۚ۶۲ قَالَ اَرَءَیۡتَکَ ہٰذَا الَّذِیۡ کَرَّمۡتَ عَلَیَّ ۫ لَئِنۡ اَخَّرۡتَنِ اِلٰی یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ لَاَحۡتَنِکَنَّ ذُرِّیَّتَہٗۤ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿۶۳ قَالَ اذۡہَبۡ فَمَنۡ تَبِعَکَ مِنۡہُمۡ فَاِنَّ جَہَنَّمَ جَزَآؤُکُمۡ جَزَآءً مَّوۡفُوۡرًا ﴿۶۴ وَ اسۡتَفۡزِزۡ مَنِ اسۡتَطَعۡتَ مِنۡہُمۡ بِصَوۡتِکَ وَ اَجۡلِبۡ عَلَیۡہِمۡ بِخَیۡلِکَ وَ رَجِلِکَ وَ شَارِکۡہُمۡ فِی الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَوۡلَادِ وَ ِدۡہُمۡ ؕ وَ مَا یَعِدُہُمُ الشَّیۡطٰنُ اِلَّا غُرُوۡرًا ﴿۶۵ اِنَّ عِبَادِیۡ لَیۡسَ لَکَ عَلَیۡہِمۡ سُلۡطٰنٌ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ وَکِیۡلًا ﴿۶۶

Dan [ingatlah] ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah yakni patuhlah kepada Adam,” maka mereka sujud kecuali iblis. Ia (Iblis) berkata: “Apakah aku harus sujud kepada orang yang Engkau jadikan dari tanah liat?” Ia berkata: “Terangkanlah pendapat Engkau bagaimana mungkin bahwa yang telah Engkau muliakan atasku itu menjadi majikanku. Jika Engkau memberi tangguh kepadaku hingga Hari Kiamat, niscaya akan aku kuasai semua anak-keturunannya, kecuali sedikit.” Dia berfirman: “Pergilah, lalu barangsiapa akan mengikuti engkau dari antara mereka maka sesungguhnya Jahannamlah balasan bagi kamu, suatu balasan yang penuh, dan bujuklah siapa dari antara mereka yang engkau sanggup dengan suara engkau, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda engkau dan pasukan berjalan-kaki engkau dan berserikatlah dengan mereka dalam harta, dan anak-anak mereka, dan berikanlah janji-janji kepada mereka.” Dan syaitan tidak menjanjikan kepada mereka selain tipu-daya. Sesungguhnya mengenai hamba-hamba-Ku, engkau tidak akan mempunyai kekuasaan atas mereka, dan cukuplah Tuhan Engkau sebagai Pelindung. (Bani Israil [17]:62-66).

Apakah syaitan telah berhasil atau tidak, dalam melaksanakan ancamannya untuk menyesatkan sejumlah besar umat manusia, merupakan soal yang penting dan perlu mendapat jawaban. Satu pandangan yang tergesa-gesa dan tanpa disertai pikiran yang matang mengenai keadaan baik dan buruk di dunia ini, dapat membawa kita kepada kesimpulan yang salah, bahwa keburukan itu mengungguli kebaikan di dunia ini. Tetapi hakikat yang sebenarnya adalah kebalikannya.

Seandainya, sebagai misal, semua ucapan pendusta-pendusta terbesar diselidiki secara kritis, maka ucapan-ucapannya yang mengandung kebenaran jumlahnya akan nampak jauh melebihi ucapan-ucapannya yang dusta. Demikian pula jumlah orang-orang buruk di dunia ini jauh di bawah jumlah orang-orang baik. Kenyataan bahwa keburukan itu mendapat perhatian begitu besar, justru menjadi bukti bahwa fitrat manusia pada dasarnya baik dan menjadi cemas menyaksikan keburukan bagaimanapun kecilnya. Oleh sebab itu tidak benar untuk beranggapan bahwa syaitan telah berhasil dalam melaksanakan ancamannya dalam bentuk kenyataan.

Tiga Macam Daya Upaya Iblis Menghadang Manusia & Nafs Muthmainnah

Ayat ini menguraikan tiga macam daya-upaya yang dilakukan oleh putra-putra kegelapan untuk membujuk manusia supaya menjauhi jalan kebenaran: (1) mereka berusaha menakut-nakuti orang-orang miskin dan lemah dengan ancaman akan menggunakan kekerasan terhadap mereka; (2) mereka menggunakan tindakan-tindakan yang lebih keras terhadap mereka yang tidak dapat ditakut-takuti dengan cara "gertak sambal", yaitu dengan mengadakan persekutuan-persekutuan untuk tujuan melawan mereka dan mengadakan serangan bersama terhadap mereka dengan segala cara; (3) mereka mencoba membujuk orang-orang kuat dan yang lebih berpengaruh dengan tawaran akan menjadikannya pemimpin mereka, asalkan mereka tidak akan membantu lagi pihak kebenaran.

Manusia dapat terkena oleh bujukan-bujukan syaitan selama dia belum “dibangkitkan”, yaitu selama keimanannya belum mencapai taraf yang sempurna, yang dalam Al-Quran dinamakan tingkatan nafs muthmainnah, firman-Nya:

یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿٭ۖ۲۸ ارۡجِعِیۡۤ اِلٰی رَبِّکِ رَاضِیَۃً مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ۲۹ فَادۡخُلِیۡ فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ۳۰ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪۳۱

Hai jiwa yang tentram, kembalilah kepada Rabb (Tuhan) engkau, engkau ridha [kepada-Nya], Dia pun ridha [kepada engkau], maka masuklah ke dalam [golongan] hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku" (Al-Fajr [89]:28-31).

Keadaan tersebut merupakan tingkat perkembangan ruhani tertinggi, ketika manusia ridha kepada Tuhan-nya (Allah Swt.) dan Dia pun ridha kepadanya (QS,58:23). Pada tingkat ruhani ini -- yang disebut juga tingkat surgawi -- ia menjadi kebal terhadap segala macam kelemahan akhlak, ia diperkuat dengan kekuatan ruhani khusus. Ia "manunggal" (menyatu) dengan Allah Swt. dan tidak dapat hidup tanda Dia. Di dunia inilah dan bukan sesudah mati perubahan ruhani besar terjadi di dalam dirinya, dan di dunia inilah, bukan di tempat lain, jalan dibukakan baginya untuk masuk surga.

Hizbullah (Golongan Allah)

Tingkatan ruhani yang tinggi seperti itu tidak hanya khusus secara perorangan tetapi juga dalam terjadi dalam lingkup jama'ah, yakni suatu Jemaat Ilahi yang di dalam Al-Quran disebut Hizbullah (golongan Allah), firman-Nya:

لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَہُمۡ اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪۲۳

Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang [menyatakan] beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walau pun mereka itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada me-reka dan mereka ridha kepada-Nya. Itulah golongan Allah. Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allah itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujadilah [58):23).

Sudah nyata bahwa tidak mungkin terdapat persahabatan atau perhubungan cinta sejati atau sungguh-sungguh di antara orang-orang beriman dengan orang-orang kafir, sebab cita-cita, pendirian-pendirian, dan kepercayaan agama dari kedua golongan itu bertentangan satu sama lain. Dan karena kesamaan dan hubungan kepentingan itu merupakan syarat mutlak bagi hubungan yang sungguh-sungguh erat menjadi tidak ada, maka orang-orang beriman diminta jangan mempunyai persahabatan yang erat lagi mesra dengan orang-orang kafir.

Ikatan agama mengatasi segala hubungan lainnya, bahkan mengatasi pertalian darah yang amat dekat sekalipun. Ayat ini nampaknya merupakan seruan umum. Tetapi secara khusus seruan itu tertuju kepada orang-orang kafir yang ada dalam berperang dengan kaum Muslim, firman-Nya:

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡۤا اٰبَآءَکُمۡ وَ اِخۡوَانَکُمۡ اَوۡلِیَآءَ اِنِ اسۡتَحَبُّوا الۡکُفۡرَ عَلَی الۡاِیۡمَانِ ؕ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّہُمۡ مِّنۡکُمۡ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿۲۳ قُلۡ اِنۡ کَانَ اٰبَآؤُکُمۡ وَ اَبۡنَآؤُکُمۡ وَ اِخۡوَانُکُمۡ وَ اَزۡوَاجُکُمۡ وَ عَشِیۡرَتُکُمۡ وَ اَمۡوَالُۨ اقۡتَرَفۡتُمُوۡہَا وَ تِجَارَۃٌ تَخۡشَوۡنَ کَسَادَہَا وَ مَسٰکِنُ تَرۡضَوۡنَہَاۤ اَحَبَّ اِلَیۡکُمۡ مِّنَ اللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ جِہَادٍ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ فَتَرَبَّصُوۡا حَتّٰی یَاۡتِیَ اللّٰہُ بِاَمۡرِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿٪۲۴

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil bapak-bapakmu dan saudara-saudara laki-lakimu menjadi sahabat jika mereka lebih mencintai kekafiran daripada iman. Dan barangsiapa di antara kamu menjadikan mereka sebagai sahabat-sahabat (pelindung-pelindung) maka mereka adalah orang-orang yang zalim. Katakanlah: “Jika ayah-ayah kamu, anak-anak lelakimu, saudara-saudara lelakimu, istri-istrimu, kera-batmu, harta yang kamu telah mengupayakannya, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan tempat tinggal yang kamu menyukainya, [semuanya itu ] lebih kamu cintai dari-pada Allah, Rasul-Nya, dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (durhaka). (Al-Taubah [9]:23-24).

Ikatan-ikatan kekeluargaan dan kecintaan kepada kaum kerabat serta pertimbangan-pertimbangan duniawi lainnya seperti kekayaan, perdagangan dan harta, hendaknya jangan dibiarkan menjadi penghalang, bila ada suatu hubungan yang lebih berharga dan suatu tujuan yang lebih mulia serta pertimbangan-pertimbangan yang lebih penting menuntut pengorbanan mereka.

Mereka yang tidak melaksanakan perintah Allah Swt. dalam ayat-ayat tersebut dinyatakan sebagai orang-orang yang murtad, dan mengenai hal tersbeut Allah Swt. berfirman:

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ ﴿۵۴ اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ الزَّکٰوۃَ وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ ﴿۵۶ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿۵۷

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya maka Allah segera akan mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nya, mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan keras terhadap orang-orang kafir. Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela. Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. Sesungguhnya pelindung (sahabat) kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang senantiasa mendirikan shalat dan membayar za-kat dan mereka taat [kepada Allah]. Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung (sahabat), maka se-sungguhnya Hizbullah (jamaat Allah) pasti menang. (Al-Maidah [5]:55-57).

Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud "Hizbullah" (Golongan Allah) tersbeut adalah para "Khalifah Allah" atau para Rasul Allah yang dibangkitkan Allah Swt. di setiap zaman (QS.7:35-37), dan perjuangan suci mereka senantiasa mengalami berbagai penghadangan oleh Iblis dan golongannya dengan berbagai cara sebagaimana yang diancamkan mereka kepada Allah Swt. dalam rangka melaksanakan kedengkiannya terhadap orang-orang yang mendapat karunia Allah Swt..
Demikianlah uaraian mengenai kaitan erat antara Surah Al Falaq dengan kedengkian Iblis terhadap Adam atau Khalifah Allah, yakni para Rasul Allah sebagaimana yang disinyalir oleh para malaikat mengenai akan munculnya orang-orang yang akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah sehubungan dengan kehendak Allah Swt, menjadikan seorang "Khalifah Allah" di bumi (QS.2:31).

(Bersambung)


Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

2 komentar: