Rabu, 28 September 2011

Perbantahan Jin dan Ins (Manusia) di Akhirat & Pertanyaan Penjaga Neraka


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian VIII


Tentang

Perbantahan Jin dan Ins (Manusia) di Akhirat &

Pertanyaan Penjaga Neraka

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


وَ سِیۡقَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِلٰی جَہَنَّمَ زُمَرًا ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءُوۡہَا فُتِحَتۡ اَبۡوَابُہَا وَ قَالَ لَہُمۡ خَزَنَتُہَاۤ اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَتۡلُوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِ رَبِّکُمۡ وَ یُنۡذِرُوۡنَکُمۡ لِقَآءَ یَوۡمِکُمۡ ہٰذَا ؕ قَالُوۡا بَلٰی وَ لٰکِنۡ حَقَّتۡ کَلِمَۃُ الۡعَذَابِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿۷۲ قِیۡلَ ادۡخُلُوۡۤا اَبۡوَابَ جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ۚ فَبِئۡسَ مَثۡوَی الۡمُتَکَبِّرِیۡنَ ﴿۷۳

Dan rombongan-rombongan orang-orang kafir akan digiring ke Jahannam, hingga apabila mereka sampai kepadanya pintu-pintunya dibukakan, dan penjaga-penjaganya akan berkata kepada mereka: “Bukankah telah datang kepada kamu rasul-rasul dari antaramu sendiri membacakan kepada kamu Ayat-ayat Tuhan-mu, dan memberi peringatan kepadamu mengenai pertemuan pada harimu ini?” Mereka akan berkata: “Ya benar, tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang kafir.” Dikatakan: Masukilah pintu-pintu Jahannam, kamu akan kekal di dalamnya”, maka sangat buruk tempat tinggal orang-orang yang sombong.” (Al-Zumar [39]:72-73).


Pada bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa kedua pihak yang berbuat zalim -- yakni para pendakwa palsu dan orang-orang yang mendustakan pendakwa yang benar (rasul Allah) -- mereka akan mengalami akhir kehidupan yang sangat hina dan mereka sama sekali tidak memiliki penolong yang akan menghindarkan mereka dari azab Allah Swt., baik di dunia mau pun di akhirat nanti, dan bahkan mereka akan saling mengutuk, firman-Nya:

قَالَ ادۡخُلُوۡا فِیۡۤ اُمَمٍ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ مِّنَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ فِی النَّارِ ؕ کُلَّمَا دَخَلَتۡ اُمَّۃٌ لَّعَنَتۡ اُخۡتَہَا ؕ حَتّٰۤی اِذَا ادَّارَکُوۡا فِیۡہَا جَمِیۡعًا ۙ قَالَتۡ اُخۡرٰىہُمۡ لِاُوۡلٰىہُمۡ رَبَّنَا ہٰۤؤُلَآءِ اَضَلُّوۡنَا فَاٰتِہِمۡ عَذَابًا ضِعۡفًا مِّنَ النَّارِ ۬ؕ قَالَ لِکُلٍّ ضِعۡفٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿۳۹

Dia berfirman: “Masuklah kamu ke dalam Api bersama umat-umat jin dan ins (manusia) yang telah berlalu sebelummu.” Setiap kali suatu umat masuk, umat itu akan mengutuk saudara-saudaranya dari umat lain, hingga apabila mereka semua telah tiba berturut-turut di dalamnya, maka mereka yang [masuk] terakhir berkata mengenai mereka yang terdahulu: “Ya Tuhan kami, mereka ini telah menyesatkan kami, karena itu berilah mereka azab Api berlipat-ganda.” Dia berfirman: “Bagi masing-masing mendapat azab berlipat ganda tetapi kamu tidak mengetahui.” (Al-‘Araaf [7]:39).

وَ قَالَتۡ اُوۡلٰىہُمۡ لِاُخۡرٰىہُمۡ فَمَا کَانَ لَکُمۡ عَلَیۡنَا مِنۡ فَضۡلٍ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡسِبُوۡنَ ﴿٪۴۰

Dan mereka yang [masuk] terdahulu berkata kepada mereka yang [masuk] terakhir: “Tidak ada bagi kamu suatu kelebihan atas kami, maka rasakanlah azab itu disebabkan oleh apa yang senantiasa kamu lakukan.” (Al-‘Araaf [7]:40).

Kata-kata Mereka akan memperoleh bagian mereka sebagaimana telah ditetapkan dalam ayat QS.6:38 berarti bahwa mereka yang menolak rasul-rasul Allah akan melihat dengan mata kepala sendiri penyempurnaan kabar-kabar gaib yang meramalkan kekalahan dan kegagalan mereka. Mereka akan merasakan hukuman (azab) yang dijanjikan kepada mereka karena menentang rasul-rasul Allah (Q.17:16).

Pertanyaan Penjaga Neraka

Firman Allah Swt. pada awal Bab ini memiliki kekhususan tersendiri, yakni kalau dalam Surah Al-Quran yang lain jawaban para penghuni neraka atas pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka oleh ahli surga adalah adalah bahwa mereka masuk neraka karena mereka telah melalaikan kewajiban-kewajiban mereka antara lain mereka tidak mengerjakan shalat, tidak peduli terhadap orang-orang miskin, senang berbicara kosong, dan medustakan hari pembalasan, (QS.74:41-48), tetapi dalam firman Allah di awal Bab ini yang ditanyakan oleh para penjaga neraka jahannam adalah mengenai sikap mereka terhadap kedatangan rasul Allah yang dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37), firman-Nya:

وَ سِیۡقَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِلٰی جَہَنَّمَ زُمَرًا ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءُوۡہَا فُتِحَتۡ اَبۡوَابُہَا وَ قَالَ لَہُمۡ خَزَنَتُہَاۤ اَلَمۡ یَاۡتِکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَتۡلُوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِ رَبِّکُمۡ وَ یُنۡذِرُوۡنَکُمۡ لِقَآءَ یَوۡمِکُمۡ ہٰذَا ؕ قَالُوۡا بَلٰی وَ لٰکِنۡ حَقَّتۡ کَلِمَۃُ الۡعَذَابِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿۷۲ قِیۡلَ ادۡخُلُوۡۤا اَبۡوَابَ جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ۚ فَبِئۡسَ مَثۡوَی الۡمُتَکَبِّرِیۡنَ ﴿۷۳

Dan rombongan-rombongan orang-orang kafir akan digiring ke Jahannam, hingga apabila mereka sampai kepadanya pintu-pintunya dibukakan, dan penjaga-penjaganya akan berkata kepada mereka: “Bukankah telah datang kepada kamu rasul-rasul dari antaramu sendiri membacakan kepada kamu Ayat-ayat Tuhan-mu, dan memberi peringatan kepadamu mengenai pertemuan pada harimu ini?” Mereka akan berkata: “Ya benar, tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang kafir.” Dikatakan: Masukilah pintu-pintu Jahannam, kamu akan kekal di dalamnya”, maka sangat buruk tempat tinggal orang-orang yang sombong.” (Al-Zumar [39]:72-73).

Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan “orang yang takabur” (sombong) yang akan menjadi penghuni neraka jahannam dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah, sekali pun berbagai macam Tanda dari Allah sebagai pendukung kebenaran pendakwaan kerasulan mereka telah diperlihatkan Allah Swt. kepada orang-orang takabur tersebut, firman-Nya:

وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿۳۵﴾ یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿۳۶﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿۳۷

Dan setiap memiliki ajal (batas waktu), maka apabila telah datang ajal (batas waktu) mereka, mereka tidak dapat menangguhkannya sesaat pun dan tidak pula dapat mempercepatnya. Hai anak cucu Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang membacakan Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula bersedih. Dan orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan berlaku takabur terhadapnya mereka itu penghuni api, mereka kekal di dalamnya (Al 'Araaf [7]:35-37).


Saling Menyalahkan

Sehubungan dengan surah Al-An’aam ayat 112-114 dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan syaitan dari kalangan jin dan ins (manusia) yang di setiap zaman selalu menjadi musuh para Rasul Allah adalah para pemuka (pembesar) kaum (jin) dan para pendukungnya dari kalangan orang-orang awam (ins), yang di dalam Al-Quran disebut golongan dhu’afa. Kedua golongan inilah yang akan bertengkar di akhirat ketika mereka menyaksikan azab (siksaan) akhirat yang akan mereka rasakan, firman-Nya:

وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ جَمِیۡعًا فَقَالَ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ قَالُوۡا لَوۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ لَہَدَیۡنٰکُمۡ ؕ سَوَآءٌ عَلَیۡنَاۤ اَجَزِعۡنَاۤ اَمۡ صَبَرۡنَا مَا لَنَا مِنۡ مَّحِیۡصٍ ﴿٪۲۲

Dan mereka itu semua akan tampil di hadapan Allah, maka akan berkata orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang takabur: “Sesungguhnya kami dahulu [di dunia] pengikut-pengikutmu, lalu tidak dapatkah kamu sedikit pun mengelakkan kami dari azab Allah?” Mereka berkata: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, pasti kami pun telah memberi petunjuk kepadamu. Adalah sama saja bagi kita, apakah kita berkeluh-kesah atau kita bersabar, sekali-kali tidak ada bagi kita jalan untuk melepaskan diri.” (Ibrahim [14]:22).

Bukan semata-mata perbuatan buruknya sendiri, yang mendatangkan kejatuhan bagi suatu kaum, tetapi yang terutama mendatangkan kejatuhan itu ialah terbukanya kelemahan mereka. Setelah kelemahan menjadi nampak, maka gengsi dan nama baik mereka — yang melebihi hasil karya mereka, dan merupakan penolong utama untuk sukses mereka — mendapat pukulan maut dengan jatuhnya mereka di mata kaum-kaum lawan mereka, hal mana diikuti oleh kemunduran dan kemerosotan. Itulah arti ayat “mereka itu semuanya akan tampil di hadapan Allah.”


Syayaathin (Setan-setan) Pengingkar Janji


Dalam ayat selanjutnya sebutan para “pemuka kaum” yang telah menjanjikan janji-janji palsu kepada golongan ins (orang awam) dalam melakukan penentangan terhadap para rasul Allah telah disebut syaitan sesuai dengan QS.6:112-114, firman-Nya:

وَ قَالَ الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ اِلَّاۤ اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿۳۲

Dan tatkala perkara itu telah diputuskan syaitan berkata: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepadamu tetapi aku telah menyalahinya, dan aku sekali-kali tidak memiliki kekuasaan apa pun atasmu, melainkan aku telah mengajakmu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku, karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah dirimu sendiri. Aku sama sekali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sama sekali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan dengan-ku sebelumnya.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim [14]23).

Firman-Nya:

وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ الۡجِنِّ یُوۡحِیۡ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا ؕ وَ لَوۡ شَآءَ رَبُّکَ مَا فَعَلُوۡہُ فَذَرۡہُمۡ وَ مَا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿۱۱۳ وَ لِتَصۡغٰۤی اِلَیۡہِ اَفۡـِٕدَۃُ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ وَ لِیَرۡضَوۡہُ وَ لِیَقۡتَرِفُوۡا مَا ہُمۡ مُّقۡتَرِفُوۡنَ ﴿۱۱۴

Dan dengan cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi yaitu syaitan-syaitan di antara ins (manusia) dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya kata-kata indah untuk mengelabui, dan jika Tuhan engkau menghendaki mereka tidak akan mengerjakannya, maka biarkanlah mereka dengan apa-apa yang mereka ada-adakan, dan supaya hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka menyukainya dan supaya mereka mengusahakan apa yang sedang mereka usahakan. (Al-An’aam [6]:13-14).

Firman-Nya lagi:

وَ اِذَا لَقُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا قَالُوۡۤا اٰمَنَّا ۚۖ وَ اِذَا خَلَوۡا اِلٰی شَیٰطِیۡنِہِمۡ ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا مَعَکُمۡ ۙ اِنَّمَا نَحۡنُ مُسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿۱۵ اَللّٰہُ یَسۡتَہۡزِئُ بِہِمۡ وَ یَمُدُّہُمۡ فِیۡ طُغۡیَانِہِمۡ یَعۡمَہُوۡنَ ﴿۱۶

Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang beriman, mereka berkata: “Kami pun telah beriman. Tetapi apabila mereka pergi kepada syayaathinihim (pemimpin-pemimpinnya) , mereka berkata: “Sesungguhnya kami beserta kamu, sesungguhnya kami hanyalah berolok-olok.” Allah akan menghukum perolokan mereka dan membiarkan mereka berkelana bingung dalam kedurhakaannya (Al-Baqarah [2]:15-16).

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab-bab sebelumnya syayaathin berarti para pemimpin pendurhaka (Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Qatadah dan Mujahid). Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan telah bersabda: “Seorang pengendara sendirian adalah syaithan, dua pengendara pun sepasang syaithan, tetapi tiga orang pengendara, adalah satu pasukan pengendara (Abu Dawud). Hadits ini mendukung pandangan bahwa kata syaithan tidak selamanya berarti setan.

Demikian pula Allah Swt. dalam Al-Quran telah menyebut Suraqah bin Malik bin Jusam -- ketika ia meyakinkan para pemuka kaum Quraisy -- bahwa dia dan kabilahnya tidak akan menyerang Mekkah waktu para pemimpin kafir Quraisy Mekkah berangkat luar kota Mekkah untuk menyerang Nabi Besar Muhammad saw. dan para pengikut beliau saw. dalam perang Badar, firman-Nya:

وَ اِذۡ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ وَ قَالَ لَا غَالِبَ لَکُمُ الۡیَوۡمَ مِنَ النَّاسِ وَ اِنِّیۡ جَارٌ لَّکُمۡ ۚ فَلَمَّا تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ عَلٰی عَقِبَیۡہِ وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ اِنِّیۡۤ اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ اِنِّیۡۤ اَخَافُ اللّٰہَ ؕ وَ اللّٰہُ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿٪۴۹

Dan ingatlah ketika syaitan menampakkan indah kepada mereka amal-amal mereka dan berkata: ”Tidak seorang pun di antara manusia yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sesungguhnya aku pelindungmu.” Tetapi tatkala kedua pasukan itu berhadapan satu sama lain, ia berbalik atas tumitnya sambil berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri darimu, sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya aku takut kepada Allah dan siksaan Allah sangat keras.” (Al-Anfaal [8]:49). Lihat pula QS.6:44; QS.16:64; QS.22:53; QS.27:25; QS.29:39; QS.35:9.

Diriwayatkan bahwa orang yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah Suraqah bin Malik bin Jusyam, yang menghasut orang-orang Mekkah agar melawan orang-orang Islam, tetapi kemudian dia sendiri memeluk agama Islam. Lasykar Mekkah masih di Mekkah tatkala beberapa tokoh kabilah Quraisy menyatakan kekhawatiran bahwa jangan-jangan Banu Bakar, satu cabang Banu Kinanah, yang bermusuhan dengan kaum Quraisy menyerang Mekkah secara tak terduga di waktu mereka tidak ada di tempat atau menyerang lasykar Mekkah dari belakang. Kekhawatiran mereka diredakan oleh Suraqah, salah seorang pemuka Banu Kinanah, yang meyakinkan mereka bahwa orang-orang dari sukunya tidak akan mendatangkan kemudaratan apa pun kepada mereka (Tafsir Ibnu Jarir, jld. X, hlm.13).

Ketika Suraqah menyaksikan tekad membaja orang-orang Islam maka rasa takut menguasai dirinya, sebab setelah melihat mereka ia memperoleh keyakinan bahwa tekad mereka adalah menang atau mati. Persis demikianlah dirasakan oleh Utbah dan Umair pada Hari Badar dan ia memberitahukan kepada orang-orang Mekkah, bahwa orang-orang Islam nampaknya “seperti orang-orang yang mencari kematian” (Thabari).

Firman-Nya:

وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ رَّسُوۡلٍ وَّ لَا نَبِیٍّ اِلَّاۤ اِذَا تَمَنّٰۤی اَلۡقَی الشَّیۡطٰنُ فِیۡۤ اُمۡنِیَّتِہٖ ۚ فَیَنۡسَخُ اللّٰہُ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ ثُمَّ یُحۡکِمُ اللّٰہُ اٰیٰتِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ عَلِیۡمٌ حَکِیۡمٌ ﴿ۙ۵۳ لِّیَجۡعَلَ مَا یُلۡقِی الشَّیۡطٰنُ فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ وَّ الۡقَاسِیَۃِ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَفِیۡ شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿ۙ۵۴ وَّ لِیَعۡلَمَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَیُؤۡمِنُوۡا بِہٖ فَتُخۡبِتَ لَہٗ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ لَہَادِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿۵۵

Dan Kami sekali-kali tidak mengirim seorang rasul dan tidak pula seorang nabi melainkan apabila ia menginginkan sesuatu maka syaitan meletakkan hambatan pada keinginannya, tetapi Allah melenyapkan hambatan yang diletakkan oleh syaitan, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Supaya Dia menjadikan rintangan yang diletakkan oleh syaitan sebagai ujian bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan mereka yang hatinya keras, dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. Dan supaya diketahui oleh orang-orang yang diberi ilmu sesungguhnya Al-Quran itu adalah haq (kebenaran) dari Tuhan engkau lalu mereka beriman kepadanya dan hati mereka tunduk kepadanya, dan sesungguhnya Allah pasti memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman ke jalan yang lurus. (Al Hajj [22]:53-54),
Firman-Nya lagi:

کَمَثَلِ الشَّیۡطٰنِ اِذۡ قَالَ لِلۡاِنۡسَانِ اکۡفُرۡ ۚ فَلَمَّا کَفَرَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکَ اِنِّیۡۤ اَخَافُ اللّٰہَ رَبَّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿۱۶ فَکَانَ عَاقِبَتَہُمَاۤ اَنَّہُمَا فِی النَّارِ خَالِدَیۡنِ فِیۡہَا ؕ وَ ذٰلِکَ جَزٰٓؤُا الظّٰلِمِیۡنَ ﴿٪۱۷

Seperti keadaan syaitan ketika ia berkata kepada ins (manusia): “Kafirlah!”, maka ketika ia kafir syaitan berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari engkau, sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” Maka kesudahan kedua mereka itu ialah sesungguhnya kedua mereka itu masuk ke dalam Api, mereka kekal di dalamnya, dan demikianlah balasan orang-orang zalim. (Al-Hasyr [59]:17-18).

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar