Jumat, 02 Desember 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Makkah - "Jannah yang Paling Unik" (2)


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian LI


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Makkah "Jannah" yang Paling Unik (2)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma




رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۱۳۰﴾٪

Ya Tuhan kami, bangkitkanlah seorang rasul dari antara mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang mengajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:129-10).

Dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenaidoa Nabi Ibrahim a.s. mengenai Nabi Isma'il a.s. dan keturunannya, yang mencapai puncak pengabulannya dengan diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. di Makkah, sebagaimana firman-Nya di awal Bab ini:

رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۱۳۰﴾٪

Ya Tuhan kami, bangkitkanlah seorang rasul dari antara mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang mengajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:129-10).

Ayat ini merupakan ikhtisar dari masalah pokok seluruh Surah Al-Baqarah yang bukan hanya berisikan pemekarannya saja melainkan pula membahas berbagai pokok dalam urutan yang sama seperti disebut dalam ayat ini, yaitu mula-mula Tanda-tanda, kemudian Kitab, lalu hikmah syariat, dan yang terakhir ialah sarana-sarana untuk kemajuan nasional.

Menarik sekali kiranya untuk diperhatikan di sini bahwa Al-Quran membicarakan dua doa Nabi Ibrahim a.s. secara terpisah. Pertama tentang keturunan Nabi Ishaq a.s. dan yang kedua mengenai anak-cucu Nabi Isma’il a.s.. Doa pertama tercantum dalam QS.2:125 dan yang kedua dalam ayat ini.

Dalam doanya mengenai keturunan Nabi Ishaq a.s..,Nabi Ibrahim a.s. memohon supaya imam-iman atau para mushlih (pembaharu) dibangkitkan dari antara mereka, tetapi beliau tidak menyebut tugas atau kedudukan istimewa mereka — mereka itu Mushlih-muslih rabbani (Pembaharu-pembaharu) biasa yang akan datang berturut-turut untuk memperbaiki Bani Israil. Tetapi dalam doanya pada ayat ini beliau memohon kepada Allah Swt. agar membangkitkan di antara keturunannya seorang Nabi Besar dengan tugas khusus. Perbedaan ini sungguh merupakan gambaran yang sejati lagi indah sekali tentang kedua cabang keturunan Nabi Ibrahim a.s..

Dengan menyebut kedua doa Nabi Ibrahim a.s. dalam ayat 125 dan 130, Surah ini mengemukakan secara sepintas lalu kenyataan bahwa Nabi Ibrahim a.s. bukan hanya mendoa untuk kesejahteraan Bani Ishaq saja, melainkan juga untuk keturunan Bani Isma'il a.s.,. putra sulungnya. Keturunan Nabi Ishaq a.s. kehilangan karunia kenabian karena perbuatan-perbuatan jahat mereka, maka Nabi yang dijanjikan dan diminta dalam ayat ini harus termasuk keturunan Nabi Ibrahim a.s. yang lain yaitu anak-cucu Nabi Isma'il a.s..

Untuk menegaskan bahwa Nabi yang diharapkan dan dijanjikan itu harus seorang dari Bani Isma'il, Al-Quran dengan sangat tepat menuturkan pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma'il a.s. dan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim a.s. untuk keturunan putra sulungnya.

Terhadap kesimpulan wajar ini para pengecam Kristen pada umumnya mengemukakan dua kecaman: (1) Bahwa Bible tidak menyebut janji Allah apa pun kepada Nabi Ibrahim a.s. mengenai Nabi Isma'il a.s. dan (2) bahwa andaikata diakui bahwa Allah Swt. sungguh-sungguh telah memberikan suatu janji demikian, maka tidak ada bukti terhadap kenyataan bahwa Rasul agama Islam adalah keturunan Nabi Isma'il a.s..

Jawaban Keberatan

Adapun tentang keberatan pertama, andaikata pun diperhatikan bahwa Bible tak mengandung nubuatan-nubuatan apa pun mengenai Nabi Isma'il a.s. maka hal itu tidaklah berarti bahwa nubuatan demikian tidak pernah ada. Tambahan pula bila kesaksian Bible dapat dianggap membenarkan adanya sesuatu janji mengenai Nabi Ishaq a.s. dan putra-putranya, mengapa kesaksian Al-Quran berkenaan dengan anak cucu Isma'il a.s. tidak dapat diterima sebagai bukti bahwa janji-janji telah diberikan pula oleh Allah Swt. kepada Nabi Isma'il a.s. dan anak-anaknya? Tetapi Bible sendiri mengandung penunjukan mengenai kesejahteraan hari depan putra-putra Nabi Isma'il a.s. eperti dikandungnya mengenai kesejahteraan putra-putra Nabi Ishaq a.s. (Kejadian 16:10-12; 17:6-10; 17:18-20).

Sebagai jawaban kepada keberatan kedua bahwa seandainya pun perjanjian itu dianggap meliputi keturunan Nabi Isma'il a.s. masih harus pula dibuktikan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. termasuk Bani Isma'il. Butir-butir berikut ini dapat diperhatikan:

(1) Kaum Quraisy kabilah Nabi Besar Muhammad saw. berasal, senantiasa percaya dan menyatakan diri sebagai keturunan Nabi Isma'il a.s. dan pengakuan itu diakui oleh semua bangsa Arab.

(2) Jika pengakuan kaum Quraisy dan juga pengakuan suku-suku Bani Isma'il lainnya dari tanah Arab sebagai keturunan Nabi Isma'il a.s. itu tidak benar, maka keturunan Nabi Isma'il a.s. yang sungguh-sungguh tentu akan membantah pengakuan palsu demikian itu, tetapi setahu orang, keberatan demikian tidak pernah diajukan.

(3). Dalam Kejadian 17:20 Tuhan telah berjanji akan memberkati Nabi Isma'il a.s. melipatgandakan keturunannya, menjadikannya bangsa besar dan ayah 12 pangeran. Jika bangsa Arab bukan keturunannya, lalu mana bangsa yang dijanjikan itu? Suku-suku Bani Isma'il di tanah Arab sungguh-sungguh merupakan satu-satunya yang mengaku berasal dari Nabi Isma'il a.s..

(4) Menurut Kejadian 21:8-14, Siti Hajar terpaksa meninggalkan rumahnya untuk memuaskan rasa angkuh Sarah. Jika beliau tidak dibawa ke Hijaz, di manakah sekarang keturunannya dapat ditemukan dan di manakah tempat pembuangannya?

(5) Ahli-ahli ilmu bumi bangsa Arab semuanya sepakat bahwa Faran itu adalah nama yang diberikan kepada bukit-bukit Hijaz (Mu’jam al-Buldan).

(6). Menurut Bible, keturunan Nabi Nabi Isma'il a.s. menghuni wilayah “dari negeri Hawilah sampai ke Syur” (Kejadian 25:18), dan kata-kata “dari Hawilah sampai ke Syur” menunjukkan ujung-ujung bertentangan negeri Arab (Biblical Cyclopaedia by J. Eadie, London 1862).

(7). Bible menyebut Ismail “seorang bagai hutan lakunya” (Kejadian 16:12) dan kata A’rabi (“Penghuni padang pasir”) mengandung arti hampir sama pula.

(8). Bahkan Paulus mengakui adanya hubungan antara Siti Hajar dengan tanah Arab (Galatia 4:25).

(9). Kedar itu seorang putra Isma’il a.s. dan telah diakui bahwa keturunannya menduduki wilayah selatan tanah Arab (Biblical Cyclopaedia London 1862).

(10). Prof. C.C. Torrey mengatakan: “Orang-orang Arab itu Bani Isma’il menurut riwayat bangsa Ibrani .... Dua belas orang raja" (Kejadian 17:20), yang kemudian disebut dalam Kejadian 25:13-15, menggambarkan suku-suku Arab atau daerah-daerah di negeri Arab, perhatikanlah terutama Kedar, Duma (Dumatul Jandal), Teima. Bangsa besar itu ialah penduduk Arab” (Jewish Foundation of Islam, halaman 83). “Orang-orang Arab menurut ciri-ciri jasmani, bahasa, adat kebiasaan asli .... dan dari persaksian Bible umumnya dan pada dasarnya adalah Bani Isma’il” (Cyclopaedia of Biblical Literature, New York, halaman 685).

(11). “Marilah kita senantiasa mencela kecenderungan kotor anak-anak Hajar karena terutama kaum (suku) Quraisy, mereka itu serupa dengan binatang” (Leaves from Three Ancient Qur’an, edited by the Rev. Mingana, D.D. Intro. xiii).

Dengan demikian jelaslah bahwa penempatan Nabi Ismai’l a.s. di masa kecil dan ibunda beliau di lembah Bakkah yang kering gersang oleh Nabi Ibrahim a.s. dekat “Rumah Allah” benar-benar merupakan peristiwa yang sangat monumental, karena di tempat tersebut terpadu dua hal yang “abadi”, yakni Rumah Allah yang abadi (Ka’bah – QS.3:97-98) dan syariat yang terakhir dan tersempurna (QS.5:4), yang diwahyukan Allah Swt. kepada Rasul Allah yang abadi pula, yakni Nabi Besar Muhammad saw (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29), yang untuk itulah Nabi Ibrahim a.s. secara khusus telah berdoa di Makkah bersama Nabi Isma’il a.s., firman-Nya:

رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۱۳۰﴾٪

Ya Tuhan kami, bangkitkanlah seorang rasul dari antara mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang mengajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:129-10).

Seruan Ibadah Haji ke “Rumah Kuno”

Berikut adalah doa-doa Nabi Ibrahim a.s. yang lainnya mengenai kota Makkah yang kering-gersang, firman-Nya:

وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہِیۡمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا الۡبَلَدَ اٰمِنًا وَّ اجۡنُبۡنِیۡ وَ بَنِیَّ اَنۡ نَّعۡبُدَ الۡاَصۡنَامَ ﴿ؕ۳۶ رَبِّ اِنَّہُنَّ اَضۡلَلۡنَ کَثِیۡرًا مِّنَ لنَّاسِ ۚ فَمَنۡ تَبِعَنِیۡ فَاِنَّہٗ مِنِّیۡ ۚ وَ مَنۡ عَصَانِیۡ فَاِنَّکَ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿۳۷ رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ ذِیۡ زَرۡعٍ عِنۡدَ بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِیُـقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ ﴿۳۸ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ تَعۡلَمُ مَا نُخۡفِیۡ وَ مَا نُعۡلِنُ ؕ وَ مَا یَخۡفٰی عَلَی اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا فِی السَّمَآءِ ﴿۳۹ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ وَہَبَ لِیۡ عَلَی الۡکِبَرِ اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ ؕ اِنَّ رَبِّیۡ لَسَمِیۡعُ الدُّعَآءِ ﴿۴۰ رَبِّ اجۡعَلۡنِیۡ مُقِیۡمَ الصَّلٰوۃِ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ٭ۖ رَبَّنَا وَ تَقَبَّلۡ دُعَآءِ ﴿۴۱ رَبَّنَا اغۡفِرۡ لِیۡ وَ لِوَالِدَیَّ وَ لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَوۡمَ یَقُوۡمُ الۡحِسَابُ ﴿٪۴۲

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, jadikanlah kota ini tempat yang aman, dan lindungilah aku dan anak-anakku dari menyembah berhala-berhala. Ya Tuhan-ku sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari antara manusia, lalu barangsiapa mengikutiku maka sesungguhnya ia dariku, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah Engkau yang suci. Ya Tuhan kami, supaya mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah sesuatu pun di bumi dan tidak pula di langit. Segala puji bagi Allah Yang telah menganugerahkan kepadaku Isma’il dan Ishaq walaupun usiaku telah lanjut, sesungguhnya Tuhan-ku Maha Mendengar doa. Ya Tuhan-ku, jadikanlah aku orang yang senantiasa mendirikan shalat, dan juga keturunanku. Ya Tuhan kami, dan kabulkanlah doaku. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua orangtuaku dan orang-orang yang beriman pada Hari penghisaban.” (Ibrahim [14]: 36-42).

Firman-Nya lagi:

وَ اِذۡ بَوَّاۡنَا لِاِبۡرٰہِیۡمَ مَکَانَ الۡبَیۡتِ اَنۡ لَّا تُشۡرِکۡ بِیۡ شَیۡئًا وَّ طَہِّرۡ بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡقَآئِمِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿۲۷ وَ اَذِّنۡ فِی النَّاسِ بِالۡحَجِّ یَاۡتُوۡکَ رِجَالًا وَّ عَلٰی کُلِّ ضَامِرٍ یَّاۡتِیۡنَ مِنۡ کُلِّ فَجٍّ عَمِیۡقٍ ﴿ۙ۲۸ لِّیَشۡہَدُوۡا مَنَافِعَ لَہُمۡ وَ یَذۡکُرُوا اسۡمَ اللّٰہِ فِیۡۤ اَیَّامٍ مَّعۡلُوۡمٰتٍ عَلٰی مَا رَزَقَہُمۡ مِّنۡۢ بَہِیۡمَۃِ الۡاَنۡعَامِ ۚ فَکُلُوۡا مِنۡہَا وَ اَطۡعِمُوا الۡبَآئِسَ الۡفَقِیۡرَ ﴿۫۲۹ ثُمَّ لۡیَقۡضُوۡا تَفَثَہُمۡ وَ لۡیُوۡفُوۡا نُذُوۡرَہُمۡ وَ لۡیَطَّوَّفُوۡا بِالۡبَیۡتِ الۡعَتِیۡقِ ﴿۳۰ ذٰلِکَ ٭ وَ مَنۡ یُّعَظِّمۡ حُرُمٰتِ اللّٰہِ فَہُوَ خَیۡرٌ لَّہٗ عِنۡدَ رَبِّہٖ ؕ وَ اُحِلَّتۡ لَکُمُ الۡاَنۡعَامُ اِلَّا مَا یُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ فَاجۡتَنِبُوا الرِّجۡسَ مِنَ الۡاَوۡثَانِ وَ اجۡتَنِبُوۡا قَوۡلَ الزُّوۡرِ ﴿ۙ۳۱ حُنَفَآءَ لِلّٰہِ غَیۡرَ مُشۡرِکِیۡنَ بِہٖ ؕ وَ مَنۡ یُّشۡرِکۡ بِاللّٰہِ فَکَاَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَآءِ فَتَخۡطَفُہُ الطَّیۡرُ اَوۡ تَہۡوِیۡ بِہِ الرِّیۡحُ فِیۡ مَکَانٍ سَحِیۡقٍ ﴿۳۲ ذٰلِکَ ٭ وَ مَنۡ یُّعَظِّمۡ شَعَآئِرَ اللّٰہِ فَاِنَّہَا مِنۡ تَقۡوَی الۡقُلُوۡبِ ﴿۳۳ لَکُمۡ فِیۡہَا مَنَافِعُ اِلٰۤی اَجَلٍ مُّسَمًّی ثُمَّ مَحِلُّہَاۤ اِلَی الۡبَیۡتِ الۡعَتِیۡقِ ﴿٪۳۴

Dan ingatlah ketika Kami menempatkan Ibrahim di tempat rumah Allah dan berfirman: “Janganlah mempersekutukan Aku dengan sesuatu, dan bersihkanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang thawaf, yang berdiri tegak dan orang-orang yang rukuk serta sujud. Dan umumkanlah kepada manusia untuk ibadah haji, mereka akan datang kepada engkau berjalan kaki dan menunggang unta yang kurus, datang dari segenap penjuru yang jauh-jauh. Supaya mereka dapat menyaksikan manfaat-manfaatnya bagi mereka, dan dapat mengingat nama Allah selama hari-hari yang ditetapkan atas apa yang telah Dia rezekikan kepada mereka dari binatang ternak berkaki empat. Maka makanlah darinya dan berilah makan orang-orang sengsara, dan fakir. Kemudian hendaklah mereka membersihkan kekotoran mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka, dan berthawaf di sekeliling Rumah Kuno itu.” (Al-Hajj [22]:27-30)

Rumah Kuno

Albaitul’atiq berarti: Rumah yang bebas, sangat mulia, dan sangat tua (Lexicon Lane). Kata sifat “bebas” mengandung kabar gaib bahwa tidak ada kekuasaan musuh akan mampu menaklukkannya. Rumah itu akan tetap merdeka. Sifat “sangat mulia” mengandung arti bahwa Ka’bah senantiasa menduduki tempat yang mulia di dunia. Kenyataan bahwa Ka’bah rumah peribadatan yang sangat tua di dunia mendapat dukungan dalam satu ayat Al-Quran yang lain (QS.3:97).

Rumah itu telah ada lama sebelum Nabi Ibrahim a.s. membawa istri beliau, Siti Hajar, dan putra beliau, Nabi Isma’il a.s., untuk bermukim di lembah Makkah yang kering gersang, dan tidak subur. (QS.14:38). Menurut kepercayaan sementara orang, Nabi Nuh a.s. pernah tawaf di sekeliling Ka’bah (Thabari menurut kutipan Encyclopaedia of Islam“ Kata-kata ini.

Para ahli sejarah yang kenamaan dan yang keahliannya telah diakui, bahkan termasuk pula beberapa ahli kritik yang amat memusuhi Islam, telah mengakui bahwa Ka’bah telah dianggap suci semenjak masa kuno. Deodorus Siculus dalam menulis mengenai daerah yang kini dikenal sebagai Hejaz mengatakan: “Di negeri ini terdapat suatu rumah peribadatan yang dianggap suci oleh semua orang Arab, yang kaum-kaum bertetangga berkerumun ke tempat itu dari semua jurusan.”

Berkata Sir William Muir: “Kata-kata tersebut tentu menunjuk kepada Rumah Suci di Mekkah, sebab kita tidak mengetahui mengenai suatu Rumah lain yang pernah dimuliakan secara universal di Arabia ..........................

Riwayat melukiskan, Ka’bah sebagai tempat ziarah dari seluruh penjuru Arabia semenjak masa yang sangat tua .........................

Kehormatan yang begitu luas, tidak boleh tidak, harus ada permulaannya pada kurun zaman yang sangat jauh.” (William Muir, P.CIII).

Nampaknya Ka’bah mula pertama dibangun oleh Nabi Adam a.s. dan setelah dihancurkan oleh banjir besar di masa Nabi Nuh a.s. telah dipugar kembali di masa kemudian oleh Nabi Ibrahim a.s. dibantu oleh putra beliau, Nabi Isma’il a.s., dan doa Nabi Ibrahim a.s. tersebut mencapai puncak pengabulannya dengan diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Rasul Allah yang membawa syariat terakhir dan tersempurna (Al-Quran - QS.5:4), yaitu Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:

رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۱۳۰﴾٪

Ya Tuhan kami, bangkitkanlah seorang rasul dari antara mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang mengajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:129-10).


(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar