Senin, 19 Desember 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Hijrah dari Qadian Daarul Aman ke Rabwah (Tamat)



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL
"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"
DENGAN
SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS
Bagian LXII (Tamat)

Tentang
 
Hijrah dari Qadian Daarul Aman ke Rabwah 
Ki Langlang Buana Kusuma

وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪۵۱
Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir (Al-Mu’minuun [23]:51).


Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai peristiwa hijrah Jemaat Ahmadiyah dari Qadian Daarul Aman – India ke Rabwah di Pakistan di masa kepemimpinan Khalifatul Masih II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a., yang lebih terkenal dengan sebutan Mushlih Mau’ud a.s. – Putera yang dijanjikan Allah Swt. kepada Mirza Ghulam Ahmad a.s.Al-Masih dan Al-Masih Mau’ud a.s. dengan perantaraan ilham Ilahi dalam bahasa Urdu yang terjemahannya adalah:
“Aku berikan kepada engkau suatu Tanda Rahmat-Ku, sesuai dengan doa engkau. Aku sudah mendengar permohonan engkau dan memuliakan doa engkau dengan pengabulan-Ku melalui perantaraan rahmat-Ku dan membuat perjalanan engkau [ke Hushiarpur dan Ludhiana – pent.] menjadi sumber rahmat bagi engkau. Suatu Tanda kekuasaan, rahmat dan kedekatan diberikan kepada engkau. Tanda kasih-sayang dan keberkatan dianugerahkan kepada engkau. Engkau diberi keberhasilan dan kemenangan. Damai untuk engkau, hai sang pemenang. Tuhan berfirman supaya mereka yang menginginkan hidup dilepaskan dari cengkraman maut, dan mereka yang terkubur dapat keluar darinya, dan supaya keagungan Islam serta kebesaran Perkataan Tuhan menjadi nyata bagi orang-orang itu, dan supaya kebenaran tiba dengan segela karunianya, dan supaya kepalsuan enyah dengan segala keburukannya, dan supaya orang mengerti bahwa Aku adalah Tuhan Kekuasaan, Aku melakukan apa yang Aku inginkan, dan supaya mereka percaya bahwa Aku beserta engkau, dan supaya orang yang tidak percaya Tuhan, menyangkal dan menolak agama-Nya, Kitab-Nya, dan Nabi suci-Nya Muhammad saw. – manusia pilihan, dapat dihadapkan pada Tanda nyata dan supaya jalan orang-orang bersalah menjadi nyata.
Bergembiralah, karena seorang anak laki-lami tampan dan suci akan dianugerahkan laksana tamu engkau. Namanya Immanuel dan juga Basyir. Ia telah dianugerahi dengan Ruh suci, dan ia akan bebas dari segala ketidakbersihan. Ia adalah Nur Allah. Beberkatlah ia yang datang dari langit. Ia akan disertai oleh karunia yang datang bersamanya. Ia akan mempunyai sifat keagungan, kebesaran, dan kemakmuran. Ia akan datang ke dunia dan akan mengobati banyak kerusakan melalui sifat ke-Masih-annya dan melalui berkat Ruh suci. Ia adalah Kalimat Allah karena rahmat dan kehormatan Allah melengkapinya dengan Kalimat Keagungan. Ia akan sangat cerdas, berkeyakinan dan berhati lembut serta dipenuhi dengan ilmu dunia dan ilmu ruhani. Ia akan membuat tiga menjadi empat [arti ini tidak jelas]. Hari Senin, Suatu hari yang beberkat. Putera berhati gembira, bermartabat tinggi, mulia. Perwujudan dari Yang Awwal dan Yang Akhir, Perwujudan dari Yang Haq dan Tinggi. Seakan-akan Allah turun dari langit. Kedatangannya akan diberkati besar sekali dan menjadi sumber penjelmaan dari Keagungan Tuhan. Sinar terang datang, sinar yang diurapi Tuhan dengan wewangian keridhaan-Nya. Kami akan melimpahkan Ruh Kami kepadanya dan ia akan dinaungi bayangan Tuhan. Ia akan tumbuh cepat dan akan menjadi alat yang akan membebaskan mereka yang terkurung. Kemsyhurannya akan tersebar ke setiap ujung dunia dan manusia akan mendapat karunia dengan perantaraannya. Ia kemudian akan diangkat ke maqam ruhaninya di langit. Ini adalah seuatu yang telah ditetapkan.

Seputar Kehidupan dan Prestasi Mushlih Mau’ud

      Untuk mengakhiri artikel ini berikut adalah seputar kehidupan dan pretasi Khalifatul Masih II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, yang lebih dikenal dengan sebutan Mushlih Mau’ud - Putera Al-Masih Mau’ud a.s. yang kelahirannya dijanjikan Allah Swt. kepada beliau dalam sebuah wahyu Ilahi, yang kemudian dimuat dan disebar-luaskan oleh Pendiri Jemaat Ahmadiyah dalam sebuah selebaran yang diberi nama Sabz Isytihar (Selebaran Hijau).
      Dalam ilham Ilahi tersebut dikemukakan bahwa kelahiran wujud putera yang dijanjikan ini akan timbul berbagai kejadian luar biasa di dunia ini, sesuai dengan gelar Mushlih Mau’ud - “Pembaharu yang Dijanjikan.” Baik ketika Jemaat Ahmadiyah masih berpusat di Qadian Daarul Aman – India, mau pun setelah hijrah ke Rabwah di Pakistan, wujud Mushlih Mau’ud r.a. pun merupakan sumber khazanah-khazanah keruhanian Al-Quran yang tidak ternilai. Wujud Suci yang kelahiran dijanjikan ini benar-benar merupakan pewaris sempurna dari Al-Masih Mau’ud a.s. sebagaimana yang digambarkan dalam wahyu Ilahi mengenai “Putera yang dijanjikan” tersebut.’

Periode Pertama

12 Januari 1889 — Kelahiran beliau r.a. yang penuh rahmat.
1897 — Khatam Quran dan Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s. melakukan acara syukuran atas peristiwa suci tersebut; Bermimpi tentang selamatnya Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s. dalam persidangan dengan Dokter Martin Clark; Menjadi anggota di Anjuman Hamdardân Islâm.
1898 — Bersekolah di Ta’limu`l-Islâm Qadian; Baiat di tangan Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s. yang beberkat.
1900 — Manifestasi pertama keyakinan beliau r.a. terhadap Tuhan Yang Maha Hidup dan beliau berikrar untuk tetap mendirikan salat dengan dawam demi Sang Kekasih-Swt.; Mendirikan organisasi Anjuman Tasyhidu`l Adzhân; Ikut hadir saat Imam Mahdi –dan Masih Mau’ud a.s. memperdengarkan “Khuthbah Ilhamiyyah” sebagai Khutbah Idul Adha melalui mulut beliau a.s. yang beberkat.
1903 — Pernikahan pertama beliau r.a. dan mulai berkhidmat untuk agama melalui menulis syair-syair.
1905 — Beliau r.a. ujian sekolah di kelas matrik dan belajar hadis Bukhari dan Alquran Majid dari Maulana Hakim Nuruddin (Khalifatul Masih I) r.a..
1906 — Petunjuk Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s. untuk Sadr Anjuman Ahmadiyah Qadian tentang tidak ada lagi penambahan Anggota Majlis Mu’tamaddin; Launching penerbitan risalah “Tasyhidu`l-Adzhân”; Ceramah perkenalan pertama pada acara Jalsah Salanah.
1908 — Mengucapkan janji bersejarah di hadapan jenazah beberkat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s. dengan mengucapkan: “Apabila semua orang meninggalkan beliau a.s. dan kemudian saya tinggal sendiri, maka saya akan menghadapi dunia ini sendiri dan saya tidak akan pernah gentar terhadap suatu penentangan dan permusuhan.”

Periode Kedua

DI dalam menjawab para penentang Jemaat, [masih pada tahun 1908], Muslih Mau’ud r.a. bersabda: “Siapa yang bisa lari dari cahaya dan kebenaran”. Sebagaimana disebutkan dalam buku Bâthil Syikn.
[Pada tahun ini], [beliau r.a.] sukses mengusahakan pendirian Madrasah Ahmadiyah. [Kemudian], menyampaikan khutbah pada Jalsah Salanah dengan tema “Bagaimana Kita Meraih Keberhasilan”.
1909 — Menyampaikan ceramah umum di beberapa kota: Dehli, Kapurthala, Lahore, Qashur dan Fairuzpur; Perjalanan pertama ke negeri Kasymir.
1910 — Mulai memberikan Daras Al-Quran; Sehubungan dengan masa perjalanan Khalifatul Masih I r.a. ke kota Multan, maka Muslih Mau’ud r.a. ditetapkan sebagai Amir Maqam dan memberikan khutbah Jumat untuk pertama kalinya; Mulai mengabdikan ilmunya sebagai Muntazim Madrasah Ahmadiyah.
1911 — Mendirikan majelis Ansharullah (bukan badan Jemaat) yang bertujuan untuk menghimpun para pemuda Ahmadi agar bertablig; Menyampaikan ceramah umum pada Jalsah Salanah Anjuman Ahmadiyah Kota Batala; Berdialog dengan Pendeta Jankson dalam mempertahankan dalil-dalil tentang agamanya masing-masing; Doa syukur telah menyelesaikan Program Hafiz (Hapal) Alquran; Menyampaikan ceramah dengan tema “Takwa” pada Jalsah Salanah.
1912 — Mengadakan perjalanan ke daerah-daerah terkenal di Hindustan untuk menuntut ilmu dan melakukan perjalanan ke Mesir serta Arab, dan menunaikan Ibadah Haji ke Baitullah Mekkah.
1913 — Menerbitkan surat kabar Al-Fazl.

Periode Ketiga

14 Maret 1914—Beliau r.a. terpilih sebagai Khalifatul Masih II; Beliau menyampaikan khutbah dengan tema “Khilafat” di hadapan Anggota Jemaat yang sedang berkumpul; Menghentikan fitnah (membentengi umat) dari para mubayyi’in yang lain; Mendirikan Anjuman Taraqi Dîn; Mendirikan misi Ahmadiyah di Inggris; Memberikan ‘Hadiah Bagi Para Raja’ untuk Syah Dakn (Raja-raja Hindustan Selatan); Memulai pembangunan Minaratul Masih; Beliau r.a. menjelaskan hakikat-hakikat tentang tema “Berkat-Berkat Khilafat” dalam Jalsah Salanah.
1915 — Mendirikan misi Ahmadiyah di Mauritius ; Mendirikan asrama di Lahore ; Menerbitkan edisi pertama Tafsir Al-Quran dalam Bahasa Urdu dan Inggris; Menerbitkan buku Al-Qaul al-Fashl dan Ĥaqîqatu`l-Nubuwwah”; Memberikan ceramah umum tentang “Cahaya Khilafat” pada acara Jalsah Salanah.
1916 — Mengarang buku tentang Islam dan agama-agama lain; Khutbah tentang “Dzikir Ilahi” pada acara Jalsah Salanah.
1917 — Mendirikan Rumah Sakit Nûr; Gerakan pertama Waqaf Zindegi; Memberikan ceramah di Simla tentang “Agama yang Hidup”; Menyampaikan ceramah pada Jalsah Salanah bertema “Hakikat Ruh”.
1919 — Mendirikan Departemen-departemen Kerja (Nazarat) Anjuman Ahmadiyah; Menyampaikan ceramah bersejarah tentang “Awal perpecahan dalam Islam”; Memberikan petunjuk tentang Gerakan Khilafat dan menjelaskan dengan komprehensif masalah-masalah yang sangat latif (halus/mendalam) tentang Irfan Ilahi dan Taqdir Ilahi pada Jalsah Salanah.
1920 — Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Amerika Serikat; Memulai kelas para Murabi; Menerbitkan tulisan-tulisan yang menerangkan: Hakikat tentang perkara-perkara latif dalam Islam, peraturan-peraturan untuk umat Islam ke depan, dan kondisi adanya ketidakpedulian dalam Umat Islam; Memberikan ceramah “Malaikat Allah” di Jalsah Salanah.
1921 — Mendirikan Misi Ahmadiyah di Gold Coast dan Nigeria; Menulis buku Â`înah-i-Shadâqat; Menyampaikan ceramah “Memberi Petunjuk Dengan Khidmat”; Memberikan ceramah “Keagungan Ilahi”.
1922 — Buku “Tuĥfah Syahzâdah Wales — Bingkisan Hadiah Untuk Prince of Wales”; Mulai mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Mesir; Memprakarsai Majelis Syura; Berdakwah Ilallah di pengadilan negeri; Mendirikan Lajnah Imaillah; Menyampaikan ceramah “Keselamatan” di Jalsah Salanah.
1923 — Keberhasilan memerangi Gerakan Sudhi (Penghinduan Umat Islam di Hindustan); Menulis buku dengan judul “Asas al-Ittihad”; Berdakwah Ilallah di daerah Bolsyewik (Rusia).
1924 — Menulis buku “Da’watu`l-Amîr dan “Aĥmadiyyat”; Perjalanan pertama ke Eropa; Menyampaikan ceramah umum di Wembley, London; Mendirikan Mesjid Baitu`l-Fadhl di London, Inggris; Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Iran.
1925 — Membuka madrasah untuk anak-anak perempuan Ahmadi; Mendirikan misi Ahmadiyah di Syam, Palestina, dan Pulau Sumatra dan Pulau Jawa (Hindia Belanda); Menyampaikan ceramah “Minhajut Thalibin” pada acara Jalsah Salanah.
1926 — Menerbitkan majalah Sunrise (Jemaat Ahmadiyah Amerika Serikat) dan Mishbaĥ.
1927 — Mengadakan perjalanan-perjalanan pribadi; Memberikan ceramah bertema “Agama dan Sains”, ”Kerusakan Umat Hindu-Muslim dan Solusinya” di hadapan banyak orang; Menyampaikan ceramah berjudul “Jasa-jasa luar biasa Masih Mau’ud a.s.” dengan sangat jelas pada Jalsah Salanah.
1928 — Mendirikan Jamiah Ahmadiyah; Pencanangan gerakan “Siratun Nabi saw.” secara internasional dalam bentuk pertemuan-pertemuan atau pengajian; Memberikan Daras Quran secara khusus; Mengomentari “Nehru Report”; Berceramah tentang “Berbuat Kebaikan Untuk Dunia”; Memulai ceramah-ceramah tentang “Keutamaan-keutamaan Al-Quran”.
1930 — Mengeluarkan selebaran tentang “Nadâ`ê Îmân”; Membangun Universitas Ahmadiyah; Menulis topik yang mengesankan tentang “Keadaan Masalah Politik di Hindustan”.

Periode Keempat

1931 — Memulai perjuangan secara aktif untuk pembebasan umat Muslim Kasymir dan kepemimpinan di “All India-Kasymir Comitte”.
1932 — Memberikan bantuan kepada Umat Islam di Karnal-hishar dan Alwar; Naik banding atas keputusan Pengadilan Negeri; Menggalang dana untuk penerbitan Isyâ’at Ĥaq dan pembelian tanah-tanah di Provinsi Sindh.
1934 — “Taĥrîk Sâlikîn”; Pembentukan komite untuk pengumpulan dan penyusunan wahyu-wahyu, ilham-ilham dan kasyaf-kasyaf yang diterima Masih Mau’ud a.s.; Pembukaan Masjid Baitu`l-Fadhl di kota Lailpur dan menyampaikan ceramah tentang “Tabligh Kebenaran”; Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Afrika Timur; Mengumumkan Program Tahrik Jadid untuk seluruh dunia.
1935 — Mendirikan misi-misi Jemaat Ahmadiyah di Singapura, Jepang dan Hongkong.
1936 — Mendirikan misi-misi Jemaat Ahmadiyah di Hongaria, Polandia, Cekoslovakia, Argentina, Spanyol, Albania dan Yugoslavia.
1937 — Mendirikan misi Ahmadiyah di Sierra Leon; Mencanangkan gerakan untuk menjaga riwayat para Sahabat Masih Mau’ud a.s.; Menyampaikan ceramah berjudul “Inqilâbî Ĥaqîqî — Revolusi Sejati” dalam Jalsah Salanah.
1938 — Mendirikan Majelis Khuddamul Ahmadiyah yang bertujuan mengadakan reformasi ruhani agung dalam menjawab fitnah yang tajam; Mulai menyampaikan ceramah-ceramah tentang “Rahasia Keruhanian dari Iman” dalam Jalsah Salanah.
1939 — Mengadakan ‘Hari Para Imam Mazhab’; Menyampaikan khutbah sangat mengesankan pada acara Jubilee Jalsah dengan tema “Khilafat Rasyidah”.
1940 — Memulai Penanggalan Jemaat : Hijri Syamsiah ; Memulai menerbitkan Tafsir Kabir; Mendirikan Majlis Ansharullah.
1942 — Menyampaikan ceramah berjudul “Nizam Baru”.
1943 — Menetapkan Iftâ’ Comitte (Dewan Fatwa); Menyampaikan ceramah “Dasar-dasar Ahmadiyah”; Menyampaikan ceramah “Uswah Hasanah” pada Jalsah Salanah.

Periode Kelima

1944 — Penda’waan atau pernyataan diri beliau sebagai Mushlih Mau’ud sesuai dengan petunjuk Allah Taala; Memulai banyak gerakan-gerakan yang beberkat; Menyampaikan khutbah pada acara Jalsah di Hosyiarpur, Lahore, Ludhiyana dan Dehli; Mendirikan Ta’limu`l-Islâm College dan Fadhli ‘Umar Research Institute; Menyampaikan ceramah “Al-Mau’ûd” pada Jalsah Salanah.
1945 — Membantu penuh semangat Liga Muslim dalam Pemilihan Anggota Panitia Pusat untuk Perdamaian Inggris dan India; Berceramah mengenai “Menegakkan Aturan-aturan Islam”.
1946 — Ditetapkan kemenangan untuk Liga Muslim dalam pemilihan umum; Membantu Pergerakan Pakistan untuk menyambut misi Parlementer; Keberhasilan perjalanan ke Dehli untuk ikut serta di dalam memenangkan pemerintahan Liga Muslim; Menyuarakan di negara-negara Muslim gerakan untuk memperoleh hak kemerdekaan bagi Indonesia.
1947 — Mengajukan keberatan menentang atas tuntutan pembagian wilayah Punjab; Mengupayakan keras agar Qadian dan wilayah sekitarnya diikutsertakan dalam wilayah Pakistan; Mengumpulkan artikel-artikel penting dari Amerika dan Inggris untuk menguatkan kedudukan Liga Muslim dan meminta Mr. Spet (Boundary Specialist) untuk mengaturnya.

Periode Keenam

1947—Tepatnya tanggal 31 Agustus, hijrah dari Qadian ke Rabwah karena terjadi partisi antara negara India dan Pakistan; Peraturan baru untuk Jemaat Ahmadiyah di Pakistan; Berjasa dalam menjaga para Ahmadi laki-laki maupun perempuan untuk melakukan hijrah dari Qadian menjadi penduduk di daerah setempat; Memberikan masukan-masukan dalam berbagai masalah internal yang dihadapi Pakistan dan negara-negara Islam lainnya; Memberikan enam ceramah bertema “Pakistan dan Penyambutannya”; Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Belanda.
1948 — Memberikan ceramah di kota Karachi, Pesyawar dan Rawalpindi dalam sejarah pendirian Pakistan; Membentuk milisi bersenjata Batalyon Furqan untuk Pembebasan Kasymir; Mendirikan markas baru di kota Rabwah untuk penyebaran misi agama Islam; Menerbitkan Pendahuluan Tafsir Al-Quran; Menyampaikan ceramah di Sialkot bertema “Nubuwatan Ahmadiyah”; Ceramah di Karachi tentang “Berdirinya Pakistan dan Tanggung Jawab Kita”.
1949 — Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Jerman dan Glasgow; Membangun Baitul Mubarak di Rabwah.
1950 — Menulis dan menerbitkan buku berjudul “Islâm Aur Malikiyyat Zamîn”.
1951 — Membuka Jamiah Nusrat; Menyampaikan ceramah “Casymah Hidâyat” dalam Jalsah Salanah.
1952 — Menyampaikan ceramah berjudul “Ta’aluq Bi`l-Lâhi” pada acara Jalsah Salanah.
1953 — Memberikan arahan kepada warga Jemaat Ahmadiyah di Provinsi Punjab yang hancur dan penjagaan terhadap para Ahmadi dengan doa-doa dan melalui usaha serta hikmah dan tergenapinya kabar gaib:
APABILA seluruh dunia meninggalkan aku, tapi — insyâ` Allâh — Dia tidak akan pernah meninggalkanku. Ketahuilah Dia akan datang dengan berlari untuk memberikan pertolongan kepadaku. Dia selalu ada di sampingku. Dia ada di dalam diriku.”
Membentuk komite untuk memelihara sejarah Silsilah Ahmadiyah; Menerbitkan terjemah Al-Quran Karim dengan Bahasa Belanda; Memberikan pandangan Islami tentang masalah wahyu dan nubuat; Mendirikan bangunan di Rabwah untuk Ta’limu`l-Islâm College ; Menghidupkan misi Jemaat Ahmadiyah di Myanmar .
1954—Menjawab masalah Qadian; Menerbitkan terjemah Alquran dalam Bahasa Jerman.

Periode Ketujuh

1955 — Mengalami sakit akibat serangan percobaan pembunuhan; Perjalanan kedua ke Eropa dan memutuskan perkara penting dalam kepemimpinan beliau berkenaan dengan dakwah agama dan konferensi para Murabbi Eropa.
1956 — Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Liberia; Menghentikan fitnah orang-orang munafik.
1957 — Menerbitkan Tafsîr Saghir; mendirikan “Idâratu`l-Mushnafîn” di Rabwah; Menyetujui program berkenaan dengan “Intikhab-i-Khilafat Majelis Pemilihan Khalifah Al”; Mendirikan misi Ahmadiyah di negeri Skandinavia; Membuka Rumah Sakit Fadhli Umar Rabwah.
1959 — Menyempurnakan terjemah Al-Quran dalam Bahasa Indonesia; Membangun Mesjid Bait Frankfürt.
1960 — Membangun misi Jemaat Ahmadiyah di Fiji; Menyetujui pendirian “Nigrân Board”.
1961 — Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Pantai Gading, nubuwwatan khusus tentang nama Jemaat Ahmadiyah: “Menyebarlah namanya di dunia ini dan sebarkanlah taklim agama di seluruh pelosok dunia”; Menyampaikan khutbah pada acara Jalsah Salanah tentang petunjuk masalah keruhanian.
1962 — Mendirikan Mesjid Bait Mahmud di kota York.
1963 — Gerakan penyempurnaan sejarah Ahmadiyah dan menyimpannya di perpustakaan-perpustakaan.
1964-65 — Memberi tarbiyat kepada Jemaat Ahmadiyah untuk memanjatkan doa-doa dan memberikan perhatian kepada masalah kerohanian, kesabaran dan keridaan serta inqithâ’ (pemutusan hubungan dengan duniawi demi Allah).
1965 — Penyerangan India terhadap Pakistan dan amanat kepada Jemaat: “Jadikan diri Anda bersama dengan doa-doa dan pengorbanan Anda sebagai pengikut setia negeri Anda tercinta”; Janji kepada Presiden Pakistan, Mohammad Ali Jinnah, berkenaan dengan Jemaat Ahmadiyah akan memberikan pengorbanan yang dibutuhkan untuk membela negara dengan penuh keyakinan serta membantu dan memberikan pertolongan secara sempurna.
7/8 November 1965 — Beliau r.a. wafat, kembali ke haribaan Tuhan — “Wa kâna amrân maqdhiyyân”.p (Rauzanâmah Al-Fadhl “Khushûshî Isyâ’at”, Jilid 55-90, Nomor 40, 15 Februari 2005, hal. 3-4). ***

KESIMPULAN
   Kembali kepada Topik Utama artikel dalam Blog ini, yakni HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL ‘ADAM, MALAIKAT, IBLIS”  dengan SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, dan AL-NAAS, dari uraian mulai BAB I sampai dengan BAB LXII  (62) telah dijelaskan secara rinci hubungan tersebut, yakni:
(        (1) ADAM sebagai KHALIFAH ALLAH  melambangkan pengutusan para RASUL ALLAH, yang bertugas untuk menegakkan serta memurnikan kembali TAUHID ILAHI di kalangan umat manusia (umat beragama) yang telah dikotori oleh berbagai bentuk KEMUSYRIKAN. (QS.16:37; QS.10:48; QS.13:8; QS.25:25; QS.98:1-9). Hal tersebut sesuai dengan SURAH AL-IKHLASH
(     (2) MALAIKAT yang “sujud” kepada ADAM melambangkan ORANG-ORANG YANG BERIMAN   kepada para RASUL ALLAH yang dibangkitkan di kalangan umat manusia dari zaman ke zaman (QS.7:35-37). Sujudnya para MALAIKAT  kepada ADAM pun melambangkan BERBAGAI KEKUATAN ALAM yang mendukung perjuangan para RASUL ALLAH dalam bentuk timbulnya berbagai AZAB dan BALA BENCANA apabila para RASUL ALLAH didustakan dan ditentang (QS.6:123; QS.11:118; QS.17:16; QS.20:135; QS.26:209; QS.28:60; QS.46:22-26), atau menolong RASUL ALLAH dan ORANG-ORANG BERIMAN dalam peperangan (QS.3:124-125; QS.8:10, 13, 18-19; QS.9:40; QS.48:8).
     (3) IBLIS melambangkan para PARA PEMUKA KAUM  yang menentang  para RASUL ALLAH,  yang bangga dengan kekuasaan dan kekayaan duniawi mereka dan jumlah mereka, misalnya para pemuka kaum Nabi Nuh a.s. dan Fir’aun di zaman Nabi Musa a.s. (QS.2:247-249; QS.11:26-28 & 33; QS.23:24-26; QS.26:106-112; QS.43:52-57; QS.46:23). Akibat pendustaan dan penentangan mereka yang zalim maka banyak darah yang mengalir dan nyawa yang melayang dari kalangan pengikut para RASUL ALLAH sebagaimana halnya prediksi para MALAIKAT (QS.2:31). Kenyataan tersebut erat kaitannya dengan SURAH AL-FALAQ.
    (4) SYAITAN yang merupakan golongan IBLIS juga – yang telah menipu ADAM dan ISTRINYA dari JANNAH melambangkan cara lain yang dilakukan IBLIS dalam menyesatkan para pengikut ADAM atau para RASUL ALLAH melalui   IMING-IMING KEKUASAAN  dan KEKAYAAN (QS.17:62-66; QS.4:121; QS.14:23; QS.25:26-32). Kenyataan tersebut erat hubungannya dengan SURAH AL-NAAS.
     (5)   Kesimpulan lainnya adalah bahwa  JANNAH  tempat Nabi Adam a.s. dan “istrinya” tinggal bukanlah  SURGA  yang keberadaannya di alam akhirat yang disediakan Allah Swt. bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh (QS.2:26), melainkan “tempat-tempat subur” yang disebut “jannah” di dunia ini, contohnya lembah-lembah sungai Eufrat dan Tigris di Mesopotamia, atau lembah sungai Nil di Mesir. Atau juga tempat-tempat khusus lainnya, yang walau pun secara lahiriyah merupakan tempat yang kering gersang dan tanpa adanya aliran sungai – yakni tidak memenuhi sifat “jannaatin tajri intahtihal anhaar - kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai” (QS.2:26) -- namun terbukti memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh “jannah” atau “surga” yakni Allah Swt. memberikan jaminan keamanan serta kesentausaan hidup, seperti contohnya kota Makkah Al-Mukaramah (QS.2:126-127; QS.3:98;14:27 & 36; QS.27:98; QS.28:58).


      Kisah-kisah   Monumental   “Adam, Malaikat, Iblis”  Kembali  Terjadi di Akhir Zaman Ini
     Karena kisah “ADAM, MALAIKAT, IBLIS”  merupakan KISAH MONUMENTAL -- di samping Kisah-kisah Monumental lainnya di dalam Al-Quran –  karena itu Kisah Monumental tersebut terjadi pula DI AKHIR ZAMAN ini berkenaan  kedatangan RASUL AKHIR ZAMAN yang ditunggu-tunggu oleh semua pemeluk agama yang ada di dunia dengan NAMA atau SEBUTAN yang berbeda-beda tetapi pada hakikatnya merujuk pada wujud yang sama (QS.77:12), yaitu RASUL ALLAH   yang akan mengajak semua umat beragama kepada AGAMA TERAKHIR DAN TERSEMPURNA, yakni AGAMA ISLAM (QS.4:5) serta TAUHID HAKIKI,  yang ditandai dengan satunya IMAM (Pemimpin) dan satunya JAMAAH yang bersifat INTERNASIONAL, sesuai dengan missi KERASULAN NABI BESAR MUHAMMAD SAW.  sebagai RASUL ALLAH untuk seluruh UMAT MANUSIA (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34;29).
     RASUL AKHIR ZAMAN yang ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama tersebut berasal dari kalangan UMAT ISLAM, yakni pengikut  dan pecinta hakiki Nabi Besar Muhammad saw., sekaligus merupakan KEDATANGAN KEDUA KALI  beliau saw. di Akhir Zaman ini (QS.63:3-5) guna MENGUNGGULKAN AGAMA SEJATI atas AGAMA-AGAMA LAINNYA walau pun ORANG-ORANG MUSYRIK tidak menyukai (QS.61:10). RASUL AKHIR ZAMAN  atau KHALIFAH ALLAH atau ADAM Akhir Zaman tersebut adalah MIRZA GHULAM AHMAD A.S. (1835-1908),  Pendiri JEMAAT AHMADIYAH, yang pada saat artikel ini dibuat JEMAAT AHMADIYAH dipimpin oleh KHALIFATUL MASIH V, Mirza Masroor Ahmad.
      Sejak MIRZA GHULAM AHMAD A.S. atas perintah Allah mendakwakan sebagai RASUL AKHIR ZAMAN yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh seluruh umat beragama maka KISAH MONUMENTAL “ADAM, MALAIKAT, IBLIS” kembali berlaku, karena hal tersebut merupakan SUNNATULLAH yang telah ditetapkan di dalam Kitab suci AL-QURAN, demikian juga dengan  Dan bagi para anggota JEMAAT AHMADIYAH   perintah Allah Swt.: “QUL (Katakanlah)” dalam SURAH AL IKHLAS, AL-FALAQ, dan AL-NAAS  benar-benar merupakan KENYATAAN kebenaran KITAB SUCI AL-QURAN  dan NABI BESAR MUHAMMAD SAW. yang kembali berulang.
      Semoga Allah Swt. memberkati artikel sederhana ini dan  menjadi sarana pencerahan serta petunjuk bagi mereka yang mendambakan KERIDHAAN ALLAH SWT.  baik di dunia mau pun di akhirat nanti, serta semoga  menjadi JAWABAN BAGI  mereka yang bertanya-tanya: Kenapa  berbagai bentuk AZAB terus menerus terjadi di AKHIR ZAMAN ini, bukanlah berbagai umat BERAGAMA tetap melaksanakan RITUAL AGAMANYA?
*** Sumber :   Maulana Dost Muhammad,  diterjemahkan oleh Mln. Muhammad Idris
\
000O000
Pajajaran Anyar, 21 Desember 2011

Minggu, 18 Desember 2011

"Jannah-jannah" lainnya di Dunia: Hijrah dari Qadian Daarul Aman ke Rabwah


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian LXII


Tentang

Hijrah dari Qadian Daarul Aman ke Rabwah

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪۵۱

Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir (Al-Mu’minuun [23]:51).

Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai cara Allah Swt. menghidupkan kembali bumi yang mati akibat dilanda musim kemarau panjang, yaitu dengan diturunkan-Nya air hujan, demikian pula dalam dunia keruhanian cara menghidupkan agama dan umat beragama yang telah kehilangan ruhnya yaitu dengan cara mengembalikan ruh agama tersebut berupa diturunkan-Nya hujan wahyu Ilahi kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37), sehingga keadaan suatu umat yang keadaannya terpecah-belah seperti “tulang belulang berserakan” akan menjadi hidup kembali dan menjadi “khalqan jadiid” (makhluk baru – QS.17:50-53).

Telah dijelaskan pula bahwa sebagaimana di masa awal, umat Islam di masa Nabi Besar Muhammad saw. adalah “makhluk baru” yang dibangkitkan dari “tulang belulang berserakan” bangsa Arab Jahiliyah melalui hujan wahyu Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw., sehingga mereka bukan hanya sekedar menjadi “makhluk baru” tetapi juga sebagai “khayra ummah” (umat terbaik – QS.2:144; QS.3:111).

Qadian Daarul Aman “Sumber Mata Air Ruhani” Al-Quran

Hal yang sama terjadi juga di Akhir Zaman berkenaan dengan Jemaat Ahmadiyah, yang lahir di Qadian Daarul Aman sebagai “makhluk baru”, juga muncul dari “tulang-belulang berserakan keadaan umat Islam yang telah terpecah belah menjadi 73 golongan, melalui hujan wahyu Ilahi kepada Rasul Akhir Zaman yakni kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani dalam wujud Mirza Ghulam Ahmad a.s. (QS.62:3-5), yaitu dalam rangka mewujudkan kejayaan umat Islam yang kedua kali di Akhir Zaman, firman-Nya:

ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿۹

Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia menunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak menyukai (Al-Shaff [61]:10).

Sehubungan firman Allah Swt. di awal Bab ini, sebagaimana halnya perjalanan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam melaksanakan gelarnya sebagai Al-Masih yang banyak melakukan perjalanan mencari domba-domba Israil yang hilang di luar wilayah Palestina – dan berakhir di dataran tinggi Kasymir di kaki pegunungan Himalaya, wilayah yang penuh dengan sumber-sumber mata air yang berubah menjadi aliran sungai-sungai besar, demikian pula rekan beliau, yaitu misal Isa Al-Masih Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), lahir di Qadian Daarul Aman, suatu kampung di Provinsi Punjab Hindustan, yang juga berlokasi di kaki pegunungan Himalaya.

Dengan demikian jelaslah bahwa mendekatnya kedua “Al-Masih” tersebut secara jasmani di suatu wilayah dataran tinggi (Rabwah) bukanlah suatu peristiwa kebetulan, karena untuk mensukseskan missi sucinya kedua Rasul Allah tersebut memerlukan perlindungan Allah Swt. dari makar-makar buruk para penentangnya, firman-Nya:

وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪۵۱

Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir (Al-Mu’minuun [23]:51).

Di Akhir Zaman ini dari Qadian Daarul Aman inilah muncul sumber mata air ruhani Al-Quran melalui Mirza Ghulam Ahmad a.s..

Karena Kasymir letaknya sangat jauh dari Palestina -- tempat berkeliarannya ulama-ulama Yahudi yang terus berusaha menggagalkan missi suci Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai Al-Masih (QS.3:43-57) -- sehingga dengan demikian Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunda beliau telah diselamatkan serta dimuliakan Allah Swt. baik secara jasmani maupun secara ruhani dari makar buruk para pemuka Yahudi yang berusaha menghinakan beliau melalui penyaliban yang gagal membunuh beliau (QS.4:156-159).

Letak Kasymir di kaki gunung Himalaya yang lebih tinggi dari letak Palestina di Timur Tengah merupakan tanda tersendiri mengenai dimuliakan-Nya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunda beliau oleh Allah Swt., seperti juga telah berlabuhnya bahtera Nabi Nuh a.s. dan para penumpangnya di gunung Al-Judi, sedangkan kaumnya yang takabbur telah dihinakan Allah Swt. dalam gulungan banjir dahsyat (QS.11:29-45).

Begitu juga kelahiran Al-Masih Akhir Zaman di Qadian Daarul Aman pun bukan tanpa hikmah, sebab dalam kenyataannya keberadaan Pemerintah Kerajaan Inggris di Hindustan dari satu segi bagaikan “dataran tinggi” (Rabwah) yang melindungi keselamatan Al-Masih Akhir Zaman dari makar-makar buruk pihak-pihak yang memusuhi beliau, termasuk makar buruk dari para pemuka agama yang dianut oleh Pemerintah Kerajaan Inggris, yang merasa sangat dirugikan dengan missi dan pendakwaan Pendiri Jemaat Ahmadiyah mengenai telah wafatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..

Kenyataan membuktikan, bahwa walau pun berbagai pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. serta penyataannya bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) telah wafat (QS.3:56; QS.5:117-119) benar-benar sangat merugikan faham agama yang dianut Pemerintah Kerajaan Inggris, tetapi dalam masalah keagamaan Pemerintah Kristen terbesar saat itu tersebut tidak mau ikut campur-tangan.

Itulah salah satu kelebihan sifat bangsa dan pemerintah Kerajaan Inggris dalam hal kebebasan beragama, sehingga firman Allah Swt. mengenai perlindungan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunda beliau dari berbagai bahaya yang mengancam pun berlaku pula bagi MIrza Ghulam Ahmad a.s. -- Al-Masih Akhir Zaman yang lahir di Qadian Daarul Aman, yang letaknya di kaki Gunung Himalaya. Dengan demikian pemerintah kerajaan Inggris di Hindustan pun dari satu segi menggambarkan firman-Nya di awal bab ini:

وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪۵۱

Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir (Al-Mu’minuun [23]:51).

Hijrah dari Qadian ke Rabwah

Bukti lainnya bahwa Qadian Daarul Aman benar-benar merupakan “Jannah” di Akhir Zaman, adalah ketika pada tahun 1947 Pemerintah Inggris memberikan kemerdekaan kepada Hindustan. Ketika itu umat Muslim di Hindustan melakukan hijrah ke wilayah yang dikuasai oleh mayoritas Muslim di Hindustan, yang kemudian menjadi negara Pakistan.

Pada saat itu Jemaat Ahmadiyah yang dipimpin oleh Khalifatul Masih II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a., putera Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- yang lebih dikenal dengan sebutan Mushlih Mau’ud r.a. – sebagai sesama Muslim memilih hijrah dari Qadian yang terletak di wilayah India ke wilayah Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

Pada masa hijrah umat Muslim Hindustan ke Pakistan tersebut, Qadian Daarul Aman, benar-benar menjadi tempat berlindung umat Islam dari kejaran umat Hindu dan Sikh yang tidak membiarkan umat Islam hijrah ke wilayah Pakistan dengan aman. Ketegangan peristiwa hijrah kaum Muslim Hindustan ke Pakistan tersebut tidak kalah menegangkannya dari pengejaran yang dialami oleh Bani Israil oleh Fir’aun dan balatentaranya, bahkan lebih mengerikan karena terjadi berbagai peristiwa pembantaian.

Umat Islam Hindustan yang mencari perlindungan di Qadian mereka jauh lebih beruntung dari keadaan umat Islam Hindustan lainnya yang tidak mencari perlindungan Pusat Jemaat Ahmadiyah tersebut, karena mereka harus mengalami berbagai perlakuan zalim dari umat Hindu dan Sikh India, yang bukan saja berbeda dalam hal agama dan keyakinan tetapi juga berbeda dan bertentangan dalam hal politik.

Rombongan yang paling akhir hijrah dari Qadian Daarus Salam adalah Khalifatul Masih II Jemaat Ahmadiyah, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a.. Beliau sebelum berangkat meningalkan Qadian telah menetapkan salah seorang putra beliau yang bernama Sahibzada Wasim Ahmad, untuk tetap tinggal dan menjaga Qadian bersama dengan anggota Jemaat Ahmadiyah yang telah ditetapkan oleh Khalifatul Masih II Jemaat Ahmadiyah saat itu, dan jumlah mereka 313 orang, sama dengan jumlah umat Islam dalam Perang Badar.

Selama bertahun-tahun para penjaga Qadian Daarul Aman – yang dikenal dengan sebutan para Darweiys – tersebut mengalami berbagai upaya penyerangan oleh umat Hindu, namun dengan karunia Allah Swt. Qadian Daarul Aman tidak pernah jatuh ke dalam kekuasaan musuh.

Banyak cerita peristiwa mukjizat yang sangat menakjubkan yang dialami oleh para Darweisy, yang membuktikan bahwa Qadian Daarul Aman benar-benar mendapat pemeliharaan dari Allah Swt.. Salah satu di antaranya adalah bahwa di Qadian banyak terdapat gudang senjata api, padahal senjata yang dipersiapkan oleh para penjaga Qadian tersebut sangat sederhana seperti sederhananya senjata pasukan Muslim di Perang Badar.

Rombongan orang yang hijrah dari Qadian ke wilayah Pakistan adalah keluarga Khalifatul Masih II, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. – dan untuk sementara waktu tinggal di rumah keluarga salah seorang Sahabi Al-Masih Mau’ud a.s. di Ratanagar dekat kota Lahore.

Untuk kepentingan pergerakan roda organisasi Jemaat Ahmadiyah, lalu di beli sebuah wilayah yang harganya sangat murah, karena wilayah tersebut selain kering-gersang karena merupakan daerah yang sangat tidak subur, juga terkenal sebagai tempat para penyamun dan binatang buas. Sumber air pun baru dapat ditemukan setelah melakukan pengeboran sebanyak 75 kali.

Untuk sementara waktu keluarga-keluarga Ahmadi yang pindah di wilayah tersebut tinggal di dalam tenda-tenda, karena belum memungkinkan untuk membuat rumah-rumah secara permanen. Dalam perkembangannya tempat tersebut oleh Khalifatul Masih II Jemaat Ahmadiyah diberi nama Rabwah, secara bertahap di tempat tersebut dibangun berbagai bangunan penting, baik berupa gedung-gedung perkantoran Jemaat Ahmadiyah, mesjid, mau pun blok-blok perumahan-perumahan yang teratur.

Pada saat ini berbagai fasilitas yang tersedia di kota Rabwah, tidak kalah dengan kota-kota besar lainnya di Pakistan, termasuk keberadaan rumah sakit modern “Fazli Umar” dengan dukungan dokter-dokter ahli, baik lulusan dalam negeri Pakistan dan luar negeri, khususnya Amerika Serikat. Demikian juga di Rabwah terdapat “Tahir Institut”, yang khusus penanganan penyakit jantung.

Bahkan saat ini Rabwah telah menjadi rujukan Pemerintah Pakistan dalam menata kota-kota lainnya di Pakistan, karena perancanaan tata-kota Rabwah yang sangat rapi, dan rumah sakitnya menjadi rujukan tempat berobat masyarakat umum di Pakistan, karena tingkat kesembuhan yang dihasilkannya sangat tinggi, walau pun dari segi akidah para pasien itu adalah orang-orang yang tidak sepaham dengan pemahaman Islam Jemaat Ahmadiyah.

Rabwah adalah “Jannah” lainnya selain Qadian Daarul Aman

Rabwah yang sebelumnya tempat kering gersang serta suhu udaranya di musim panas sangat panas, sejak Markaz (Pusat) Jemaat Ahmadiyah hijrah dari Qadian Daarul Aman ke Rabwah, secara berangsur-angsur telah menghijau dengan berbagai pohon-pohon yang rimbun serta taman-taman kota, sehingga Rabwah pun telah menjadi “jannah” lainnya di Akhir Zaman ini di samping Qadian Daarul Aman.

Dipastikan penetapan nama Rabwah bagi Pusat (Markaz) Jemaat Ahmadiyah di Pakistan tersebut diambil dari Kitab Suci Al-Quran, sebutan rabwah terdapat pada dua Surah Al-Quran, yang pertama adalah firman Allah di awal Bab ini:

وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪۵۱

Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir (Al-Mu’minuun [23]:51).

Yang kedua adalah firman-Nya berikut ini:

وَ مَثَلُ الَّذِیۡنَ یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمُ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ اللّٰہِ وَ تَثۡبِیۡتًا مِّنۡ اَنۡفُسِہِمۡ کَمَثَلِ جَنَّۃٍۭ بِرَبۡوَۃٍ اَصَابَہَا وَابِلٌ فَاٰتَتۡ اُکُلَہَا ضِعۡفَیۡنِ ۚ فَاِنۡ لَّمۡ یُصِبۡہَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ؕ وَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرٌ ﴿۲۶۵

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta mereka demi mencari keridhaan Allah dan memperteguh jiwa mereka adalah seperti perumpamaan kebun yang terletak di tempat tinggi,. hujan lebat menimpanya lalu menghasilkan buahnya dua kali lipat, tetapi jika hujan lebat tidak pernah menimpanya maka hujan gerimis pun memadai, dan Allah Maha Melihat apa pun yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah [2]:226).

Ayat tersebut merupakan rangkaian dari ayat-ayat Al-Quran tentang masalah pengorbanan harta di jalan Allah (QS.2:262-267), yang merupakan kewajiban penting lainnya dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Swt., dan merupakan salah satu dari tanda-tanda orang bertakwa, yakni “dan mereka membelanjakan dari apa yang Kami rezekikan kepada mereka (QS.2:4).

Dari kota Rabwah inilah perkembangan Jemaat Ahmadiyah di masa kepemimpinan Khalifatul Masih II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. – yang lebih terkenal dengan sebutan Mushlih Mau’ud -- berkembang pesat, sekali pun menghadapi berbagai perlawanan keras, baik dari pihak penentang Jemaat Ahmadiyah yang merupakan mayoritas, mau pun penentangan dari dalam sendiri pimpinan Maulvi Muhammad Ali MA LLB dan kawan-kawan, yang kemudian melepaskan diri dari Khilafat Ahmadiyah yang didirikan atas perintah Allah Swt. oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s., dan mendirikan Anjuman Ahmadiyah yang berpusat di kota Lahore, yang kemudian dikenal dengan sebutan Ahmadiyah Lahore.

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid