Senin, 28 November 2011

"Jannah-jannah" lainnya Di Dunia: Makkah "Janah" yang Paling Unik (1)


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


HUBUNGAN KISAH MONUMENTAL

"ADAM, MALAIKAT, IBLIS"

DENGAN

SURAH AL-IKHLASH, AL-FALAQ, DAN AL-NAAS

Bagian L


Tentang

"Jannah-jannah" Lainnya di Dunia: Makkah "Jannah" yang Paling Unik (1)

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


اِنَّ اَوَّلَ بَیۡتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِیۡ بِبَکَّۃَ مُبٰرَکًا وَّ ہُدًی لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿ۚ۹۷ فِیۡہِ اٰیٰتٌۢ بَیِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبۡرٰہِیۡمَ ۬ۚ وَ مَنۡ دَخَلَہٗ کَانَ اٰمِنًا ؕ وَ لِلّٰہِ عَلَی النَّاسِ حِجُّ الۡبَیۡتِ مَنِ اسۡتَطَاعَ اِلَیۡہِ سَبِیۡلًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاِنَّ اللّٰہَ غَنِیٌّ عَنِ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿۹۸

Sesungguhnya letak Rumah ibadah pertama yang didirikan untuk manusia adalah benar-benar yang di Bakkah yang penuh dengan berkat dan petunjuk bagi seluruh alam. Di dalamnya ada Tanda-tanda yang jelas yaitu maqām Ibrahim, dan barangsiapa memasukinya ia menjadi aman. Dan semata-mata karena Allah wajib atas manusia melakukan ibadah haji ke Rumah itu bagi orang-orang yang sanggup menem-puh jalan ke sana, tetapi barangsiapa kafir maka sesungguhnya Allah Maha-kaya yakni tidak memerlukan apa pun dari seluruh alam. (Ali ‘Imran [3]:97-98).

Dari Bab I sampai dengan Bab L (50) telah dikemukakan “jannah-jannah” lainnya di dunia, selain “jannah” yakni wilayah subur tempat tinggal Nabi Adam a.s. dan “istrinya” (jamaahnya) yang terletak di wilayah Mesopotamia, yakni (1) Makkah, (2) Madinah, dan (3) Kanaan “negeri yang dijanjikan”, yang telah dibangun oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s.. “Jannah-jannah” tersebut berkaitan dengan pengutusan para rasul Allah, yakni Nabi Adam a.s., Nabi Besar Muhammad saw., Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s..

Ada pula “jannah-jannah” lainnya yang dibangun semata-mata oleh pemanfaatan SDA (sumber daya alam) dan SDM (sumber daya manusia), yakni lembah-lembah subur aliran sungai Nil di Mesir yang dibangun oleh dinasti Fir’aun (QS.43:52-57; QS.44:18-30), dan pemanfaatan aliran sunga-sungai di Yaman oleh kaum Saba, dengan cara membangun bendungan raksasa Al-Ma’aarib, yang mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Ratu Saba, yang pemerintahannya sezaman dengan masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., sebagaimana telah diterangkan dalam Bab sebelum ini. (QS.34:16-22).

"Jannah-jannah" lainnya di dunia adalah daerah-daerah subur yang terletak sepanjang aliran sungai besar, misalnya "Peradaban Lembah Sungai Indus (Sindhus)" di India & Pakistan -- di masa peradaban inilah agama Hindu lahir -- "Peradaban Sungai Kuning" di Cina, "Peradaban Sungai Mekong” yang melewati beberapa negara di Asia Tenggara, dan lain-lain.

Makkah - “Jannah” yang Paling Unik dan Paling Aman

Dari semua “jannah-jannah” tersebut “jannah” yang paling unik dan sangat menakjubkan keadaannya adalah kota Makkah, karena kota tersebut bukan terletak di sebuah lembah yang subur, melainkan terletak pada sebuah lembah yang kering gersang serta dikelilingi oleh hamparan gurun pasir yang sangat luas, berikut firman-Nya mengenai doa Nabi Ibrahim a.s.:

رَبَّنَاۤ اِنِّیۡۤ اَسۡکَنۡتُ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ بِوَادٍ غَیۡرِ ذِیۡ زَرۡعٍ عِنۡدَ بَیۡتِکَ الۡمُحَرَّمِ ۙ رَبَّنَا لِیُـقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ فَاجۡعَلۡ اَفۡئِدَۃً مِّنَ النَّاسِ تَہۡوِیۡۤ اِلَیۡہِمۡ وَارۡ زُقۡہُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَشۡکُرُوۡنَ ﴿۳۸

”Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tandus dekat rumah Engkau yang suci. Ya Tuhan kami, supaya mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan supaya mereka bersyukur. (Ibrahim [14]:38).

Kenyataan membuktikan bahwa jaminan kesejerahteraan hidup dan jaminan keamanan yang disediakan kota Makkah sama sekali tidak ada campur tangan upaya manusia, yakni dengan memanfaatkan SDA mau pun SDM, melainkan sepenuhnya adalah takdir Allah Swt. dan berkat doa, khususnya doa Nabi Ibrahim a.s..

Dari semua kota-kota yang telah berhasil dibangun oleh manusia menjadi “jannah-jannah” di dunia ini, hanya kota Makkah saja yang tidak pernah mengalami kehancuran, sebab pada hakikatnya kota Makkah merupakan satu Tanda yang sangat nyata mengenai keberadaan Allah Swt. dan Kemahakuasaan-Nya. Itulah sebabnya Ka’bah di Makkah bukan saja disebut BaitulLah (Rumah Allah) tetapi juga disebut Masjidil-Haram (QS.17:2). Allah Swt. berfirman:

وَ اِذۡ جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ وَ اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿۱۲۶

Dan ingatlah ketika Kami jadikan Rumah (Ka’bah) itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah maqam Ibrahim yakni Ka’bah sebagai tempat shalat. Dan Kami telah memerintahkan kepada Ibrahim dan Isma'il: “Sucikanlah rumah-Ku itu untuk orang-orang yang tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.” (Al-Baqarah [2]:126).

Matsabah berarti suatu tempat yang apabila orang mengunjunginya ia berhak memperoleh pahala; atau tempat yang sering dikunjungi dan menjadi tempat berkumpul (Mufradat Imam Raghib). Firman-Nya lagi:

اَوَ لَمۡ یَرَوۡا اَنَّا جَعَلۡنَا حَرَمًا اٰمِنًا وَّ یُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنۡ حَوۡلِہِمۡ ؕ اَفَبِالۡبَاطِلِ یُؤۡمِنُوۡنَ وَ بِنِعۡمَۃِ اللّٰہِ یَکۡفُرُوۡنَ ﴿۶۸

Apakah mereka tidak melihat bahwa Kami telah menjadikan tanah suci Mekkah aman, sedangkan manusia direnggut dari sekeliling mereka di luar Mekkah? Maka apakah mereka akan beriman kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? (Al-Ankabut [29]:68).

Ayat ini merupakan kesaksian yang kekal mengenai Ka’bah (Baitullah) sebagai rumah suci milik Allah Sendiri. Semenjak Islam lahir, ketika dinyatakan olehnya bahwa Ka’bah menjadi kiblat yang kekal bagi umat manusia, dan bahkan di zaman jahiliah ketika orang-orang Arab waktu itu tidak mempunyai rasa hormat terhadap jiwa manusia, wilayah itu disebut haram (suci) — daerah sekitar Ka’bah tetap merupakan tempat yang aman sentosa. Kalau di lingkungan luar Ka’bah tidak ada keamanan, maka kesamaan dan kedamaian sempurna bertakhta di dalamnya.

Ka’bah Menjadi “Sarang Berhala”

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab-bab awal, menurut beberapa riwayat — dan juga diisyaratkan oleh Al-Quran sendiri — Ka’bah (Baitullah) mula-mula didirikan oleh Adam a.s. (QS.3:97) dan buat beberapa waktu merupakan pusat peribadatan para keturunannya. Kemudian dalam perjalanan masa umat manusia menjadi terpisah sehingga menjadi berbagai golongan masyarakat dan mengambil pusat-pusat peribadatan yang berbeda. Kemudian atas perintah Allah Swt. Nabi Ibrahim a.s. mendirikannya lagi, dan tempat itu tetap menjadi pusat ibadah untuk keturunannya dengan perantaraan puteranya, Nabi Isma'il a.s., firman-Nya:

وَ اِذِ ابۡتَلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ رَبُّہٗ بِکَلِمٰتٍ فَاَتَمَّہُنَّ ؕ قَالَ اِنِّیۡ جَاعِلُکَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ؕ قَالَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ؕ قَالَ لَا یَنَالُ عَہۡدِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿۱۲۵

Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan-nya dengan beberapa perintah maka dilaksanakannya sepenuhnya. Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadi-kan engkau imam bagi manusia.” Ia, Ibrahim, berkata: “Dan jadikanlah juga imam dari keturunanku. Dia berfirman: “Janji-Ku tidak mencapai yakni tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (Al-Baqarah [2]:125).

Dengan pergantian waktu tempat itu (Baitullah) secara alamiah (praktis) diubah menjadi tempat berhala yang jumlahnya sebanyak 360 — hampir sama dengan jumlah hari dalam satu tahun. Tetapi pada masa Nabi Besar Muhammad saw. tempat itu dijadikan lagi pusat beribadah segala bangsa, karena Nabi Besar Muhammad saw. diutus sebagai Rasul Allah kepada seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29), untuk mempersatukan mereka yang telah cerai-berai sesudah Nabi Adam a.s. . menjadi suatu persaudaraan seluruh umat manusia dalam agama Islam, yang merupakan agama terakhir dan tersempurna (QS.5:4).

Ka’bah, yang karenanya maka kota Makkah juga dinyatakan menjadi tempat keamanan dan ketenteraman. Kerajaan-kerajaan yang gagah-perkasa telah runtuh dan daerah-daerah yang membentang luas telah menjadi belantara sejak permulaan sejarah (QS.7:5; QS.21:12-16; QS.22:46-47; QS.28:59-60; QS.65:9-10), tetapi keamanan Makkah secara lahiriah tidak pernah terganggu.

Pusat-pusat keagamaan agama-agama lain -- termasuk Yerusalem di Palestina (QS.17:5-9; Matius 23:37-39 & 24:1-2), yang di dalamnya terdapat Baitul-Muqadas yang dibangun Nabi Sulaiman a.s. -- tidak pernah menyatakan dan pada hakikatnya tidak pernah menikmati keamanan demikian dan kekebalan terhadap bahaya, tetapi Makkah senantiasa merupakan tempat yang aman dan tenteram.

Tiada penakluk asing pernah memasukinya, tempat itu senantiasa tetap ada di tangan mereka yang menjunjung-muliakannya. Hancurnya tentara gajah Abrahah merupakan salah satu bukti mengenai jaminan keamanan dan jaminan kehidupan dari Allah Swt. atas kota Makkah (QS.105:1-6; QS.106:1-5). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿۱۲۶

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, jadikanlah tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” Dia berfirman: Dan orang yang kafir pun maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian akan Aku paksa ia ma-suk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:126).

وَ اِذۡ یَرۡفَعُ اِبۡرٰہٖمُ الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَیۡتِ وَ اِسۡمٰعِیۡلُ ؕ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿۱۲۷

Dan ingatlah ketika Ibrahim dan Isma’il meninggikan dasar-dasar yakni pondasi Rumah itu sambil mendoa: “Ya Tuhan kami, terimalah amal ini dari kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah [2]:127-128).

Kesaksian Para Ahli Sejarah

Apakah Nabi Ibrahim a.s. sebagai pendiri atau hanya pembangun kembali Ka’bah, merupakan satu masalah yang telah menimbulkan banyak perbantahan. Sementara orang berpendapat bahwa Nabi Ibrahimlah pendiri pertama tempat itu, sedang yang lainnya melacak asal-usulnya sampai Nabi Adam a.s. Al-Quran (QS.3:97) dan hadits-hadits shahih membenarkan pendapat bahwa bahkan sebelum bangunan tersebut didirikan oleh Nabi Ibrahim a.s. . pada tempat itu telah ada semacam bangunan tetapi telah menjadi puing-puing dan hanya tinggal bekasnya belaka.

Kata al-qawa’id dalam ayat ini menunjukkan bahwa pondasi Baitullah telah ada dan kemudian Nabi Ibrahim a.s. serta Isma'il a.s. membangunnya atas pondasi itu. Tambahan pula doa Nabi Ibrahim a.s. pada saat berpisah dengan putranya, Nabi Isma'il a.s. dan ibunya di Mekkah yaitu: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tandus dekat Rumah Engkau yang suci” (QS.14:38) menunjukkan bahwa Ka’bah telah ada bahkan sebelum Nabi Ibrahim a.s. menempatkan istri dan anak beliau di lembah Makkah. Hadits pun mendukung pandangan itu (Bukhari), demikian pula catatan-catatan sejarah pun memberikan dukungan kepada pendapat bahwa Ka’bah itu sangat tua sekali asal-usulnya.

Para ahli sejarah terkenal dan bahkan sebagian ahli-ahli kritik Islam yang tak bersahabat telah mengakui bahwa Ka’bah itu tempat yang sangat tua dan telah dipandang suci semenjak waktu yang tak dapat diingat. Diodorus Siculus Sicily (60 sebelum Masehi) dalam menyinggung mengenai daerah yang sekarang dikenal sebagai Hijaz mengatakan bahwa tempat itu sangat dimuliakan oleh bangsa pribumi dan menambahkan, sebuah tempat pemujaan yang sangat tua didirikan di situ dari batu keras ...... yang ke tempat itu datang berbondong-bondong kaum-kaum dari daerah tetangga dari segala penjuru” (Terjemahan ke dalam Bahasa Inggeris oleh C.M. Oldfather, London, 1935, Kitab III, Bab 42 jilid ii, halaman 211-213).

“Kata-kata itu tentu mengisyaratkan rumah suci di Mekkah, sebab kita tidak mengenal tempat lain, yang pernah mendapat penghormatan yang meliputi seluruh tanah Arab ........ Tarikh melukiskan Ka’bah sebagai tempat ziarah dari semua bagian tanah Arab semenjak waktu kuno” (William Muir, halaman ciii). Lihat Edisi Besar Tafsir bahasa Inggeris, halaman 180 - 182. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

رَبَّنَا وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ ۪ وَ اَرِنَا مَنَاسِکَنَا وَ تُبۡ عَلَیۡنَا ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ ﴿۱۲۹

“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada Engkau, dan juga dari antara keturunan kami jadikanlah satu umat yang berserah diri kepada Engkau, perlihatkanlah kepada kami cara-cara ibadah kami dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang. (Al-Baqarah [2]:129).

Doa Khusus untuk Keturunan Nabi Isma’il a.s.

Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿۱۳۰﴾٪

Ya Tuhan kami, bangkitkanlah seorang rasul dari antara mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang mengajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:129-10).

Ayat ini merupakan ikhtisar dari masalah pokok seluruh Surah Al-Baqarah yang bukan hanya berisikan pemekarannya saja melainkan pula membahas berbagai pokok dalam urutan yang sama seperti disebut dalam ayat ini, yaitu mula-mula Tanda-tanda, kemudian Kitab, lalu hikmah syariat, dan yang terakhir ialah sarana-sarana untuk kemajuan nasional.

Menarik sekali kiranya untuk diperhatikan di sini bahwa Al-Quran membicarakan dua doa Nabi Ibrahim a.s. secara terpisah. Pertama tentang keturunan Nabi Ishaq a.s. dan yang kedua mengenai anak-cucu Nabi Isma’il a.s.. Doa pertama tercantum dalam QS.2:125 dan yang kedua dalam ayat ini.

Dalam doanya mengenai keturunan Nabi Ishaq a.s..,Nabi Ibrahim a.s. memohon supaya imam-iman atau para mushlih (pembaharu) dibangkitkan dari antara mereka, tetapi beliau tidak menyebut tugas atau kedudukan istimewa mereka — mereka itu Mushlih-muslih rabbani (Pembaharu-pembaharu) biasa yang akan datang berturut-turut untuk memperbaiki Bani Israil. Tetapi dalam doanya pada ayat ini beliau memohon kepada Allah Swt. agar membangkitkan di antara keturunannya seorang Nabi Besar dengan tugas khusus. Perbedaan ini sungguh merupakan gambaran yang sejati lagi indah sekali tentang kedua cabang keturunan Nabi Ibrahim a.s..

Dengan menyebut kedua doa Nabi Ibrahim a.s. dalam ayat 125 dan 130, Surah ini mengemukakan secara sepintas lalu kenyataan bahwa Nabi Ibrahim a.s. bukan hanya mendoa untuk kesejahteraan Bani Ishaq saja, melainkan juga untuk keturunan Bani Isma'il a.s.,. putra sulungnya. Keturunan Nabi Ishaq a.s. kehilangan karunia kenabian karena perbuatan-perbuatan jahat mereka, maka Nabi yang dijanjikan dan diminta dalam ayat ini harus termasuk keturunan Nabi Ibrahim a.s. yang lain yaitu anak-cucu Nabi Isma'il a.s..

Untuk menegaskan bahwa Nabi yang diharapkan dan dijanjikan itu harus seorang dari Bani Isma'il, Al-Quran dengan sangat tepat menuturkan pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma'il a.s. dan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim a.s. untuk keturunan putra sulungnya.

Terhadap kesimpulan wajar ini para pengecam Kristen pada umumnya mengemukakan dua kecaman: (1) Bahwa Bible tidak menyebut janji Allah apa pun kepada Nabi Ibrahim a.s. mengenai Nabi Isma'il a.s. dan (2) bahwa andaikata diakui bahwa Allah Swt. sungguh-sungguh telah memberikan suatu janji demikian, maka tidak ada bukti terhadap kenyataan bahwa Rasul agama Islam adalah keturunan Nabi Isma'il a.s..

(Bersambung)

Rujukan:

The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid